
Yogyakarta, 11 Februari 2025—Sejak pertama kali diluncurkan, program beasiswa LPDP menarik banyak minat mahasiswa. Kini pemerintah memberikan kemudahan untuk mendapatkan beasiswa pendidikan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seiring meningkatkan peminat, perubahan kebijakan dan penyesuaian aturan juga dilakukan. Career Development Center (CDC), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada menggelar talkshow bersama LPDP dan Awardee pada Jumat (7/2) dengan tajuk “Webinar Sharing Beasiswa LPDP: Proses Pendaftaran dan Tips Menulis Esai”.
Ari Ragil Kuncoro, Kepala Subdivisi Komunikasi LPDP menjelaskan, akan ada sejumlah perubahan dalam skema pelaksanaan LPDP di tahun 2025. Beberapa di antaranya adalah penambahan beasiswa doktor, perluasan wilayah jalur afirmasi, penambahan program prioritas baru dan skema pembiayaan, hingga perubahan ketentuan Disability Scholarship 2025. Pembaruan tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pakar dalam negeri dan meningkatkan inklusivitas dalam proses seleksi LPDP.
“Program afirmasi ini kami tingkatkan, dari yang awalnya hanya 96 Kabupaten/kota sekarang diperluas menjadi 127 Kabupaten. Ini berdasarkan keputusan presiden. Harapannya agar bisa menjangkau masyarakat secara lebih luas,” tutur Ari. Proporsi penambahan wilayah afirmasi meliputi pulau sumatera, kalimantan, NTT dan NTB, Sulawesi, dan Papua. Selain itu, pendaftar beasiswa afirmasi LPDP tidak perlu lagi melampirkan sertifikat bahasa asing.
Sedangkan untuk kewajiban kontribusi, kebijakan memberikan pengurangan untuk masa pengabdian di Indonesia. Penerima beasiswa diwajibkan kembali ke tanah air maksimal tiga bulan setelah lulus dan menetap selama minimal dua kali masa studi. “Ini sudah dikurangi ya, kalau dulu dua kali masa studi plus satu. Sekarang kita beri keringanan dua kali masa studi saja harus kembali dan mengabdi di Indonesia,” terang Ari. Selama masa studi, penerima beasiswa juga diperbolehkan mendaftar magang atau bekerja maksimal dua tahun.
Pendaftaran LPDP telah dibuka sejak 17 Januari lalu dan berakhir pada 17 Februari mendatang. Angkatan LPDP tahun ini rencananya akan diberangkatkan maksimal Juli 2025. Ari menghimbau, bagi yang benar-benar ingin mendaftar beasiswa LPDP disarankan agar mempersiapkan diri jauh-jauh hari. “Ada banyak persyaratan yang diperlukan, jadi teman-teman bisa persiapkan lebih awal. Jangan ketika kita sudah buka, masih menunggu nilai, sertifikasi, dan lain-lain,” pesan Ari.
Hayara Khairia, awardee LPDP 2023 membagikan tips dan trik seleksi LPDP sekaligus hal-hal yang harus diperhatikan calon pendaftar. Menurutnya, penting untuk mengetahui sistem penerimaan dari universitas tujuan. Pendaftar LPDP bisa mengajukan beasiswa baik setelah ataupun sebelum diterima di universitas. Jika sudah diterima, LPDP akan memberikan waktu untuk melampirkan unconditional Letter of Acceptance (LoA). Namun jika belum, pendaftaran masih bisa dilakukan tanpa melampirkan LoA tapi pendaftar harus melakukan persiapan ekstra untuk memastikan dirinya diterima di universitas yang dituju.
Hayara dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa LPDP di University of Western Australia dalam program studi International Relations. Selain soal prosedur, menurutnya penting juga untuk mencari universitas yang cocok. “Teman-teman akan menghabiskan waktu kurang lebih dua tahun, jadi bisa dipertimbangkan dengan matang seputar jurusan, kurikulum, ranking universitas, sampai organisasi kampus,” himbau Hayara.
Tak hanya menjelaskan prosedur, Hayara juga memberikan tips agar bisa lolos seleksi LPDP bisa dimaksimalkan dalam esai mengenai penilaian diri. Esai bisa dimulai dengan satu gagasan pokok mengenai kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Penjelasan seputar diri sendiri harus bisa mengekplorasi secara nyata apa yang dipelajari dalam refleksi diri tersebut.
Bincang seputar kebijakan LPDP beserta pengalaman awardee yang digelar CDC Fisipol UGM diharapkan dapat memberi informasi lengkap untuk mahasiswa yang berminat, sekaligus mendorong keinginan untuk terus berkarya di dalam maupun luar negeri. Tentunya, hal ini juga dilakukan untuk mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4, yakni Pendidikan Bermutu. (/tsy)