Yogyakarta, 31 Juli 2018 – Tidak dapat dipungkiri bahwa konten politis bernada kebencian berdasarkan SARA kini lebih mudah beredar di masyarakat melalui media sosial. Bahkan, beberapa kelompok masyarakat mengalami persekusi akibat peredaran berita yang tidak utuh. Tidak heran jika kehadiran media sosial kemudian diduga melunturkan nilai multikulturalisme di masyarakat. Kekhawatiran inilah yang menjadi tema utama dalam diskusi antara Center for Digital Society (CfDS) UGM dan Gutomo Priyatmono, yang merupakan Ketua IMPULSE (Institute of Multuculturalism and Pluralism Studies). Diskusi dengan tajuk “Digital Multiculturalism in Social Media Era: Is it really happening?” ini diselenggarakan di Anomie Coffee pada Selasa (31/7) dan dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai universitas.
Berita
Total start up yang mengikuti program GSAP berjumlah 23 tim, yang disaring dari 150 applicants. Sebagai partner UGM membantu menyeleksi 50 tim yang akhirnya terpilih menjadi 23 tim yang mengikuti program pembinaan di Yogyakarta melalui seleksi yang ketat. Ke-23 tim tersebut mengikuti pembinaan secara intensif dengan dibantu oleh mentor-mentor karyawan Samsung yang berpengalaman dibidangnya. Tiga tim diantaranya, yaitu Ailesh Power, Voice for Changes, dan Bantu juga merupakan start-up yang tergabung dalam Fisipol Creative Hub yang dinisaisi oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM,
Yogyakarta, 28 Juli 2018—Akademi Kewirausahaan Masyarakat (AKM) Fisipol UGM mengadakan Dialog Kebangsaan sebagai penutupan tahap cloning bagi para pesertanya. Dialog Kebangsaan ini dibuka untuk umum dan dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional, seperti Menteri Ketenagakaerjaan, M. Hanif Dhakiri, Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo, Direktur Informasi Pasar Kerja, Roostiawati, Kadisnaketrans DIY Andung Prihadi, dan Kepala BLK Lembang Aan Subhan. Dialog Kebangsaan ini dilaksanakan di Auditorium Mandiri Fisipol UGM, Sabtu (28/7). Tema yang diusung pada Dialog Kebangsaan tersebut yaitu “Peran Sociopreneur dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional. Tujuan utama dari acara ini agar efek positif dari program AKM tidak hanya dirasakan oleh peserta dan desa sasaran, tetapi juga masyarakat umum. Disampaikan oleh Dekan Fisipol UGM, Erwan Agus Purwanto, bahwa program AKM ini merupakan dukungan Fisipol UGM terhadap solusi-solusi permasalahan ekonomi Indonesia melalui gerakan sociopreneur. “Guna membekali mahasiswa agar terampil dalam berwirausaha, kami menyiapkan program inkubasi startup,” ujar Erwan saat membuka acara Dialog Kebangsaan.
Yogyakarta (17/7)- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM menyelenggarakan pelatihan penulisan jurnal ilmiah bagi dosen-dosen Fisipol UGM pada tanggal 14 hingga 16 Juli 2018 di Hotel Santika Yogyakarta. Program pelatihan ini diadakan untuk memfasilitasi dosen-dosen yang sedang menempuh program professorship. “Awalnya diinisiasi oleh Wakil Dekan 2, Ibu Poppy, yang ingin memfasilitasi dosen-dosen dalam menulis jurnal internasional. Karena dari dosen-dosen sendiri mengatakan membutuhkan mentoring pelatihan professorship,” tutur Manajer Unit Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat (UP3M) Fisipol UGM, Wahyu Kustiningsih, M.A.Hadir sebagai mentor dalam pelatihan tersebut, yaitu Professor Vedy Hadiz dan Dr. Rachel Diprose, keduanya dari University of Melbourne. Semakin tingginya tuntutan bagi akademisi untuk memiliki publikasi di jurnal internasional membuat program pelatihan ini mendapatkan respon positif dari kalangan para dosen Fisipol UGM. Dosen yang mengikuti program pelatihan penulisan jurnal internasional ini tidak hanya berasal dari kalangan dosen yang sedang menempuh program professorship saja, melainkan juga banyak dosen muda yang mengikuti pelatihan.
