Kolaborasi SODEC Fisipol dan Kemensos RI dalam Studi Evaluasi Program ATENSI Rehabilitasi Sosial

Yogyakarta, 13 November 2024─Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM, Rezaldi Alief Pramadha dan Kafa A. Kafaa memaparkan hasil riset dari Studi Evaluasi Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dalam diseminasi hibah riset “Research Week 2024” pada Kamis (13/11). Riset ini merupakan riset Kerjasama antara Social Development Studies Center (SODEC) dengan Kementerian Sosial Indonesia yang dilaksanakan sejak pertengahan hingga akhir tahun 2023. Program ATENSI diatur dalam Permensos No 7 Tahun 2022 dimana terdapat perubahan mekanisme panti rehabilitasi yang dimiliki Kemensos dalam pelayanan dari single ke multi layanan. Paparan yang disampaikan merupakan temuan dari implementasi, efektivitas biaya dan dampak dari program ATENSI di 11 sentra dan penerima manfaatnya dengan total 509 responden dan 666 informan. 

“Sejak tahun 2022 setiap panti tidak terspesialisasi untuk salah satu layanan PPKS (pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial) saja tapi panti itu harus menyediakan multi layanan untuk beberapa macam tipe PPKS,” jelas Rezaldi. Tipe PPKS berdasarkan Perubahan Permensos No 7 Tahun 2022 meliputi anak, lansia, penyandang disabilitas, NAPZA, dan korban bencana.

Hasil temuan menunjukkan bahwa melalui perbandingan indeks implementasi antar wilayah, paling rendah adalah poin sumber daya dan paling tinggi adalah poin komunikasi. Sumber daya meliputi kekurangan atas sumber daya manusia (pekerja di sentra) maupun sarana-prasarana. Adapun dari realisasi anggaran dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sejak 2020 jumlah realisasi anggaran mencapai Rp 235 miliar dan mencakup 20 ribu penerima manfaat.

Diketahui anggaran terbesar dikeluarkan untuk layanan hidup layak sementara yang paling kecil dialokasikan untuk dukungan keluarga. Selain itu terjadi peningkatan jumlah penerima manfaat. Meskipun hanya 60% yang yakin untuk hidup mandiri setelah mendapatkan layanan. 

“Padahal yang paling dibutuhkan untuk mandiri adalah dukungan keluarga dan komunitas serta pelatihan vokasional atau pembinaan kewirausahaan. Jadi kalau dilihat dari output atau pelayanan memang oke, tapi kalua dari outcome yang dibutuhkan adalah dukungan keluarga atau pembinaan kewirausahan itu,” lanjut Rezaldi.

Sementara itu dampak signifikan yang sangat terlihat dari implementasi ATENSI diantaranya dari keragaman proses terminasi, pemenuhan kebutuhan dasar yang baik, dukungan kemandirian ekonomi dan sosial, stigmatisasi sosial yang masih menjadi hambatan bagi peran sosial penerima manfaat di komunitas, dukungan dari keluarga dan komunitas yang penting, serta adanya ketergantungan penerima manfaat kepada program ATENSI. 

“Ide dari single ke multi layanan didukung positif tidak hanya oleh PPKS tapi juga penyelenggara dan akademisi. Namun perlu adanya penyesuaian terutama dalam kesediaan sumber daya, sarana prasarana, pendampingan program dari pre-pasca yang terlihat jelas ketimpangannya,” tukas Kafa. (/dt)