Pos oleh :

fisipol

Bisa Basi Kapstra Edisi Sharing Magang

Yogyakarta, 16 Oktober 2020—Keluarga Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan atau Kapstra Kabinet Sinergi Bersama 2020 Fisipol UGM menyelenggarakan program Bisa Basi Kapstra (Bincang Santai Banyak Inspirasi Kapstra) edisi “Sharing Magang” pada Jumat malam (16/10). Acara ini menghadirkan dua kakak tingkat PSdK sendiri, yaitu Ella Puji (PSdK 2017) dan Dwiarti Simanjuntak, S.Sos (PSdK 2016). Berlangsung melalui Live Instagram @kapstraugm, acara berlangsung pukul 16.00 WIB dan dimoderatori oleh Luluk AR, mahasiswa PSdK 2019. read more

Kuliah Praktisi Dasar Jurnalisme: Peluang dan Tantangan Jurnalis di Era Multiplatform

Yogyakarta, 15 Oktober 2020—Mata kuliah Dasar Jurnalisme Program Studi S1 Ilmu Komunikasi mengadakan pertemuan perkuliahan praktisi yang terbuka untuk umum. Dengan menghadirkan Fernan Rahadi—Redaktur Harian Republika dan Republika.co.id—sebagai dosen tamu, pertemuan ini secara khusus membahas topik “Peluang dan Tantangan Jurnalis di Era Multiplatform.” Kelas yang diadakan pukul 08.00 WIB ini dipandu oleh salah satu dosen mata kuliah Dasar Jurnalisme, Zainuddin Muda Z. M.

Setelah membuka pertemuan dengan penjelasan singkat mengenai materi yang akan disampaikan dalam kuliah praktisi kali ini, Zam pun selaku moderator menceritakan sedikit latar belakang dari Fernan. Zam kemudian mempersilakan Fernan untuk langsung menyampaikan materinya. Sebagai awalan, Fernan menyampaikan bahwa materi yang dibawakannya akan lebih banyak berkisar pada ranah praktis, bukan teoritis. read more

Exposure Talks #7 “Chevening 101: Talkshow and Essay Writing Workshop”

Yogyakarta, 15 Oktober 2020—Global Engagement Office atau GEO Fisipol UGM kembali hadir dengan Exposure Talks. Setelah sebelumnya berhasil memikat banyak peserta dengan mengangkat tema seputar beasiswa LPDP, pada seri ketujuhnya ini, Exposure Talks mengangkat tajuk “Chevening 101”. Dengan menghadirkan dua penerima Chevening Scholar sebagai pembicara—Retno Lestari Ningsih, M.Sc., dan Yasinta Ariesti, S.I.P., GEO Fisipol UGM merancang Exposure Talks kali ini dengan lebih produktif, yaitu dengan sekaligus menyediakan workshop penulisan esai dalam rangkaian acaranya. Setelah dibuka pada pukul 13.05 WIB dengan pemaparan singkat mengenai topik dan susunan acara serta pengenalan pembicara oleh pembawa acara dan moderator, Retno selaku pembicara pertama pun dipersilakan untuk langsung menyampaikan materinya. read more

Merayakan Dies Natalis Fisipol Ke-65 Lewat Diskusi Reflektif “Ilmu Sosial Dalam Masa Pandemi”

Yogyakarta, 15 Oktober 2020—Dies Natalis Fisipol yang selalu diadakan secara meriah, tahun ini terasa berbeda. Pasalnya di usianya yang ke-65, perayaan Dies Natalis Fisipol diperingati di tengah masa pandemi yang sarat akan tantangan. Melalui hal ini, Fisipol merefleksikan tantangan yang dihadapi lewat diskusi refektif bertajuk “Ilmu Sosial dan Pendidikan Tinggi Dalam Masa Pandemi” pada Kamis silam melalui Youtube Live.

