UX Writing Talk Session: Pengetahuan Dasar yang Wajib Kamu Ketahui Untuk Menjadi UX Writer

Yogyakarta, 3 Agustus 2020Center for Digital Society (CfDS) baru saja melangsungkan digital discussion #29 dengan mengangkat tema UX Writing pada Senin lalu. Pada sesi ini, CfDS berkolaborasi dengan Rizqie Aulia, sang experts yang bekerja sebagai UX Writer Halodoc yang memantik materi dasar terkait dunia UX Writing kepada hampir 200 peserta yang mendaftar. Diskusi yang dimoderatori oleh Made Agus Bayu selaku perwakilan dari CfDS ini diawali dengan pelontaran pertanyaan interaktif dari Rizqie yang kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi terkait dasar-dasar dalam memahami UX Writing.

UX Writing atau yang memiliki akronim User Experience Writing ini merupakan salah satu elemen penting dalam UX Design. Sebagai bagian dari masyarakat yang tidak terlepas dari penggunaan teknologi digital, UX Writing dapat dijumpai dari adanya susunan kata yang dapat memudahkan kita dalam menggunakan sebuah aplikasi atau produk digital. Atau dalam formalnya, UX Writing merupakan seni menyusun text yang hidup di dalam sebuah digital interface dan produk. Yang menjadi penekanan pada output dari UX Writing adalah terletak pada elemen penyusunan kata (wordings) untuk produk, sementara UI Design merupakan bagian dari UX Design yang penekanannya terletak pada visualisasi dari produk.

Sebagai elemen penting dalam UX Design, seorang UX Writer diharapkan dapat membantu memenuhi tujuan dari seorang pengguna yang hendak menyelesaikan suatu masalah. Misalnya, pengguna sebuah aplikasi e-commerce berbasis online hendak membeli sebuah produk, maka disinilah peran seorang UX Writer diharapkan dapat menjadi mediator yang mampu menjembatani terselesaikannya kebutuhan atau masalah yang dimiliki oleh pengguna. Berkaitan dengan adanya goals untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pengguna, Rizqie turut memaparkan dua modal dasar yang hendaknya dimiliki oleh UX Writer. Adapun dua modal dasar ini terbagi dalam klasifikasi must have qualities dan nice to have qualities. Dalam modal wajib (must have qualities), terdapat beberapa kualifikasi yang diantaranya ialah seorang UX Writer harus memiliki pemikiran yang berorientasi kepada arah problem solving, memiliki pemikiran desain, memahami pengguna, dan memiliki collaboration mindset.

Di sisi lain, terdapat pula beberapa modal yang jika dimiliki dapat menjadi poin tambahan (nice to have qualities) yakni diantaranya, kemampuan untuk dapat mengoperasikan peralatan desain, memahami bisnis, bergelar sarjana sastra atau desain, dan memiliki pengetahuan dasar terkait penelitian.  Rizqie juga menjelaskan bahwasanya dalam bekerja menjadi seorang UX Writer, tantangan pun akan tetap ada, utamanya yang berkaitan dengan rapid product development cycle (siklus rilis update tiap perusahaan atau industri akan berbeda satu sama lainnya), switching context (tantangan bagi UX Writer untuk dapat mengerjakan satu projek ke projek lainnya), dan experience vs business (dilema antara berjualan atau membuat pengalaman yang nyaman bagi user). Tiga tantangan yang disebutkan oleh Rizqie kiranya akan menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam UX Writing. Maka dari itu pula, proses kreatif yang terjadi dalam menciptakan susunan kata akan sangat bergantung kepada masing-masing UX Writer.

Bagi Rizqie, proses kreatif yang secara umum dapat ditemui dalam UX Writing adalah adanya context grasping (hal terpenting untuk memahami apa yang hendak diselesaikan dalam sebuah desain), research (setelah memahami konteks, UX Writer membutuhkan penelitian cepat untuk memahami praktik industri terbaik terkait dengan masalah yang ada), drafting (penyusunan setelah memahami penelitian), peer review (susunan pertama akan direviu oleh penulis atau desainer), iteration (melakukan revisi terhadap permintaan setelah terjadi peer review), final copy approval (persetujuan akhir untuk disalin), dan design sign off (salinan akan diberikan kepada desainer untuk diimplementasikan dalam desain akhir). Sebagai tambahan, gaji seorang UX Writer pun dinilai cukup menggiurkan, pasalnya di Indonesia sendiri, UX Writer yang bekerja pada perusahaan unicorn akan mendapatkan gaji yang bervariasi, tetapi kemungkinan akan berkisar mulai dari 120 juta per tahun.

Jalannya diskusi yang memakan waktu sekitar dua jam ini berakhir dengan penyampaian Rizqie yang menyatakan bahwa untuk menjadi seorang UX Writer, perlu diawali dengan memiliki kebiasaan dalam menulis karena menulis merupakan strong point yang menjadi modal utama. Selain itu, biasakan dengan memperhatikan copy dan desain dari aplikasi digital yang sering dipakai, setidaknya coba untuk melihat screen dan amati apa yang kiranya perlu diperbaiki. Tak lupa, perluas pandangan dengan mencari inspirasi dari para UX Writer di Linkedln serta banyak mengikuti webinar yang menawarkan sesi diskusi terkait UX Writing. “Terakhir, jangan berhenti untuk percaya dan dunia desain itu dunia yang seru, menyenangkan, dan tiap harinya akan ada pertanyaan baru, jadi dijamin deh nggak akan ngebosenin!” Tutur Rizqie. (/Adn)