Megashift FISIPOL UGM Soroti Paradoks Fenomena Standar Kecantikan di Ruang Digital

Yogyakarta, 10 Juni 2025—Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda yang membangun identitas dan relasi sosialnya melalui platform digital. Namun, di balik narasi kebebasan berekspresi yang kerap digaungkan, media sosial justru menyimpan paradoks yang kompleks, terutama dalam membentuk dan mereproduksi standar kecantikan. Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam artikel terbaru Megashift FISIPOL UGM bertajuk “Paradoks Media Sosial dalam Konstruksi Standar Kecantikan”, yang resmi terbit pada 10 Juni 2025.

Artikel ini menyoroti bagaimana media sosial—alih-alih menjadi ruang pembebasan identitas tubuh—sering kali menjadi alat kontrol sosial yang baru. Lewat dominasi algoritma, tren estetika populer, dan budaya visual yang homogen, tubuh perempuan dihadapkan pada tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang kian seragam, tidak realistis, bahkan bersifat eksploitatif.

Dalam narasi yang disusun secara analitis dan kritis, artikel ini menelaah bagaimana ruang digital telah menjelma menjadi arena yang ambivalen. Di satu sisi, media sosial menawarkan peluang representasi diri dan pemberdayaan naratif—khususnya bagi kelompok yang selama ini terpinggirkan dalam media arus utama. Namun di sisi lain, platform ini turut memperkuat norma-norma visual dominan yang sarat nilai patriarki, kapitalistik, dan eksklusif, yang secara tidak langsung membatasi keberagaman tubuh dan ekspresi individual.

Artikel ini juga mencerminkan keterkaitan erat dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 5: Gender Equality. Dengan mengangkat persoalan bagaimana perempuan mengalami tekanan sosial di ranah digital, tulisan ini mendorong pentingnya pemajuan kesetaraan gender tidak hanya dalam kebijakan publik, tetapi juga dalam desain dan praktik teknologi komunikasi. Ruang digital yang sehat dan setara hanya dapat terwujud ketika platform, pengguna, dan masyarakat secara kritis menyadari bagaimana norma gender diproduksi dan didistribusikan melalui media.

Melalui pendekatan yang reflektif, tulisan ini mengajak pembaca untuk menggugat ulang definisi kecantikan yang selama ini dibentuk oleh likes, filter, dan algoritma. Lebih jauh, artikel ini menjadi bagian dari upaya Megashift FISIPOL UGM dalam memperluas diskursus kritis terhadap perubahan sosial di era digital, serta memperkuat literasi publik terhadap dinamika representasi dan kekuasaan dalam dunia maya.

🔗 Baca artikel selengkapnya di sini:
https://megashift.fisipol.ugm.ac.id/2025/06/10/paradoks-media-sosial-dalam-konstruksi-standar-kecantikan