Diskusi reflektif dibuka oleh penyampaian pidato berjudul “Ilmu Sosial dan Pandemi Covid-19: Peluang dan Tantangan Keilmuan dalam Masyarakat Berjejaring”, yang dibawakan oleh Haryanto selaku Profesor Departemen Politik Pemerintahan. read more

Hearing Dekanat Seputar Perkuliahan di Masa New Normal

Yogyakarta, 14 Oktober 2020—Dewan Mahasiswa Fisipol UGM kembali menyelenggarakan Hearing Dekanat pada Rabu sore (14/10). Pada kesempatan kali ini, Hearing Dekanat mengakomodasi mahasiswanya yang memiliki pertanyaan seputar akademik dan non-akademik pada perkuliahan di masa new normal. Seperti biasa, hearing dihadiri oleh Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, M. Si selaku Dekan, Dr. Wawan Masudi selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, dan Ika Wulandari Widyaningrum, S.Pd., MBA selaku Kepala dan Kemahasiswaan. Acara berlangsung pada pukul 16.00-17.30 WIB. read more

Satria Ikhlas: Dari Hobi jadi Prestasi

Setiap orang punya waktu 24 jam sehari dan itu tergantung diri kita sendiri mau dihabiskan buat apatutur Satria. Satria merupakan mahasiswa Departemen Politik Pemerintahan Fisipol UGM angkatan 2018 yang belum lama ini menjuarai kompetisi podcast nasional sebagai juara ketiga. Kompetisi ini diadakan oleh sekolah vokasi IPB yang mengangkat tema mengenai lingkungan. Dalam podcastnya satria memilih tema mengenai sampah, dan ternyata berhasil membawanya menjadi juara dalam perlombaan tersebut.

Satria mengungkapkan bahwa ketertarikannya dalam dunia podcast diawali dari sekedar hobi yang ia tekuni sejak kelas 11 SMA. Menurutnya, bentuk podcast yang portable, aksesnya mudah dan personal memiliki daya tarik sendiri baginya. Selain itu, satria juga mengikuti perkembangan podcast sudah sejak lama “Dulu podcast itu personal, orang membawa keresahannya sendiri lalu diceritakan dalam podcast itu. Kalau sekarang agak beda ya, misal seperti podcast Raditya Dika yang sekarang terkenal itu kan mengundang orang, jadi lebih soal argumen orang lain gitu” tuturnya. Dari hobi mendengarkan tersebut satria mulai berani mencoba membuat podcasntnya sendiri. Sekedar dengan belajar otodidak bagaimana membuka perbincangan, lalu soal closing dan soal bagaimana membuat pembicaraan tidak membosankan, menjadi perkembangan sedikit demi sedikit seiring perjalanan waktu. read more

MAP Corner Diskusikan Benang Kusut Pascapengesahan UU Ciptaker

Yogyakarta, 13 Oktober 2020MAP Corner atau Klub Manajemen Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan diskusi “UU Cipta Kerja, Kontroversi, dan Perlawanan” untuk membahas problematika pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) pada 5 Oktober 2020. Diskusi ini menghadirkan tiga pembicara yang terdiri dari satu perwakilan buruh serta dua pakar hukum dari Fakultas Hukum (FH) UGM.

Perwakilan Federasi Buruh Lintas Pabrik, Jumisih, menjelaskan bahwa pihaknya menolak UU Ciptaker karena menilai UU ini lebih buruk dari UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dia menjelaskan, pihaknya telah menyandingkan UU Ketenagakerjaan dengan dua draft UU Ciptaker yang tersedia, yakni draft dengan jumlah 1.035 halaman dan draft dengan jumlah 905 halaman. Dia menyoroti pasal terkait pengaturan upah, khususnya Upah Minimum Kabupaten/Kota, yang multitafsir dan berpeluang membuat buruh menerima upah di bawah Upah Miminum Provinsi. “Apabila upahnya kecil, maka upah lembur, THR, dan pesangon juga akan kecil jumlahnya,” tutur Jumisih. read more

Wajah Baru Politico Tour: Hadirkan Serial Webinar Tiga Ranah Bahas Isu Sosial Politik dalam Konteks Pandemi

Yogyakarta, 12 Oktober 2020—Perayaan Dies Natalis FISIPOL UGM ke-65 turut didukung dan dimeriahkan oleh Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan (KOMAP) dengan mengikutsertakan salah satu acara tahunannya, yakni Politico Tour atau yang kerap disebut sebagai Poltour. Sebagai program kerja tahunan dari Himpunan Mahasiswa DPP, Poltour yang biasa dilakukan dengan melakukan kunjungan ke berbagai instansi pemerintahan, pada tahun ini diubah menjadi sebuah event daring yang dikemas dalam bentuk serial webinar. Dengan mengangkat tema dinamika sosial politik Indonesia pasca pandemi, Poltour diharapkan dapat menjadi wadah untuk menangkap kekritisan bersama terkait fenomena yang terjadi selama dan setelah adanya adaptasi terhadap pandemi. Adapun serial webinar ini terdiri dari tiga fokus ranah yang dapat diikuti oleh peserta, mulai dari ranah negara (12 Oktober 2020), intermediary (13 Oktober 2020), dan masyarakat (14 Oktober 2020). read more

