Digital Discussion #16: Lawan Bersama Hoaks Covid-19!

Yogyakarta, 9 April 2020—Pandemi Covid-19 sedang menjadi permasalahan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan jumlah pasien serta korban meninggal yang terus meningkat dan meluas, seluruh pihak bahu-membahu mengerahkan kemampuan untuk menghambat laju penyebaran virus ini. Berkembangnya hoaks di tengah situasi genting seperti ini pun tidak dapat dihindarkan. Selain membuat panik masyarakat, kabar-kabar hoaks juga membuat masyarakat menerapkan tips-tips ‘kesehatan’ yang belum terbukti kebenarannya. Oleh sebab itu, Center for Digital Society (CfDS) FISIPOL UGM mengajak Smart People untuk mengenali dan melawan hoaks Covid-19 dalam Digital Discussion #16 “Countering Hoax Covid-19”.

Diskusi ini dimoderatori oleh Made Agus Bayu Sudharma atau Mas Bayu selaku event staff CfDS. Pemantik dalam diskusi kali ini adalah Annisa Ayu Nirmalasari atau Mbak Annisa dari Healthier Indonesia. Healthier Indonesia sendiri merupakan sebuah komunitas berbasis riset dan advokasi yang bergerak dalam penyediaan informasi kesehatan melalui media cetak dan elektronik. Healthier Indonesia juga melaksanakan promosi kesehatan dengan program layanan komunitas yang bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat terkait pengelolaan informasi kesehatan dan pengambilan keputusan terkait kesehatan secara umum.

Seperti biasa, sejak setengah jam sebelum diskusi dimulai, moderator sudah mengingatkan di grup bahwa diskusi akan segera dimulai. Tepat pukul 19.00, moderator memulai diskusi dengan memperkenalkan diri dan menyampaikan aturan diskusi. Setelah memperkenalkan pemantik diskusi, Mas Bayu bertanya pada para peserta mengenai kabar hoaks Covid-19 yang sudah mereka dapatkan selama ini. Jawaban dari para peserta beragam, ada yang mendapatkan kabar hoaks terkait pencegahan, penyebaran, hingga penyembuhan Covid-19. Mbak Annisa selaku pemantik pun menanggapi pertanyaan dari peserta dengan menjelaskan hoaks secara umum dan cara mengidentifikasi hoaks.

Hoaks dapat didefinisikan sebagai berita bohong atau berita yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Ada beberapa ciri-ciri yang dapat mengidentifikasi apakah sebuah berita termasuk hoaks atau tidak, yaitu (1) berbentuk pesan berantai dengan embel-embel jika diabaikan akan membawa dampak buruk dan jika dibagikan mendapat hadiah; (2) merupakan kisah yang berkaitan dengan pengalaman pribadi dan tidak ada bukti ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan; (3) bertentangan dengan logika umum atau pengetahuan umum; dan (4) kabar mengandung pencemaran nama baik pribadi, kelompok, atau instansi. Mbak Annisa menjelaskan apabila suatu berita mengandung salah satu atau lebih dari empat poin di atas, berita tersebut merupakan berita bohong atau hoaks.

Masuk ke pembahasan mengenai hoaks Covid-19, Mbak Annisa memberikan tips dalam mencari sumber informasi yang tepercaya, yaitu dengan baca, cek, dan sebarkan. Pertama, bacalah seluruh informasi yang ada di pesan atau berita dengan seksama. Perhatikan apakah pesan mengandung salah satu atau lebih ciri-ciri hoaks. Jika tidak, lanjut ke langkah kedua, yaitu mengecek. Cek kembali informasi dengan melihat keaslian sumber. Suatu sumber dapat dikatakan tepercaya apabila (1) sesuai dengan kaidah penelitian; (2) tidak bersifat komersil—pemberi rekomendasi tidak mendapat atau sedang mencari untung; (3) sumber berasal dari organisasi ternama. Untuk penyebaran informasi di bidang kesehatan, organisasi harus beranggotakan orang-orang dengan latar belakang bidang kesehatan; dan (4) sumber mencantumkan referensi atau daftar pustaka. Apabila sumber sudah diketahui valid dan berhasil melewati tahap baca serta cek, informasi dapat disebarkan ke orang lain. Sebagai contoh konkret, Mbak Annisa mengirimkan beberapa headline dan potongan isi berita hoaks terkait Covid-19 beserta pembenaran atau klarifikasi dari berita tersebut.

Ada beberapa cara untuk menyikapi hoaks Covid-19. Mbak Annisa menjelaskan, cara pertama adalah tetap tenang, jangan panik, dan bacalah informasi secara keseluruhan. Kemudian kaji informasi tersebut dengan mencari sumber-sumber yang tepercaya dan terapkan “baca, cek, dan sebarkan”. Cara kedua adalah waspada dan hati-hati, terutama apabila menemukan berita yang provokatif. Cara ketiga adalah cermati alamat situs. Jika sumber berita adalah sebuah laman, selalu cek dahulu laman tersebut. Cara terakhir adalah menyusun skala prioritas informasi. Saat mendapatkan beberapa informasi, skala prioritas dapat diurutkan berdasarkan validitas sumber berita. Mbak Annisa juga berpesan untuk menjadikan berita dari sumber yang paling valid sebagai prioritas pertama.

Terdapat beberapa laman untuk mendapatkan informasi Covid-19 secara valid, yaitu laman resmi World Health Organization (www.who.int), Centers for Disease Control and Prevention (www.cdc.gov), Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (www.covid19.go.id), Riskesdas, dan Kemenkes RI. Terdapat pula aplikasi dan kanal media sosial yang memberikan informasi yang positif dan tepercaya terkait Covid-19, seperti aplikasi screening mandiri 10 Rumah Aman, aplikasi PIKOBAR Jawa Barat, akun Whatsapp resmi WHO, dan akun serta laman Healthier Indonesia. Selain itu, ada juga beberapa laman internasional yang dapat dikunjungi untuk mengetahui perkembangan pandemi Covid-19, yaitu laman bing.com/covid dan who.sprinklr.com.

Sebagai penutup pemaparan materi, Mbak Annisa memberikan beberapa pedoman dalam menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Agar tetap sehat secara fisik dan mental, bisa dengan menerapkan “CERDIK SOB”. CERDIK SOB sendiri adalah singkatan dari Cuci tangan dengan sabun dan mandi; Enyahkan rokok, Rehat tidur malam tujuh jam; Doa kepada Tuhan; Ibadah dan kerja di rumah; Konsumsi vitamin untuk imun; Segera periksa bila sakit; Olahraga minimal 3x dalam seminggu; dan Bersikap tenang dan waspada. Sedangkan untuk mencegah penyebaran Covid-19, sesuai dengan anjuran dari WHO, yang harus dilakukan adalah mencuci tangan secara rutin dengan air mengalir dan sabun, atau cairan antiseptic berbahan dasar alkohol; menutup hidung dan mulut saat bersin dengan siku terlipat atau tisu; menghindari menyentuh wajah; menjaga jarak saat melakukan interaksi sosial; dan tetap ikuti segala instruksi dari Dinas Kesehatan setempat. Diskusi pun ditutup dengan sesi tanya jawab dan secara resmi diakhiri pada pukul 21.20. (/Hfz)