Digital Discussion CfDS Bahas Tips Bikin CV Sekaligus Personal Branding

Yogyakarta, 18 Juni 2020—Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM kembali menyelenggarakkan Digital Discussion bertajuk “Impactful CV: Creating Impressive Personal Branding” bersama Raissa Almira, Mahasiswa Berprestasi Fisipol 2019  melalui WhatsApp Group pada Kamis silam.

Diskusi yang dimulai pada jam tujuh malam tersebut, diawali dengan diskusi dari pada audiens yang berpendapat mengenai pentingnya personal branding. “Satu hal yang paling penting dari personal branding adalah membangun kepercayaan. Personal branding dapat membuat orang lain percaya terhadap kemampuan kamu dan apa yang kamu bisa lakukan,” ujar Raissa membuka diskusi.

Bagi Raissa, ada tiga langkah untuk membangun sebuah personal branding.  Pertama adalah mencoba seluruh kegiatan yang disukai namun tidak lupa untuk menjadi diri sendiri. “Tanpa passion dan menggunakan hati dalam melakukan kegiatan, akan susah untuk menemukan fokus keahlian yang kamu sukai dan mendukung personal branding. Temukan potensi kamu dimana,” ujar Raissa.

Kedua, setelah menemukan fokus keahlian atau potensi, jangan lupa untuk meningkatkan pengalaman dan skills di bidang tersebut. Bisa melalui mentoring dengan orang-orang yang berpengalaman, terjun langsung ke bidang tersebut, belajar dari buku atau video, dan tentunya harus tetap aktif berkontribusi dalam bidang tersebut.

Ketiga, consistency is the key. “Untuk membangun personal branding yang baik, kamu harus konsisten dengan apa yang kamu coba untuk ‘pasarkan’. Jangan pernah berpikir bahwa ilmu kita sudah cukup, harus selalu haus dan semangat akan pengetahuan dan belajar. Itulah kunci untuk meningkatkan segala kemampuan, salah satunya untuk meningkatkan personal branding,” ucap Raissa.

Selain tiga langkah tersebut, selanjutnya Raissa juga menyampaikan empat cara untuk menciptakan ciri khas dalam keahlian yang kita telah pilih untuk menjadi fokus personal brand. “Pertama, be yourself . Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain, kalau kamu memiliki ‘patokan’ harus seperti seseorang, kamu malah akan jadi tertekan dan tidak original,” ucap Raissa.

“Kedua, terimalah saran dan kritik dari orang terdekat, mereka adalah orang yang paling tahu diri kita, maka tidak ada salahnya untuk menerima kritik dan saran,” ucap Raissa.  “Ketiga, ambil risiko. Untuk mendalami sebuah keahlian, kita harus berani mengambil risiko. Seluruh pengalaman kita dalam mengambil risiko berperan besar dalam menciptkan ciri khas dalam keahlian kita, we’ve got a unique, personal story to tell,” tambah Raissa.

Keempat, konsisten dalam belajar, dalam berani mengambil risiko, dan dalam membranding diri. “No one has the same path as you, as long as you’re being original and consistent in creating path for your future, kamu pasti berbeda,“ ujar Raissa. Terakhir adalah evaluasi untuk mengukur sejauh mana keberhasilan kita dan apa saja yang perlu ditingkatkan.

Selain personal branding, