Cornelis Lay Dikukuhkan Sebagai Guru Besar UGM : Kekuasaan dan Ilmu Pengetahuan Lahir dan Bertumbuh Di Atas Cita-cita Pembebasan Manusia

Yogyakarta, 6 Februari 2019 – Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM, Profesor Cornelis Lay, dikukuhkan menjadi guru besar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (6/2/2019).Prosesi pengukuhan guru besar ini dilakukan di Balai Senat, Gedung Rektorat UGM, dengan dipimpin oleh Dewan Guru Besar (DGB) UGM. Pengukuhan ini telah menambah daftar nama-nama guru besar di Fisipol UGM sendiri. Sebelum pengukuhan Prof. Cornelis Lay, DPP memiliki dua guru besar yaitu Prof. Purwo Santoso dan Prof. Pratikno. Kini, Fisipol UGM sudah memiliki  16 guru besar yang berkarya di enam departemen.

Sebagai inti sidang pengukuhan guru besar, Prof. Cornelis Lay menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Jalan Ketiga Peran Intelektual: Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan”. Pada pidatonya tersebut Prof. Cornelis Lay menyajikan hasil refleksi beliau atas dilema yang dihadapi intelektual ketika berhadapan dengan kekuasaan.

“Usaha menemukan jalan ketiga ini berangkat dari optimisme saya bahwa “all good things can go together”. Dalam hal ini, saya meyakini bahwa kekuasaan dan ilmu pengetahuan lahir dan bertumbuh di atas cita-cita pembebasan manusia dan pemuliaan kemanusiaan,” ungkap Profesor Cornelis Lay.

Secara kesulurahan, pidato tersebut menyoroti peran kaum intelektual dalam berinteraksi dengan kekuasaan. Bahwa sejatinya kaum intelektual harus mampu menyadari beragam kekuatan politik yang berpengaruh pada pembentukan kurikulum dan penelitian, penilaian kualitas akademik, dan relasinya dengan negara. Kemanusiaan hendaknya menjadi dasar atas setiap motif dari kekuasaan dan ilmu pengetahuan.

Pidato ini disampaikan di depan seluruh hadirin yang diundang. Dosen DPP Fisipol UGM, Muhammad Djindan, selaku penanggung jawab acara, mengutarakan bahwa yang termasuk sebagai tamu undangan adalah profesor dan staf pengajar, peneliti di lingkungan Fisipol UGM serta dari fakultas lain di UGM. Selain itu juga dihadiri oleh profesor dan mitra kerja dari UMY, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UKDW, Unair, dan berbagai kolega dengan bermacam latar belakang profesi, serta kawan-kawan satu angkatan Prof. Cornelis di DPP 1980.

Pada prosesi pengukuhan guru besar ini, nampak juga pejabat-pejabat negara RI seperti  Ahmad Basarah (Wakil Ketua MPR), Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri), Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubungan), Tjahjo Kumolo (Menteri Dalam Negeri), M. Hanif Dhakiri (Menteri Ketenagakerjaan), Arcandra Tahar (Wakil Menteri ESDM), dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah dan Ketua PP Kagama).

Setelah sidang, diadakan acara syukuran di Fisipol UGM. Acara di Fisipol berlangsung hangat dan meriah dengan diikuti oleh berbagai warga Fisipol UGM termasuk para mahasiswa, karyawan, dosen, dan tenaga kependidikan. Konsep acara ini dikehendaki oleh Prof. Cornelis dengan mengadopsi tema kerakyatan sehingga selain menyajikan hidangan, acara syukuran di Fisipol juga menghadirkan stand-stand dari berbagai UMKM.

“Prof. Cornelis Lay memang baru dikukuhkan secara resmi pada hari Rabu kemarin. Namun sesungguhnya kebesaran Prof. Cornelis sebagai guru bagi para muridnya di dalam maupun di luar kelas telah didemonstrasikan secara panjang di DPP. Kami berharap agar beliau selalu sehat dan semakin aktif dalam memberikan panduan dan bimbingan bagi kolega dan para mahasiswa di DPP dengan gelar yang telah dikukuhkan secara formal,” pungkas Djindan selepas acara. (/csn)