Strategi Fresh Graduate dalam Menghadapi Dunia Kerja

Yogyakarta, 25 September 2020—Sosiology Research Center (SOREC) bersama Keluarga Mahasiswa Sosiologi menyelenggarakan Webinar kedua yang bertajuk “Strategi Fresh Graduate dalam Menghadapi Dunia Kerja di Masa Pandemi” pada Jumat malam (25/9). Acara ini turut menghadirkan Gregorius Ragil, M.A (dosen departemen Sosiologi), Obed Kresna Widyapratistha (fresh graduate dan owner kanmakan_yk), dan Ridha Kusnawati (Partnership Indonesian Enterpreneur Club). Acara berlangsung via Zoom Meeting pada 19.00-21.30 dan dimoderatori oleh Jelena Jasmine, mahasiswa Sosiologi 2018.

Sebagai fresh graduate yang pernah mendirikan bidang usaha, Obed membagikan ceritanya bagaimana awal mula ia menjalani bisnis. Pada awalnya, ia memilih bisnis yang mudah dengan minim modal, yaitu kuliner. Melalui media online, ia berjualan banoffee sebelum akhirnya menempati Nitikusala, coffee shop, untuk merintis kanmakan_yk yang dinamai bubur halusinasi. Menjelang lulus ia berpikir bahwa bagaimana caranya agar ketika lulus tidak bekerja dahulu, tetapi justru menyediakan lapangan pekerjaan unt saudara/tetangga. Akhirnya ia membuka oprec untuk karyawan dan banyak yang mendaftar. Namun, ketika pandemi datang, pelan-pelan ia memberhentikan karyawannya hingga akhirnya menonaktifkan bisnisnya karena sepi pelanggan. Sampai sejauh ini, Obed mengatakan bahwa dirinya belum memutuskan kapan akan mulai lagi di bidang usaha, karena target pasarnya mahasiswa, maka mungkin tidak akan normal sebelum kuliah diaktifkan. Obed berpesan bahwa kita tidak boleh berpaku pada satu hal, belum tentu bisnis pertama yang akan terus dijalaninya. “Setelah mencoba bisnis, pada akhirnya ya kita jangan terpaku pada  satu hal ya tapi kemudian harus lebih fleksibel,” ungkapnya.

Jika Obed berbicara dari sisi wirausaha, berbeda dengan Ridha yang berbicara dari sisi employee/karyawan. Menjelang lulus, Ridha sudah bekerja. Menurutnya, dalam dunia kerja, baik wirausaha maupun karyawan sama-sama membutuhkan hal yang sama, yaitu skill, network, dan experience. Skill merupakan sesuatu yang bisa dijual atau senjata hidup yang harus dicari. Skill sangat dibutuhkan ketika kita akan mencari kerja, bahkan dengan memiliki skill yang tajam akan menambah kepercayaan diri kita untuk menawar gaji ketika interview kerja. Namun, skill juga harus dibarengi dengan network atau jaringan. Skill akan sangat menguntungkan jika diketahui oleh publik, karena dengan itu kita dapat berorientasi bahkan bertemu orang baru. Pengalaman juga tidak kalah penting, karena tidak jarang juga requirement yang mensyaratkan pengalaman ketika apply kerja, bahkan jika kita baru saja lulus. Meskipun fresh graduate, bukan berarti kita tidak punya pengalaman apa-apa. “Jadilah fresh graduate yang gak freshfresh amat. Mau jadi karyawan atau wirausaha, yang dibutuhkan adalah keahlian, pengalaman dan jaringan,” tutur Ridha.

Terkait kondisi Indonesia, Gregorius menerangkan bahwa bahwa dampak COVID-19 menyebabkan kontraksi PDB diprediksi mencapai 3,8%, 4 sampai 5,5 juta orang akan kehilangan pekerjaan, tingkat pengangguran mencapai 9,1 %, dan munculnya ‘new poor’ sekitar 27 juta orang. Menanggapi hal tersebut, pemerintah sudah menawarkan berbagai solusi yang berfokus pada pengucuran dana untuk membantu terdampak, khususnya UMKM. Namun, kalau melihat besaran kucuran dana dengan jumlah penduduk kita dan jumlah usaha di sektor informal tentu tidak dapat secara efektif mendorong dan menstimulus sektor kecil menengah. Dalam hal ini, Gregorius melihat pada konteks sosiologi yang berhubungan dengan anak muda, bahwa sektor informal dianggap sebagai jembatan untuk masuk ke sektor formal dan pekerjaan tetap. (/Wfr)