Mengenal Expressive Writing dalam Kegiatan Journaling

Yogyakarta, 24 April 2022─Career Development Center (CDC) Fisipol UGM menyelenggarakan workshop bertajuk “Process Feeling with Journaling” pada Minggu (24/4). Acara yang berlangsung melalui platform Zoom ini mengundang dua pembicara di bidang clinical psychologist, yakni Ranisa Kautsar Tristi dari Biro Psikologi Dinamis dan Zahwa Islami dari Fakultas Psikologi UGM.

Kesempatan ini membahas salah satu bentuk tulisan dalam kegiatan journaling, yakni expressive writing. Expressive writing yang juga disebut free writing adalah menuliskan apapun yang terlintas di pikiran kita tanpa adanya batasan dan tidak perlu diedit. Dengan menuangkan perasaan, ide, ataupun pikiran kita ke dalam tulisan, dapat membantu pemulihan atas hal-hal yang kita alami entah traumatis atau hal-hal tidak menyenangkan.

“Menulis memberikan kesempatan untuk merasa tenang dan memberikan atensi yang layak pada diri sendiri, serta yang terpenting lagi kita dapat mengeksplorasi beliefs, judgments, dan feelings,” tutur Ranisa.

Ranisa mengungkapkan, menulis menjadi tempat teraman untuk mencurahkan sesuatu karena sifatnya yang terbebas dari kekhawatiran akan ekspektasi dan penilaian orang lain. Selain itu, menulis juga merupakan bentuk cermin untuk diri kita yang bisa melihat pantulan pikiran dan perasaan sehingga kita lebih obyektif dengan kondisi-kondisi yang kita alami.

“Dengan journaling kita bisa merefleksikan apa yang kita alami, rasakan, pelajari dan adakah yang berubah dari hidup. Karena journaling adalah proses healing kita, proses kita merekam perjalanan hidup kita,” ungkapnya.

Sementara itu, Zahwa menyatakan bahwa journaling memiliki makna yang berbeda dengan diary, yaitu ketika journaling sendiri memiliki tujuan yang pasti ketika kita menuliskannya. Tujuan journaling terutama dalam expressive writing di antaranya: meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal, mengekspresikan emosi berlebih (katarsis), menurunkan ketegangan, meningkatkan kemampuan problem solving, menghubungkan perasaan dan situasi yang menyertai.

“Intinya adalah menuangkan pikiran dalam sebuah tulisan membuat kita untuk lebih obyektif melihat sebuah permasalahan, karena ketika kita tenggelam dalam sebuah perasaan, rasanya itu bahkan kita tidak tahu penyebab perasaan/pikiran itu muncul apa. Sehingga dengan expressive writing dapat membantu kita untuk menguraikan satu per satu apa yang kita rasakan dan pikirkan,” ucap Zahwa.