CfDS UGM Ungkap Variasi Respon Warganet Terhadap Pertemuan Jokowi-Prabowo di Stasiun MRT Senayan

Yogyakarta, 19 Juli 2019—Cuitan pro dan kontra terhadap pertemuan Jokowi-Prabowo di Stasiun MRT (Mass Rapid Transit) Senayan 13 Juli silam memiliki pola yang berbeda, sebagaimana diungkap dalam temuan Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada pada konferensi pers Jumat kemarin.

Dalam rentang 13 – 16 Juli, sebanyak 169.238 cuitan yang mengandung tagar rekonsiliasi, Jokowi, dan Prabowo diteliti. Dari jumlah ini, sebagaimana dipaparkan Trevilliana Eka Putri sebagai peneliti sekaligus manager CfDS, hanya 15% yang merupakan cuitan orisinil, “sedangkan sisanya hanyalah retweet dan balasan yang membuat tweet (cuitan-ed) tersebut menjadi berlipat-lipat.”

Cuitan bernada pro dengan tren tagar #03PersatuanIndonesia memiliki sejumlah 21% cuitan orisinil. “Ini berarti post-post tersebut lebih terdesentralisasi,” sebut Putri, “artinya lebih banyak orang yang rela menulis dan mengekspresikan opininya dan menggunakan tagar tersebut.” Cuitan-cuitan bernada pro rekonsiliasi ini, menurut penelitian, sebagian besar mengandung kata kunci ‘MRT’, ‘Indonesia’, ‘Jokowi’, ‘Prabowo’ serta kata ‘akhirnya’, “yang menunjukkan kesan penantian,” papar Paska Darmawan, rekan peneliti Putri.

Di sisi lain, terdapat pula beragam cuitan yang bernada kontra terhadap pertemuan di Stasiun MRT Senayan tersebut. Tagar-tagar dengan jumlah teratas adalah #0p0sisitanparek0nsiliasi, #AniesBaswedanforpresident, dan #kampretakantetapberjuang dengan rasio cuitan orisinil sebesar 8%, 9% dan 8%. Terdapat pula tagar #rekonsiliasirasaterasi dengan cuitan orisinil sebesar 15%. Berbeda dengan cuitan bernada pro, cuitan dengan tagar-tagar ini didominasi oleh kata kunci ‘bantu’, ‘like’, ‘ayo’, dan ‘naikkan tagar’, serta mention akun-akun lain.

“Kebanyakan kata kunci pada tagar ini bernada ajakan,” ujar Darmawan. Putri menambahkan, kata kunci bernada ajakan berarti “terdapat usaha untuk membuat tagar tersebut menjadi tren.” Meski tidak menjelaskan analisis sosial dari makna rasio cuitan orisinil kubu pro dan kotra, Darmawan mengungkap bahwa semakin sedikit rasio cuitan orisinil, artinya tren tagar tersebut “semakin besar kemungkinannya untuk dikendalikan oleh segelintir akun yang saling berhubungan.”

Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya pengurangan signifikan terhadap pengikut akun resmi Partai Gerindra, @Gerindra dan akun resmi Prabowo Subianto, @Prabowo. Dipaparkan Darmawan, “penurunan signifikan ini ditandai dari perubahan tren pengikut kedua akun tersebut, yang berubah di tanggal 13 dan 14.” Tren pengikut akun @Gerindra, yang sehari-hari mendapat kenaikan sejumlah sekitar 500 pengikut, kehilangan 508 pengikut di hari pertama diikuti dengan 2228 pengikut pada hari kedua. Sedangkan akun @Prabowo yang biasanya mengalami kenaikan pengikut sebesar 600-700 akun per hari, kehilangan 891 pengikut pada hari pertama dan 4621 di hari kedua.

Di saat yang sama, akun-akun figur lain yang terlibat dalam pembicaraan seperti Joko Widodo, Anies Baswedan, maupun figur lain yang memiliki asosiasi dengan mereka seperti Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno, “tidak (mengalami perubahan-ed). (Akun-akun tersebut-ed) tren followers dan following-nya tidak berubah di tanggal itu. Karenanya ini menarik untuk diamati,” papar Darmawan, “sepertinya kekecewaan lebih banyak dirasakan oleh followers (pengikut akun twitter-ed) Prabowo dan Partai Gerindra”.

Adapun terkait pola menurut lokasi, Putri dan Darmawan menyatakan bahwa penelitiannya tidak mendalami hal tersebut. “Lokasi hanya bisa diteliti jika pemilik akun mengizinkan Twitter untuk mengakses lokasinya, karenanya bagi kami (menyertakan lokasi dalam penelitian ini) akan tidak representatif,” ujar Putri. (/Ky)