Serial Diskusi #3 PkM FISIPOL UGM : Beradaptasi dengan New Normal melalui Kolaborasi Lintas Generasi bersama Jogjabregas.id

Yogyakarta, 29 Juli 2020—Diskusi kembali diadakan oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) FISIPOL UGM. Berlangsung melalui platform Webex, diskusi tersebut mengusung tema “Jogjabregas.id : Beradaptasi dengan New Normal melalui Kolaborasi Lintas Generasi”. Jogjabergas.id sendiri merupakan salah satu gerakan yang didukung oleh hibah pemberdayaan masyarakat FISIPOL UGM. Dalam diskusi pagi itu dihadiri oleh Rahina Dyah, Tantri Friscilla, dan Maria Desima, serta dimoderatori oleh Ayu Diasti, Dosen Departemen Ilmu HI UGM.

Ayu Diasti atau yang akrab dipanggil Ayu menyampaikan tujuan adanya yaitu membahas mengenai bagaimana peran anak muda dalam menghadapi masa new normal. “Termasuk urun rembug tentang apa sebenarnya tantangan yang masih kita hadapi dan harus kita selesaikan,” imbuhnya. Menjawab hal tersebut, Jogjabregas.id menjadi salah satu contoh gerakan yang diinisiasi oleh mahasiswa dan berkolaborasi dengan lintas generasi.

Tantri, atau sering dipanggil Tata sebagai salah satu koordinator konten menceritakan awal mula munculnya gerakan Jogjabregas.id. Menurutnya, terlepas dari korban covid, dampak pandemi Covid-19 sangat besar di level sehari-hari dan komunitas. “Banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak yang kesulitan beradaptasi karena keterpaksaan masuk ke dunia digital sehingga proses adaptasinya tidak semua lancar,” lanjutnya. Bersama beberapa mahasiswa, dosen, aktivis, dan seniman, Karin mulai membahas bagaimana respon yang tepat dan tanggap dengan kondisi pandemi saat itu. Berawal dari fokus pembagian masker, handsanitizer dan bahan pangan, kini Jogjabregas.id dalam perkembangannya mulai fokus ke penyikapan era new normal. “Ditengah banyaknya informasi yang bikin masyarakat bingung, akhirnya ayolah kita bikin sebuah situs yang isinya informasi tentang bagaimana beradaptasi dengan cara-cara yang lebih konkrit dan relevan,” ungkapnya.

Pemilihan kata “bregas” sendiri mereka ambil dari bahasa jawa yang artinya sehat, gagah, dan tegas. Diungkapkan oleh Rahina, bahwa kata tersebut cukup familiar di kelompok masyarakat jogja. Namun, di sisi lain, kata “bregas” juga bisa menjadi harapan Rahina dan teman-teman mengenai dampak positif adanya gerakan ini bagi masyarakat sekitar khususnya Jogja.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, Jogjabregas.id memiliki tiga pokok konten yang mereka garap melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram dan podcast. Pertama, yaitu konten Segar Waras yang merespon tetang munculnya kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat. Tata sebagai koordinator konten Segar Waras mengungkapkan bahwa konten ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bagaimana cara merawat kesehatan tubuh dan pikiran di masa pandemi, termasuk mengurangi kekhawatiran. Menurutnya, kini kekhawatiran tentang pandemi tidak hanya terkait covid itu sendiri, namun mulai memunculkan masalah-masalah baru dan berlapis. Hal itulah yang ia jelaskan dapat berpengaruh besar pada stress dan tekanan secara mental.

Kedua, yaitu konten Kampung Berdaya yang melihat lebih jauh tentang pergerakan perkampungan di Jogja dalam merespon Covid-19. Konten ini dipimpin oleh Maria yang merupakan mahasiswa S1 Departemen Hubungan Internasional UGM. “Di awal pandemi, Jogja bergerak dengan cepat, mulai dari lockdown hingga pembagian tugas di tiap kampung,” ungkap Maria. Kondisi tersebut dijelaskan Maria sebagai salah satu bukti bahwa mayoritas pergerakan masyarakat Jogja dilakukan secara kolektif. Pasalnya, masa pandemi ini mendatangkan bentuk solidaritas kolektif baru yang menurutnya dapat dijadikan kumpulan cerita baik untuk menumbuhkan semangat masyarakat di tengah-tengah pandemi.

