Peringatan Natal dan Tahun Baru 2020 Fisipol UGM, Kesempatan Tepat Membicarakan Persahabatan

Yogyakarta, 9 Januari 2020—Cinta membuat banyak orang bisa hidup berdampingan, dan karenanya, ia menjadi kebutuhan bagi semua orang. Kamis pagi lalu, Selasar Barat Fisipol UGM menjadi tempat bagi banyak orang untuk mempelajari cinta dan persahabatan. Tiang-tiang gedung dipenuhi dengan atribut dan perlengkapan Hari Natal, tapi kerumunan di sana tak hanya terdiri dari pendeta dan para jamaah gereja. Ibu-ibu dengan jilbab yang menjulur ke sekujur tubuh dan para lelaki dengan peci di kepala juga hadir dalam acara itu.

Adalah Perayaan Natal dan Tahun Baru bertajuk “Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang” yang diadakan oleh Fisipol UGM pagi itu. Tema tersebut sejatinya merupakan tema yang secara Nasional ditentukan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) untuk perayaan Natal tahun ini. Sebagai institusi pendidikan resmi yang berada di bawah naungan pemerintah, Fisipol UGM mengambil tema yang sama.

Perayaan Natal dan Tahun Baru memang diadakan secara rutin setiap tahun di Fisipol UGM. Hari Natal yang jatuh berdekatan dengan momen pergantian tahun membuat pihak fakultas mengemas keduanya dalam satu acara yang sama.

Pada perayaan Kamis lalu, hampir seluruh civitas akademika Fisipol UGM yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan pegawai menghadiri acara tersebut. Dekan Fisipol UGM, Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si. juga hadir dan membuka acara tersebut.

Setelah pembukaan, acara diisi dengan ceramah keagamaan tentang pentingnya menjaga cinta dan persahabatan dalam hidup oleh Wahyu Nugroho selaku pendeta. Di kehidupan modern yang basis hubungan masyarakat adalah individualisme, kerukunan dan persahabatan memang menjadi hal yang mahal.

“Dalam hidup, persahabatan dapat membentuk relasi manusia yang utuh sehingga memberi solusi atas permasalahan hidup sehari-hari. Sayangnya, individualisme telah mengikis persahabatan antarmanusia,” Jelas Wahyu tersebut.

Modernisasi memang memberi banyak kemudahan hidup bagi manusia. Namun dari situ, individualisme dan perpecahan menjadi mirip dengan benih-benih yang tumbuh di musim hujan. Sementara dalam hal ini, menurut Wahyu, persahabatan akan menjadi jalan penting yang menyelamatkan kita semua.

Adapun setelah ceramah keagamaan selesai, acara dilanjutkan dengan pembagian doorprize oleh panitia dan penampilan musik dari Gaspol Band. Gaspol Band sendiri merupakan kelompok musik yang dibuat secara kolektif oleh beberapa dosen Fisipol UGM dari berbagai departemen. Di atas panggung, Gaspol Band menyanyikan lagu-lagu Natal dan tahun baru. Para hadirin tertawa bersama dan berbahagia.

Setelah pertunjukan musik selesai, acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh dosen Departemen Manajemen Kebijakan Publik, Agustinus Subarsono, M.Si, MA, Ph.D. Doa diucapkan Agus dalam cara Kristiani, namun hadirin tetap khusyuk dan menundukkan kepala mereka.

Dalam struktur masyarakat yang plural seperti di Indonesia, hidup akan berjalan dengan baik jika perbedaan tak dilihat sebagai pisau yang tajam. Jika hal itu terjadi, tak akan ada lagi manusia yang bisa menyakiti atau terasa dilukai. (/Snr)