Yogyakarta, 20 Februari 2025 – Dalam era transformasi digital, penggunaan teknologi seperti cloud computing menghadirkan efisiensi, skalabilitas, dan fleksibilitas yang signifikan karena dapat diakses dimana saja. Namun, tanpa disadari teknologi tersebut masih meninggalkan jejak karbon yang cukup signifikan karena membutuhkan aliran listrik yang begitu besar. Menjawab permasalahan tersebut, Nadia Varayandita Ingrida, mahasiswa Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik, dalam tulisannya yang berjudul “Green Digital: Revolusi Digital Cloud Computing Ramah Lingkungan untuk Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs)” menekankan perlunya penyempurnaan teknologi digital dengan prinsip keberlanjutan atau green digital.
Mewujudkan green digital dapat didorong dengan menggunakan energi terbarukan, seperti penggunaan tenaga surya dan tenaga angin, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daya listrik cloud computing yang besar. Selain itu, dalam mewujudkan teknologi yang ramah lingkungan, serat optik memberikan solusi adanya udara bersih karena mampu menghemat hingga 90% energi yang dibutuhkan untuk memberi daya dan mendinginkan peralatan yang digunakan untuk transmisi data.
Oleh karenanya, penting untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan tanggung jawab lingkungan. Artikel ini juga sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 12 dalam konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dan 13 keterkaitannya pada penanganan perubahan iklim.
Pembahasan lebih lengkap mengenai pengembangan teknologi digital yang diselaraskan dengan praktik penggunaan teknologi ramah lingkungan dapat dibaca dan diakses melalui tautan berikut: https://megashift.fisipol.ugm.ac.id/2024/02/19/green-digital-revolusi-digital-cloud-computing-ramah-lingkungan-untuk-mewujudkan-sustainable-development-goals-sdgs/