ASEAN Studies Center UGM Dorong Sekolah Inklusif Lewat Program “Bersekolah di Planet of Love”

Yogyakarta, 24 Oktober 2025─Tim dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Bersekolah di Planet of Love: Membangun Kesadaran dan Inklusi Pendidikan bagi Anak dengan HIV/AIDS”. Program ini menjadi bagian dari upaya mendorong kesadaran publik terhadap pentingnya pendidikan inklusif, terutama bagi anak-anak dengan kondisi kesehatan yang kerap tak tampak (invisible disabilities). Tulisan ini mencerminkan nilai dari SDGs 3 (Kesehatan yang baik dan Kesejahteraan), 4 (Pendidikan bermutu), dan 10 (Mengurangi Ketimpangan).

Kunjungan perdana dilakukan pada hari Jumat (25/7) di dua sekolah dasar di Yogyakarta: SD Kanisius Kumendaman dan SD Negeri Suryodiningratan 2. Kedua sekolah ini menjadi lokasi program rintisan pendidikan inklusif yang menyasar siswa kelas 4-6 SD, dengan harapan menjadi model bagi penerapan sekolah ramah anak di tingkat dasar.

Program ini merupakan hasil kolaborasi antara ASEAN Studies Center (ASC) FISIPOL UGM, Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, dan Departemen Ilmu Hubungan Internasional, dengan dukungan gerakan sosial Network of Love — sebuah inisiatif distribusi dampak dari film dokumenter Planet of Love.

Dari hasil kolaborasi antara tim ASC UGM dan tim film Planet of Love inilah lahir ide untuk mengembangkan materi pembelajaran berbasis social justice pedagogy — pendekatan pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis, empati, dan nilai keadilan sosial di ruang kelas.

Inisiatif tersebut kemudian diformalkan melalui proposal Pengabdian kepada Masyarakat FISIPOL UGM Tahun 2025, yang berhasil memperoleh pendanaan hibah melalui ASC UGM. Program ini kemudian diketuai oleh Agustina Kustulasari, M.A., dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, yang juga menjadi penyusun utama panduan pembelajaran.

Dari Pelatihan Guru hingga Ikrar “Berani Peduli”

Program Bersekolah di Planet of Love dilaksanakan dalam lima kali kunjungan di dua sekolah mitra. Rangkaian kegiatan diawali dengan Training of Teachers, yaitu pelatihan bagi guru untuk mengenal konsep invisible disabilities, social justice pedagogy serta strategi pembelajaran yang mendukung inklusi dan kesetaraan di kelas.

Tahapan berikutnya adalah sesi pembelajaran interaktif bagi siswa, berdasarkan materi pembelajaran: Pendidikan Inklusif untuk Anak dengan Disabilitas Tak Tampak. Dalam empat sesi utama, siswa diajak memahami makna perbedaan dan empati melalui permainan, permainan peran, hingga pemutaran cuplikan film Planet of Love.

Beberapa sesi kegiatan di antaranya:

  • “Ransel Tak Terlihat”, mengenalkan bahwa setiap anak membawa beban yang tak selalu tampak
  • “Dia Temanku”, latihan empati lewat permainan peran
  • “Jika Kau Terlahir”, refleksi dengan karakter-karakter dari film Planet of Love; dan Sekolah Ramah untuk Semua”, yang diakhiri dengan Ikrar Kampanye “Berani Peduli” — di mana anak-anak secara kompak menghias banner dan menyerukan pesan, “Kami Berani Peduli!”

“Anak-anak merespons dengan sangat antusias. Dengan aktivitas yang menyenangkan, mereka belajar memahami bahwa perbedaan bukan alasan untuk menjauh, tetapi kesempatan untuk belajar berempati,” ujar Agustina Kustulasari, ketua tim sekaligus fasilitator utama.

Menumbuhkan Benih Inklusi di Sekolah Dasar

Selain menyasar siswa, program ini juga membuka ruang refleksi bagi para pendidik. Di akhir rangkaian kunjungan, tim menggelar sesi evaluasi bersama guru untuk membahas strategi penerapan nilai-nilai inklusif dalam kegiatan belajar sehari-hari.

Langkah kecil ini diharapkan menjadi rintisan perubahan menuju sistem pendidikan yang lebih adil dan bebas stigma untuk anak anak dengan indikasi disabilitas tak tampak, terutama bagi anak-anak penyintas HIV/AIDS.

“Inklusi bukan hanya tentang menerima anak berkebutuhan khusus, tetapi juga mengakui bahwa ada banyak bentuk disabilitas yang tidak tampak. Sekolah harus menjadi ruang yang aman untuk semua,” tambah Ari.

Melalui program Bersekolah di Planet of Love, ASC UGM menegaskan komitmennya untuk menghubungkan penelitian, film, dan pengabdian masyarakat dalam satu napas yang sama— menghadirkan ilmu yang hidup dan berdampak.

Sebagaimana seruan anak-anak di penghujung kegiatan,“Kami Berani Peduli — karena setiap anak berhak belajar dan diterima apa adanya.”

Penulis: Putri Rakhmadhani Nur Rimbawati