Dimulai dari sesi Tri Mumpuni, Ia menekankan pentingnya manajemen hati untuk menemukan passion berwirausaha sosial. “Hati itu tidak dapat didapatkan di formal education. Namun harus dilatih, berwirausaha sosial apalagi di desa harus pintar-pintar menguatkan hati,” ungkap Tri Mumpuni. Ia juga menekankan pentingnya dukungan stakeholders dari berbagai level dan sektor terhadap wirausaha sosial yang dinisiasikan. “Dalam memulai wirausaha sosial dimulai dari level komunitas desa yang paling dasar itu perlu menghilangkan ‘kesombongan’, bergaul dengan desa, kenali living concept. Tarik dan analisis rantai para stakeholders yang dapat membantu, karena dukungan para stakeholder juga penting,” tambah Tri.
Yogyakarta (17/7)- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM menyelenggarakan pelatihan penulisan jurnal ilmiah bagi dosen-dosen Fisipol UGM pada tanggal 14 hingga 16 Juli 2018 di Hotel Santika Yogyakarta. Program pelatihan ini diadakan untuk memfasilitasi dosen-dosen yang sedang menempuh program professorship. “Awalnya diinisiasi oleh Wakil Dekan 2, Ibu Poppy, yang ingin memfasilitasi dosen-dosen dalam menulis jurnal internasional. Karena dari dosen-dosen sendiri mengatakan membutuhkan mentoring pelatihan professorship,” tutur Manajer Unit Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat (UP3M) Fisipol UGM, Wahyu Kustiningsih, M.A.
“Saya dan tim sepakat bahwa ada kaitan antara solidaritas muslim dan kemarahan terhadap kondisi sosial ekonomi yang dialami, seperti misalnya adanya kemarahan akibat penggusuran massal. Mereka juga merasa pekerjaan atau lahannya diambil oleh kelompok-kelompok tertentu, membuat mereka berada pada situasi yang serba tidak pasti,” papar Dr. Innaya dalam presentasinya. Dijelaskan lebih lanjut pula, bahwa narasi garis keras “Pemimpin Kafir” kemudian menjadi menarik karena memberi kepastian berkaitan dengan moral keagamaan.
Acara yang bertempat di Digital Library Café (Digilib) turut mengundang Prof. Panut Mulyono, rektor Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, program Akademi Kewirausahaan Masyarakat (AKM) dapat membantu menggulirkan perekonomian Indonesia dengan dimulai dari wilayah desa. “Desa memiliki potensi yang sangat baik melalui pengembangan sumber daya yang tepat. Anak-anak muda di desa seharusnya dapat diutilisasi secara maksimal untuk tidak ber-urbanisasi ke kota, namun perlu diusahakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah. Melalui AKM, diharapkan bukan hanya dapat membantu pemerintah untuk menyelesaikan masalah sosial seperti pengangguran terdidik, namun juga ikut membuka lapangan kerja yang tidak terbatas”, tutur Prof Panut Mulyono.
Dijelaskan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si pada saat membuka Fisipol Menyambut 2.0, bahwa diadakannya kembali Fisipol Menyambut ini menandakan bahwa Fisipol UGM memiliki perhatian kepada siswa-siswi lulusan SMA yang memiliki cita-cita melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.
“Acara ini diadakan guna memfasilitasi calon-calon pemimpin Indonesia di masa mendatang, yaitu saudara-saudara sekalian ini. Ada banyak ketidakjelasan yang pasti akan dialami oleh peserta ujian, seperti misalnya diterima atau tidak, apa yang akan dilakukan di masa perkuliahan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami di sini ada untuk menghilangkan ketidakjelasan itu melalui fasilitas-fasilitas yang ada di Fisipol Menyambut,” jelas Erwan.
Acara yang diselenggarakan oleh Youth Studies Centre Fisipol UGM ini mengusung tema “Feel the Fear, Hope for Peace: Telaah Perspektif Gerakan Mahasiswa Atas Aksi Teror di Indonesia”. Bertempat di Lorong Gedung BC, acara ini juga menghadirkan organisasi ektra kampus UGM diantaranya adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesi (GMNI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Front Mahasiswa Nasional (FMN), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Belakangan ini Indonesia memang sedang berduka atas beberapa aksi teror baik di Mako Brimob maupun di Surabaya. Kejadiaan ini lantas menyedot perhatian dari berbagai kalangan, tidak terkecuali mahasiswa. Baik GMNI, PMII, GMNI, KAMMI maupun HMI secara kompak menolak dan mengecam aksi tersebut.