Alumni Sharing Cangkeman #4: Kuliah Ilmu Politik Membekali Mahasiswa Berwirausaha

Yogyakarta, 22 April 2020— Pada Rabu (22/04/20) petang lalu, keduanya berbagi pengalaman dalam Cangkeman (Bincang Komap dan Teman-teman) #4 dengan tema “Alumni Sharing #1: Kuliah di DPP, bisakah aku jadi entrepreneur?”. Diskusi dilakukan lewat live akun Instagram @komapugm dan dilaksanakan dalam dua sesi. Sesi pertama  (18.30-19.30) diisi oleh Ngakan, sementara sesi kedua (19.30-20.30) oleh Ahmad. Meskipun dilaksanakan secara daring, live Instagram berlangsung interaktif karena keduanya bersedia menanggapi pertanyaan yang diberikan audiens pada kolom komentar.

Siapa sangka kuliah ilmu politik tak megizinkan mahasiswanya berwirausaha? Dua mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Ngakan Yudha Pratama (DPP 2011) dan Ahmad Fikri Danurdoro (DPP 2014), menepis sangkaan itu. Saat masih berada di bangku perkuliahan, pria yang kerap disapa Ngakan itu mulai mengembangkan bisnis jasa pencucian sepatu yang ia namai Helshoes “One Stop Laundry Service”. Bisnis tersebut bertempat di Bali, tempat asalnya, dan berkembang pesat hingga sekarang.

Berbeda dengan Ngakan, Ahmad mulai mengembangkan Nitikusala Coffee & Tea, kafe yang terletak di bilangan Caturtunggal, Sleman, pada Januari tahun lalu. Pada sesi pertama, Ngakan bercerita soal awal mula ia mengembangkan bisnisnya. Ngakan bercerita, bisnis yang saat ini ia jalankan berawal dari kegemaran mengumpulkan sepatu dan mencucinya. Saat itu, ia juga menerima jasa pencucian sepatu teman-temannya.

“Awalnya cuma tukang cuci sepatu teman-teman (tertawa). Tahun 2011, saya bergabung dengan sebuah komunitas motor di Yogyakarta. Dari situ, relasi jadi tambah banyak, lalu muncul ide untuk mengembangkan bisnis (ini),” kata Ngakan. Selain karena hobi dan relasi, jiwa wirausaha Ngakan juga terasah lewat berbagai kompetisi bisnis yang ia ikuti semasa mahasiswa.

Bagi Ngakan, komponen penting dalam berbisnis adalah kemampuan branding dan komunikasi. Perkuliahan di DPP, menurutnya, membekali mahasiswa untuk memiliki keduanya. “Di DPP, kita diajari membranding diri, seakan-akan seperti caleg (tertawa). Jika dianalogikan ke usaha, ketika punya barang, kita diajari cara mengemasnya menjadi sesuatu yang menarik minat konsumen,” kata Ngakan. Lantara hal itu, Ngakan mengungkapkan, mahasiswa yang lulus dari DPP secara alamiah akan siap untuk berwirausaha.

“DPP benar-benar memberi sumbangan relasi dan hal-hal yang diperlukan dalam menjalankan bisnis,” tambahnya. Sementara pada sesi kedua, Ahmad berkesempatan membagikan pengalamannya. Ahmad mengungkapkan, sejak berdiri awal tahun lalu, Nitikusala Coffee & Tea dikembangkan dengan semangat ruang pemberdayaan. Hal itu ditunjukkan dengan adanya lebih dari lima puluh diskusi  yang diselenggarakan secara rutin di sana. “Lewat Nitikusala, saya hendak menunjukkan bahwa semangat pemberdayaan dan perjuangan bisa dilaksanakan lewat cara sederhana, yakni memberi ruang untuk mengekspresikan diri,” kata Ahmad. (/Snr)