Virtual Run Ikut Ramaikan Dies Natalis Fisipol ke-65

Yogyakarta, 11 Oktober 2020— Memperingati Dies Natalis Fisipol ke-65, Forum Olahraga Fisipol (FOF) mengadakan perlormbaan lari bertajuk “Virtual Run”. Virtual Run merupakan suatu perlombaan lari yang mana para peserta bebas berlari dimana saja dan kapan saja sesuai periode yang sudah ditentukan, yaitu 9 hingga 16 Oktober. Virtual Run ini dapat diikuti oleh seluruh civitas academica, karyawan, dan alumni Fisipol UGM. Sebelum mengikutinya, peserta diwajibkan melakukan pendaftaran yang sudah dibuka sejak tanggal 21 September—1 Oktober 2020 lalu. Peserta juga diwajibkan mengunduh aplikasi Strava dan begabung dengan klub “Virtual Run Fisipol” di aplikasi tersebut. Peserta yang menjadi pemenang adalah mereka yang lebih dahulu menempuh 6,5 km. Menariknya, selain mengajak masyarakat Fisipol untuk terus menjaga kesehatan selama pandemi, gelaran Virtual Run juga sebagai ajang donasi untuk korban terdampak COVID-19 di lingkungan Fisipol. Rofii Zudi Kurniawan, ketua FOF saat ini, menyebutkan bahwa uang donasi ini dikumpulkan dari biaya pendaftaran peserta Virtual Run. “Biaya pendaftaran minimal untuk mahasiswa adalah 20 ribu rupiah, sedangkan untuk staf dan alumni minimal 35 ribu rupiah”, sebut Rofii saat dihubungi Media Fisipol melalui telepon. Donasi ini kemudian akan disalurkan kepada pedagang kantin di Fisipol. Bagi Rofii, belum banyak bantuan yang mengalir kepada pedagang kantin di Fisipol, tidak seperti bantuan yang diberikan kepada karyawan dan mahasiswa. “Pedagang ini seperti terlupakan, padahal secara penghasilan  mereka juga salah satu yang terdampak pandemi COVID-19”, tutur mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan angkatan 2018 ini. Ketika ditanya bagaimana cara membuat acara tetap meriah di tengah pandemi, Rofii berbagi beberapa tips. Pertama, rancang acara dari jauh-jauh hari, misal satu atau dua bulan sebelumnya. Kedua, sertakan tagar pada setiap unggahan dan minta peserta mengunggah foto setelah berlari. Ketiga, menghubungi teman-teman dari Himpunan Mahasiswa Jurusan, organisasi, dan komunitas yang ada di Fisipol. “Kalau perancangannya mantap pasti acaranya meriah, maka dari itu perlu disiapkan jauh-jauh hari,” ungkap Rofii. Selain itu, untuk memeriahkan acara, kategori juara tidak hanya diambil dari peserta tercepat yang memenuhi jarak tempuh yang ditentukan. Panitia juga akan memilih satu foto favorit yang diunggah peserta di Instagram Story masing-masing dan juga ada lima undian doorprize. Peserta juga akan mendapat fasilitas berupa masker, handsanitizer, dan nomer dada yang akan dikirim ke rumah masing-masing. Rangkaian acara Dies Natalis Fisipol ke-65 ini tidak hanya Virtual Run. FOF sebagai salah satu penyelenggara yang turut meramaikan acara ulang tahun Fisipol, juga mengadakan lomba untuk tiga cabang e-sport. Waktu penyelenggaraannya mulai dari tanggal 26 September hingga 3 Oktober 2020 dan bervariasi untuk setiap lombanya. “Seminggu masing-masing satu lomba untuk PUBG Mobile, Point Blank, dan Mobile Legends”, imbuh Rofii. (/anf)

