Dalam diskusi ringan ini dibahas mengenai pengalaman dan kiprah dari masing-masing pembicara dalam mengikuti perlombaan dan turut serta mengatasi permasalahan sosial melalui mendirikan startup. Muhammad Rilo Nugroho sebagai co-founder dari Lomba Mahasiswa mengungkapkan mengenai kisahnya bermula dari kesulitan mencari sumber informasi perlombaan yang terpercaya dan aktual, hingga mengenai minimnya publikasi atas mahasiswa yang berprestasi dalam bidang perlombaan. Ia dan teman-temannya berusaha mengatasi masalah tersebut dengan mendirikan startup Lomba Mahasiswa, dimulai dengan membuat akun informasi lomba di Instagram dan kemudian juga via Official Account di LINE. Rilo menjelaskan bahwa mengikuti perlombaan atau membangun startup dan kemudian berprestasi itu tidak semudah yang dibayangkan, namun melalui proses dan kesabaran yang tinggi untuk akhirnya dapat memperoleh nilai yang positif baik bagi diri sendiri dan juga lingkungan sekitar. Tidak pernah menyerah adalah kata yang harus selalu dicamkan dalam berjuang dan tetap teguh mengobarkan semangat untuk terus berprestasi.
Hadza mengawali sesi dengan kisah menariknya ketika mendaftar beasiswa di Turki tersebut. Kondisinya yang bahkan belum melaksanakan seminar proposal skripsi serta masih sangat awam mengenai Turki, tidak meruntuhkan semangat “nekat” Hadza untuk mengikuti seleksi Türkiye Bursları kala itu.
“Saya mungkin tidak akan lolos, tetapi karena tengah meneliti mengenai politik Turki dalam skripsi saat itu, saya memutuskan untuk tetap mencoba,” kata Hadza.
Kekayaan sejarah, keramahan penduduk, keragaman perspektif dan cara pandang masyarakat yang menarik untuk diteliti, hingga kuliner yang lezat; merupakan beberapa alasan yang menurut Hadza, menjadikan Turki sebagai destinasi studi lanjutan yang patut dicoba. Belum lagi, tersedia banyak alternatif jalur yang dapat ditempuh agar bisa menuntut ilmu dan mendapatkan beasiswa di negara tersebut.
Yogyakarta, 28 November 2018—Vissia Ita Yulianto menjadi presenter pertama yang membawakan penelitian mengenai kasus’65 dari kacamata media baru. Youtube kemudian dipilih sebagai media yang dikaji dalam penelitiannya.
“Banyak narasi-narasi di luar narasi master mengenai kisah ‘65 yang kami temukan selama melakukan riset ini,” ujar Ita. Riset ini menggunakan pendekatan sosial memori yang lebih mengedepankan sisi emosi ketimbang fakta-fakta sejarah.
Dalam melakukan riset ini, tim ini menemukan penggunaan bahasa sebagai hal yang khas dalam topik ini. Banyak narasi-narasi yang disuarakan menggunakan bahasa-bahasa yang sengaja dimainkan dengan tujuan untuk menyuarakan ide narasi namun secara tidak langsung.
Agni Pratama membuka diskusi dengan memaparkan beberapa top skills pekerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Menurut Agni, salah satu skill yang tidak dapat diotomatisai adalah critical thinking.
“Perusahaan dapat dengan mudah mengotomatisasi metode kerja. Namun, satu hal yang harus dimiliki pacar pencari kerja adalah critical thinking, karena skill ini adalah murni skill yang dimiliki masing – masing tidak dapat dimesinkan,” kata Agni.
Menurut Agni, meningkatkan skill critical thinking dapat dilakukan dengan membaca baik dari sisi akademis yang kemudian diterjemahkan dalam membaca situasi sekitar.
Dalam penelitiannya, tim menelusuri berita-berita dalam reportase Kompas sejak tahun 1999 hingga 2017. Kompas sendiri dipilih karena merupakan media dengan basis massa nasional dan tidak pernah dicekal peredarannya oleh pemerintah.
Melalui pemberitaan Kompas, tim peneliti menemukan terdapat 13.524 tindak nirkekerasan yang dilakukan oleh berbagai lapisan elemen di Indonesia. “Hal ini berarti tindak nirkekerasan telah menjadi bagian dalam penyuaraan keluhan dan kepentingan masyarakat Indonesia terkait konflik sosial pasca Reformasi,” ungkap Ayu. Lebih lanjut, nirkekerasan turut membantu memperluas ruang antara cara-cara institusional dan formal dalam pelaksanaan demokrasi.
