Career Talk CDC: Belajar Melayani Semua Orang Lewat Hospitality Entrepeneurship

Yogyakarta, 20 Februari 2020— Pada Kamis sore lalu, Jing Cho Yang membagi pengalamannya terkait bidang pekerjaan yang ia geluti. Yang adalah CEO Bukit Vista, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang hospitality. Ia dan tim mengelola Bukit Vista untuk menyediakan jasa di bidang akomodasi, transportasi, dan pariwisata. Yang datang jauh-jauh dari Bali untuk menjadi pembicara dalam acara Career Talk bertemakan Hospitality Entrepeneur.

Di masa-masa terpuruk atau bahkan senang sekalipun, tidakkah seseorang merasa bahagia ketika ada yang hadir untuk melayani dan mencukupi keperluannya? Atau, kita bisa menyusun pertanyaan itu dalam kondisi terbalik. Jika kita melayani seseorang dan ia merasa puas dengan yang kita lakukan, tidakkah kita bahagia?

Secara umum, kita mengenal hospitality sebagai industri yang berfokus pada kegiatan yang berhubungan dengan keramah-tamahan, pelayanan, dan hiburan untuk para tamu. Bidang-bidang hospitality meliputi akomodasi, penginapan, hingga paket perjalanan yang erat hubungannya dengan pariwisata. Acara Career Talk rutin diadakan Career Development Center (CDC) Fisipol UGM untuk memberi pembekalan bagi mahasiswa yang hendak bekerja setelah lulus kuliah. Sejak pukul 13.00, hadirin telah memenuhi Ruang 11 Gedung BE Fisipol UGM. Mereka mendengar penjelasan Yang dengan saksama.

Kepada hadirin, Yang menerangkan bahwa hospitality entrepreneur adalah urusan untuk terus membuat orang merasa senang. “Maka dari itu, pekerjaan ini memang berpotensi untuk membuat orang merasa tertekan secara psikologis,” lanjut Yang. Berkaitan dengan hal tersebut, Yang menjelaskan, solusi untuk tetap mempertahankan kondisi kerja yang menyenangkan di Bukit Vista adalah dengan membentuk kultur perusahaan yang sehat.

“Ini (kultur perusahaan) seperti kebiasaan pegawai saat melewati himpitan gedung yang di kanan-kirinya, teman-teman di satu divisi pekerjaannya sedang berdiri dengan berjejer: apakah ia akan menyapa mereka atau lewat saja tanpa melempar senyum,” kata Yang. Menurut Yang, lewat kultur perusahaan yang baik, para pekerja akan merasa bahagia dalam menjalankan tugas. Dari situ, mereka akan terhindar dari tekanan psikologis. “Pembentukan kultur perusahaan yang sehat adalah solusi kreatif untuk menghadapi permasalahan internal perusahaan,” tambah Yang.

Penampilan dan cara tutur Yang memang mencerminkan pekerjaan yang sedang ia tekuni. Meskipun bukan Warga Negara Indonesia, ia tetap berusaha memberikan penjelasannya kepada hadirin dalam bahasa Indonesia. Yang juga selalu mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Karena berhubungan dengan keramah-tamahan, orang-orang yang berminat masuk ke bidang hospitality hendaknya mempunyai kecenderungan untuk melayani orang lain. Yang membahasakannya dengan “nurturing mindset”.

“Kecenderungan semacam itu kita alami seperti kita merawat bayi. Jika bayi itu menangis, bukan berarti dia membenci kita. Dia hanya sedang butuh perhatian. Hal yang sama terjadi ketika customer memberi komplain. Artinya, kita harus memahami kebutuhan dan keinginan mereka,” kata Yang. Berkat pola pikir semacam itu, Bukit Vista mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Yang menerangkan, hingga saat ini, perusahaan yang ia gawangi itu telah mendapat lebih dari 30.000 review di AirBnB, sebuah platform layanan online untuk memesan penginapan yang sedang tren di seluruh dunia.

Setelah selesai memberi penjelasan kepada hadirin, Yang membuka sesi tanya-jawab. Sesi tersebut berlangsung intens. Hadirin dengan pertanyaan terbaik mendapat official merchandise Bukit Vista dari Yang secara cuma-cuma. Semua orang di ruangan itu merasa diperhatikan dan berbahagia. (/Snr)