ARTJOG 2020 Buktikan Pandemi Tak Halangi Eksistensi Pameran Seni

Yogyakarta, 10 Oktober 2020—ARTJOG, pameran seni tahunan di Yogyakarta semenjak 2008, berusaha untuk tetap eksis di tengah pandemi Covid-19. Bersama para seniman, ARTJOG 2020 memanfaatkan momen pandemi untuk menciptakan konsep karya-karya baru yang bisa dinikmati di tengah keterbatasan, yaitu melalui pameran dan film dokumenter. Topik ini dibahas dalam Digital Future Discussion (Difussion) #35 oleh Center for Digital Society (CfDS) UGM bersama Gading Narendra Paksi, Program Manajer ARTJOG 2020 (09/10). Dalam diskusi tersebut, Gading menceritakan bagaimana perjalanan ARTJOG di tengah pandemi ini. ARTJOG 2020 digelar mulai tanggal 8 Agustus hingga 10 Oktober. Apabila biasanya ARTJOG menggunakan tiga gedung di Jogja National Museum (JNM), tahun ini ARTJOG hanya menggunakan satu gedung untuk pameran. Pameran dibuka selama tiga sesi dengan batasan 60 pengunjung setiap sesinya, yaitu pada pukul 10.00 – 12.00, 13.00 – 15.00, dan 16.00 – 18.00. Karya-karya yang ditampilkan pun lebih menonjolkan aspek dua dimensi serta tidak melibatkan interaksi dengan pengunjung. Selain itu, ARTJOG 2020 juga bekerja sama dengan Kurnia Yudha dan tim dokumenternya untuk membuat film berjudul Expanded ARTJOG. Film ini menggambarkan tentang bagaimana persiapan dan pelaksanaan ARTJOG 2020 di tengah keterbatasan pandemi Covid-19. Pengunjung bisa mengakses film Expanded ARTJOG di resilience.artjog.co.id dengan membayar sebesar lima belas ribu rupiah. ARTJOG juga mengadakan program Artcare, yaitu mengajak para seniman untuk membuat karya-karya yang kemudian disatukan dalam sebuah box set. Karya tersebut nantinya akan dijual dan hasil penjualannya disumbangkan kepada masyarakat yang terdampak Covid. Program-program pameran, film, dan Artcare merupakan salah satu wujud penyesuaian ARTJOG di tengah pandemi. Mulanya, ARTJOG berencana untuk membuat rangkaian Arts in Common selama tiga tahun berturut-turut yang diawali dengan seri pertama Common Space di tahun 2019. Hingga bulan Februari 2020, tim ARTJOG sudah melakukan sosialisasi bersama para seniman dengan rencana eksekusi di bulan Juli untuk seri kedua Arts in Common: Time to Wonder. Pandemi Covid-19 yang akhirnya melanda Indonesia sejak bulan Maret pun sempat mendorong munculnya isu pembatalan berbagai event di Yogyakarta. Akan tetapi, tim ARTJOG tidak ingin mundur dan memutuskan untuk menunda seri kedua Arts in Common dengan mengangkat tema baru, yaitu “Resilience” yang berarti daya tahan di tengah situasi sulit. “Melalui tema Resilience, kami ingin menunjukkan bagaimana ARTJOG 2020 bersama para seniman bisa beradaptasi serta memperjuangkan apa yang sudah kami lakukan selama bertahun-tahun agar tetap terlaksana,” kata Gading. Gading menambahkan bahwa resiliensi bukanlah sebuah hal baru bagi para seniman, khususnya di Indonesia. Para seniman sebenarnya sudah beradaptasi untuk tetap berkarya di tengah situasi sulit, terlebih di  Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sudah awam dengan bencana. “Kekuatan utama seniman di DIY adalah modal sosial. Ketika terjadi bencana, biasanya semua terdorong untuk bergotong royong dan bersama-sama beradaptasi,” kata Gading. ARTJOG 2020 bisa tetap terlaksana juga berkat bantuan dan dukungan dari para seniman. Kesulitan yang dihadapi ARTJOG di tengah situasi ini adalah bekerja sama serta menyamakan frekuensi dari berbagai pihak terkait pelaksanaan pameran. Selain itu, Gading mengaku belum menemukan cara terbaik untuk menikmati seni selain dengan menonton secara langsung. Tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah pengunjung tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meskipun begitu, menurut Gading situasi ini juga memberi kesempatan bagi para seniman untuk berkontemplasi ulang dan berpikir bagaimana agar tetap bisa berkarya. Inovasi karya film dokumenter pun akan diteruskan untuk tahun-tahun berikutnya sebagai salah satu bentuk pengelolaan dokumentasi dan arsip. Peralihan ke sistem digital ini juga mempermudah ticketing serta menjalin relasi dengan berbagai pihak di luar daerah tanpa ongkos yang besar. Jumlah seniman yang terlibat pun dua kali lipat lebih banyak daripada biasanya, yaitu sekitar delapan puluh seniman. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi tidak menjadi batasan untuk berkarya, justru bisa ditingkatkan melalui relasi dan modal sosial yang kuat dengan berbagai pihak. (/Raf)