Kapstra Fisipol UGM Gandeng Gerkatin Selenggarakan Dialog Sunyi, Kelas Bahasa Isyarat Gratis

Yogyakarta, 27 September 2024─Keluarga Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (Kapstra) Fisipol UGM menyelenggarakan kelas bahasa isyarat yang diberi tajuk Dialog Sunyi. Acara yang digelar di kampus Fisipol UGM ini merupakan program kerja kolaborasi antara Kapstra Fisipol UGM dengan Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) sebagai salah satu NGO (Non-Profit Organization) yang bergerak di bidang kesejahteraan dan pemberdayaan tunarungu.

Dialog Sunyi digelar rutin setiap hari Jumat selama tiga minggu sejak tanggal 13, 20, dan 27 September 2024. Acara ini merupakan manifestasi dari semangat inklusi yang dibangun oleh teman-teman mahasiswa Kapstra Fisipol UGM.

Menurut mereka, diperlukan adanya kesadaran bersama untuk menghilangkan sekat pembatas untuk berdialog dengan teman-teman penyandang tuna rungu sehingga dapat bergerak bersama menciptakan inklusivitas. “Dialog Sunyi bertujuan untuk mewadahi mahasiswa yang ingin belajar bahasa isyarat dan meningkatkan kesadaran akan inklusi terutama terhadap tuna rungu,” ujar Camila Qivtia Anggun Sukmaningrum, selaku anggota Divisi Sosial Masyarakat yang merancang Dialog Sunyi. 

Dialog Sunyi mengajak peserta untuk belajar dasar-dasar bahasa isyarat mulai dari abjad, kosakata untuk sehari-hari, hingga merangkai kata demi kata untuk berinteraksi dengan teman-teman tuna rungu. “Disini kita belajar bersama bahasa isyarat dasar tanpa sertifikasi untuk peserta karena tujuan besar kami adalah meningkatkan kesadaran pentingnya belajar bahasa isyarat dan syukur-syukur kedepannya peserta tertarik untuk mendalaminya di lembaga yang menyediakan sertifikat,” jelas Cancala, sebagai anggota Divisi Sosial Masyarakat yang turut merancang acara ini. 

Dialog Sunyi terbuka secara gratis bagi semua civitas akademika UGM yang ingin merasakan pengalaman belajar bahasa isyarat langsung dengan komunitas tunarungu. Bahkan, acara ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Fisipol saja, tetapi juga dihadiri oleh mahasiswa dari luar Fisipol yang tertarik untuk belajar bahasa isyarat. “Saya sangat senang bisa berpartisipasi dalam Dialog Sunyi dan belajar bahasa isyarat langsung dari ahlinya karena selain mengisi waktu luang saya juga dapat membuka wawasan tentang pentingnya bahasa isyarat dalam berkomunikasi dengan teman-teman tunarungu,” tutur Sandya, salah satu peserta Dialog Sunyi. Ia juga berharap kegiatan ini terus berlanjut dan bisa menjangkau lebih banyak orang, agar semakin banyak yang memahami bahasa isyarat dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.

Dialog Sunyi menjadi langkah konkrit dari Kapstra Fisipol UGM sebagai bagian dari Fisipol UGM dan Gerkatin untuk menambah pengetahuan mahasiswa dalam menggunakan bahasa isyarat dan meningkatkan kesadaran untuk menciptakan inklusivitas. Dengan begitu, tujuan pembangunan berkelanjutan poin ke-4 tentang pendidikan berkualitas dan ke-10 tentang berkurangnya kesenjangan dapat tercapai.