Di Penghujung 2019, Fisipol Melepas Tiga Lentera Bulaksumur

Yogyakarta, 28 November 2019—Sunyoto Usman, Tadjuddin Noer Effendi, dan Partini merupakan tiga Profesor Sosiologi yang memasuki masa purna tugas pada penghujung tahun 2019. Bersama keluarga, kolega, mahasiswa dan tamu undangan, perayaan purna tugas berlangsung secara hangat di Auditorium Lt.4 Gedung BB Fisipol UGM. Tampak hadir para sahabat dan murid, salah satunya Andi Mallarangeng, tokoh nasional yang merupakan alumni Sosiologi Fisipol UGM.

Betepatan dengan Dies Natalis Ke-64 Fisipol UGM, pelepasan purna tugas menjadi bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun Fisipol yang diawali dengan pembacaan pidato Dies Natalis oleh Heru Nugroho, Dosen Sosiologi Fisipol UGM dengan tajuk “Membongkar Delusi Subyek-Subyek Algoritmik Dalam Masyarakat Digital: Prospek Emansipasi, Keadilan, dan Inklusi Sosial Dalam Ruang Kecepatan”.

Pidato tersebut merupakan penyampaian tiga urgensi utama terhadap aktivitas digital. Pertama, sistem kontrol algoritmik yang berujung pada kepentingan pihak tertentu dan hilangnya ruang privat. Kedua, munculnya ketimpangan kepemilikan data dan persebaran jejaring digital. Terakhir, masa depan tenaga kerja di era digital.

“Tantangan kehadiran teknologi digital dianggap belum mampu mengurangi angka pengangguran, perubahan transformasi tenaga kerja, dan penguasaan data. Dikhawatirkan sumber daya malah akan semakin terfokus pada segelintir konglemerat,” ucap Heru.

Upaya untuk merevitalisasi inklusi dalam masyarakat digital pun disampaikan dalam delapan gagasan. Pertama, perlunya merebut ruang publik yang telah diprivatisasi. Kedua, perlunya penguatan partipasi warga melalui beragam jalur gerakan politik kewargaan. Ketiga, kajian transdispliner yang lebih serius.

Keempat, perlunya membangkitkan civitas pendidikan tinggi. Kelima, menguatnya iklim kewargaan pasar di lingkup pendidikan tinggi berdampak serius. Keenam, kolaborasi perkuliahan dan praktikum secara transdisiplner. Ketujuh, intelegensia sosial humaniora yang latah dalam memproduksi digital native dan network society. Terakhir, inovasi sosial harus didorong melalui ekperimentasi penelitian atau kajian kriitis masyarakat digital saat ini.

Setelah pidato usai, acara perpisahan purna tugas pun mengahadirkan tiga profesor sosiologi di panggung dan menceritakan kenangan selama menjadi dosen dengan penuh canda tawa. Profesor Sunyoto Usman yang selain menjadi pengajar juga pernah menjadi Dekan Fisipol pada tahun 1997 hingga 2004 mulai berbagi pengalaman, ”Dulu di jaman saya, ingat bikin gebrakan untuk sistem gaji kepegawaian melalui satu pintu lewat bank dan sempat ditentang juga oleh rektorat, tapi akhirnya inovasi itu diikuti oleh fakultas lain,” kenang Sunyoto.

Selain itu, Profesor Tadjuddin Noer Effendi yang dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin menjadi sosok dosen yang berkesan bagi para mahasiswanya. “Saya mohon maaf kalau selama mengajar pernah galak, sekarang saya sudah bebas untuk tidak mengikuti jadwal mengajar,” ucap Tadjuddin yang diikuti gelak tawa tamu undangan. Uniknya, Tadjuddin yang berfokus pada isu demografi sosial merupakan alumni S1 Geografi yang tertarik pada Sosiologi dan mengabdi untuk belajar dan mengajar Sosiologi.

Lain halnya dengan Profesor Partini, sebagai profesor perempuan pertama di Fisipol, ia menceritakan perjuangannya menjadi seorang profesor perempuan. “Dulu perjuangannya itu berdarah-berdarah, alhamdulillah sekarang sudah banyak dosen perempuan. Harapan saya, semua juga nanti bisa untuk menjadi profesor perempuan karena sekarang semuanya sudah setara,” ujar Partini yang dikenal sebagai dosen pengajar metode penelitian kuantitatif dan sosiologi gender.

Setelah bercerita kesan dan pesan dari ketiga dosen tersebut, film berjudul “Tiga Lentera Bulaksumur” pun diputar sebagai persembahan Departemen Sosiologi atas jasa ketiga dosen. Fernando Galang Rahmadana sebagai mahasiswa Sosiologi ikut terbawa suasana nostalgia,  “Dulu inget pernah jawab soal ujian mata kuliah Prof. Partini dengan jawaban “maaf saya belum memahami materi ini”, dari situ selalu inget untuk terus berlajar,” ujar Fernando.

“Kalau inget Prof Tadjuddin, selalu terbayangnya dengan pintu kelas, beliau dosen yang selalu disiplin waktu dan tanggungjawab,”ucapnya lagi. “Juga kalau lihat pagar, biasanya selalu inget Prof.Sunyoto karena materi gated community yang beliau ajarkan, Beliau senatiasa mengasah rasa kepekaan kami sebagai mahasiswa sosiologi,” ucap Fernando.

Selain tiga dosen tersebut, terdapat lima dosen dan satu karyawan pada akhir tahun 2019 ini memasuki masa purna tugas, diantaranya Adam Tirta dan Tri Winarni selaku Dosen PSdK,, Budhy KZ selaku Dosen Ilmu Komunikasi, Bambang Soenaryo selaku Dosen Manajemen dan Kebijakan Publik, Mohtar Mas’oed selaku Dosen Hubungan Internasional serta Wasirin selaku staf Fisipol.(/Afn)