Dengan alasan itu lah, Maria dan teman-teman menggunakan platform Podcast untuk membagi cerita baik kepada masyarakat yang lebih luas. “Kami mewawancarai komunitas atau lembaga yang sudah melakukan inisiatif baik di masa pandemi ini,” tutur Maria. Salah satu contoh komuitas yang telah mereka wawancarai yaitu Meruang, dari komunitas pekerja seni. Mereka menaruh perhatian dan fokus pada tenaga medis dan pasien Covid-19. Dengan keprihatinan tersebut, muncullah ide untuk membuat playlist lagu yang dapat diputarkan di rumah sakit guna memberikan ketenangan dan hiburan bagi para pekerja medis. Selain itu, sebelumnya mereka juga mengajak teman-teman yang berasal dari kelompok marginal seperti disabilitas, lansia, waria, untuk berbagi cerita tentang upaya dalam menghadapi pandemi.

Ketiga, yaitu konten Pintar dari Rumah yang berfokus pada bidang pendidikan. Rahina, sebagai koordinator konten mengungkapkan keresahannya tentang jalannya pendidikan di masa pandemi. “Kami membahas mengenai bagaimana kurikulum yang baik diterapkan dalam masa pandemi ini,” imbuhnya. Meskipun kebanyakan anggota Jogjabregs.id berasal dari mahasiswa, namun mereka mengakui bahwa terdapat banyak praktisi yang lebih ahli dan paham kondisi di lapangan terkait bagaimana seharusnya pendidikan dijalankan. Oleh karenanya, konten ini berusaha membuka selebar-lebarnya bentuk kolaborasi dengan pihak lain.

Salah satu contoh kolaborasi mereka yaitu dengan Sekolah Sanggar Anak Alam (Salam). Menurut penjelasan Rahina, Salam merupakan salah satu sekolah alternatif dengan kurikulum yang lebih kontekstual jika dibandingkan sekolah formal. Rahina menyatakan bahwa dalam kondisi pandemi speerti ini, kurikulum yang sebaiknya dilakukan adalah kurikulum kontekstual, yang dekat dengan rumah dan kehidupan siswa. “Langkah tersebut telah dilakukan teman-teman Salam dengan memberikan tugas untuk riset bahan pokok yang ada di sekitar rumah,” imbuhnya. Sehingga, semua siswa dapat melakukannya tanpa terkecuali dan tidak memberikan batasan kreativitas kepada siswa.

Seiring berjalannya waktu, kini Jogjabregas.id memiliki harapan agar terus dapat bertahan dan berkelanjutan. Mereka, menggunakan previlage sebagai mahasiswa dan skill kemampuan anak muda untuk membagi cerita dan pengalaman ke lebih banyak orang. Namun, tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam mempertahankan gerakan tersebut, Rahinda dan teman-teman memiliki beberapa tantangan ke depannya. Menurut Rahina, tantangannya saat ini yaitu tentang bagaiamana agar anak muda dapat dipercaya oleh generasi lainnya untuk berperan aktif dalam membuat gerakan positif lainnya.

Selain itu, Maria juga mengungkapkan bahwa perubahan situasi yang cepat di masa pandemi membuat tim Jogjabregas.id harus menyerap isu yang ada dengan cepat dan tepat. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan bagaimana Jogjabregas.id dapat mempertahankan relevansinya terkait apa yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga, menurutnya, kecepatan dan ketepatan dalam menangkap kebutuhan saat ini menjadi penting karena tidak bisa diprediksi keadaannya. “Namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana orang-orang bisa bekerja sama, berawal dari ide, dan dilaksanakan menjadi sesuatu yang sangat berguna,” pungkas Maria. (/Ann)