‘Kalau bisa bertahan hidup di Rusia maka kita akan bisa hidup di mana saja’, inilah kutipan dari Andrea Hirata, yang turut disetujui oleh Ina.
“Tantangan kuliah di Rusia itu bahasa dan cuaca,” ujar Ina. Sulitnya Bahasa Rusia merupakan tantangan tersendiri bagi para mahasiswa asing, beberapa diantaranya pulang atau mencari universitas di Rusia yang berbahasa inggris.
Bagi Ina, mempelajari Bahasa Rusia yang rumit membantunya dalam memahami banyak hal mulai dari akademik maupun kultur di Rusia. “Semakin rumit bahasa, semakin panjang sejarah suatu tempat. Tanpa keinginan belajar bahasanya, akan sulit paham sejarah Rusia,” ujar Ina.
Yogyakarta, 26 November 2018—Hibah Riset Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM kembali di helat.
Acara ini diselenggarakan mulai 26 November 2018 hingga 28 November 2018. Pada penyelenggaraan kali ini ada sedikitnya 63 hasil riset, baik dosen hingga mahasiswa, yang akan dipresentasikan. Berlokasi di Ruang Seminar Timur pada sesi kedua Senin (26/11), ada empat riset yang dipresentasikan dihadapan mahasiswa Fisipol.
Empat riset ini dari kelompok Hibah Hilirisasi Output Penelitian Advokasi Kebijakan dan Hibah Hilirisasi Output Penelitian Pengabdian Masyarakat. Untuk Hibah Hilirisasi Output Penelitian Pengabdian Masyarakat, ada tiga riset yang dipresentasikan. Di antaranya riset yang dikerjakan oleh Lisa Lindawati dkk yang berjudul ‘Kaum Muda Berdaya dengan Data #3 Peningkatan Kapasitas Pengelolaan dan Produksi Konten Multi Platform untuk Optimalisasi Dampak pemanfaatan SIPKADES’.
Yogyakarta, 26 November 2018—Menyikapi pentingnya aksi humaniter UGM bekerja sama dengan NOHA dalam membentuk acara “The NOHA-UGM School on Humanitarian Supply Chain Management and Logistics”.
Aksi humaniter dimaknai sebagai upaya untuk menyelematkan kehidupan, mengurangi penderitaan, dan mempertahankan martabat manusia dalam keadaan pasca-krisis. Dengan begitu, kehidupan korban terdampak krisis menjadi hal yang paling diutamakan.
Setiap tahunnya, berbagai wilayah di belahan dunia dihadapkan dengan keadaan krisis seperti bencana alam dan konflik bersenjata. Keadaan inilah yang kemudian menjadikan aksi humaniter menjadi hal yang penting.
Yogyakarta, Senin, 26 November 2018—Mengangkat tema “Committed to Science for Better Society”, Research Days 2018 resmi dibuka di Ruang Seminar Timur Fisipol UGM. Acara yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut hingga tanggal 28 November 2018 ini, akan dilaksanakan pada tiga lokasi berbeda pula; yakni Ruang Seminar Timur, Ruang Sidang Dekanat, dan Digilib Café Fisipol UGM.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Poppy S. Winanti, Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Alumni dan Penelitian dalam sambutannya pada pembukaan gelaran hibah riset tersebut, Research Days 2018 memiliki banyak inovasi yang berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya adalah poster dari tiap-tiap riset yang dipamerkan dan dapat dinikmati kalangan umum, di Selasar Timur Fisipol UGM.
Brief history of the Rohingya Refugee Crisis menjadi topik yang disampaikan oleh Dian. Masyarakat Rohingya adalah masyarakat minoritas yang tinggal di utara Arakan (Burma) yang selanjutnya berganti nama menjadi Rakhine State (Myanmar). Adanya Operation Dragon King pada tahun 1978 di Burma waktu itu, menjadi momen Burma secara resmi sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah Buddhist, sementara Islam, menjadi kelompok agama yang minoritas. Kala itu, Burma menetapkan etnis apa saja yang diakui dan Rohingya tidak termasuk didalamnya.