Belajar dari Kelompok Marginal: Praktik Baik Inklusif di Masa Pandemi

Yogyakarta, 5 Agustus 2020—The Asia Foundation dan Program Peduli Fisipol UGM menyelenggarakan webinar dengan topik belajar dari kelompok marginal praktik baik inklusif di masa pandemi. Acara ini diselenggarakan secara daring via zoom dan disiarkan secara langsung melalui youtube. Diskusi yang mulai berlangsung pada pukul 10.00 WIB ini menghadirkan empat narasumber yaitu Edi Supriyanto, Hasna, Berby Gita, dan Cindy Purnama Fitri. Selain narasumber, acara ini juga menghadirkan tiga penanggap untuk memeriahkan diskusi yaitu Vivi Yulaswati, B. wisnu Widjaja, dan Ninil M Jannah. Acara ini dimoderatori oleh Abdi Suryaningati, team leader program peduli The Asia Foundation.

Membuka acara pagi ini, Sandra Hamid, Country Representative The Asia Foundation menyampaikan prolog untuk mematik diskusi. Dalam pembicaraannya Sandra menyampaikan bahwa kondisi pandemi COVID-19 telah mengubah sesuatu yang sebelumnya normal menjadi tidak normal. Selain itu, kondisi ini juga berdampak buruk terhadap seluruh masyarakat, termasuk kelompok marginal. Sandra juga menyampaikan bahwa, selama ini marginalisasi telah terjadi di berbagai tempat dan oleh banyak faktor. Marginalisasi telah menyebabkan terjadinya keterbelahan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, Program Peduli berusaha menjahit keterbelahan tersebut melalui pendekatan komunitas yang mengutamakan kepentingan bersama.

Memasuki sesi sharing dengan narasumber, masing-masing pembicara menceritakan pengalaman mereka sebagai bagian dari kelompok marginal. Narasumber pertama, Hasna merupakan sekretaris Desa Matue Sigi, Sulawesi Tengah. Ia menceritakan bahwa, sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah pelosok, mereka sering mengalami kesulitan, salah satunya terkait akses kesehatan. Selain itu, ketika terjadi bencana alam, wilayah ini juga otomatis terisolir dari wilayah lain, sehingga penerimaan bantuan dari darat tidak dapat dilakukan. Namun, sadar akan kondisi tersebut, masyarakat Desa Matue Sigi tetap berusaha mengatasi kesulitan. Hal tersebut juga berlaku saat masa pandemic COVID-19. Beberapa upaya yang sudah dilakukan masyarakat diantaranya adalah membangun posko Kesehatan di salah satu desa dan melakukan penyaluran, perencanaan, dan  evaluasi bantuan supaya tepat sasaran.

Narasumber selanjutnya, yaitu Cindy Purnama Fitri merupakan seorang anak buruh migran. Selain itu, Cindy juga bergabung dalam forum anak desa pandan wangi. Melalui forum tersebut, Cindy turut berperan dalam berbagai upaya penanganan masalah yang ada di wilayahnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah membagikan info perilaku hidup sehat melalui komik dan video, membantu pendataan dan pembagian sembako.

Selain itu, Cindy juga turut dalam upaya pencegahan praktik pernikahan anak. Kegiatan yang dilakukan Cindy, juga sama dengan yang dilakukan oleh narasumber ketiga yaitu Edi Supriyanto. Ketua SEHATI. Namun, secara lebih khusus, Edi lebih berfokus dalam upaya  membantu kaum difabel. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya memastikan penyampaian informasi yang inklusif, memberikan pelatihan bagi tenaga kerja untuk berinteraksi dengan kaum difabel, dan melakukan koordinasi dengan gugus tugas terkait informasi informasi kredibel COVID-19.

Menuju pembicara terakhir, yaitu Berby Gita merupakan perwakilan dari srikandi pasundan, suatu komunitas waria di Jawa Barat. Terbentuknya srikandi pasundan sendiri berangkat dari permasalahan yang dialami teman-teman waria dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan diantaranya dengan melaksanakan peningkatan kapasitas bagi teman-teman waria dan melakuakan advokasi kepada pemerintah.

Dalam situasi pandemi, mereka juga turut berpartisipas dalam upaya penanganan dampak COVID-19 diantaranya dengan membantu menyebarkan bantuan dan mendirikan dapur umum. Menutup pembicaraannya, Gista menyampaikan harapannya untuk dapat lebih melibatkan teman-teman waria dalam penaganan COVID-19. Hal tersebut bertujuan untuk membantu mereka memperoleh informasi yang kredibel terkait COVID-19. Melalui sharing dari masing-masing pembicara, kita dapat lebih memahami bahwa, pada realitanya kaum marginal yang sering diabaikan dalam upaya-upaya pembuatan keputusan maupun penanganan masalah, justru dapat membantu sesama dengan lebih baik dan inklusif. (/Mdn)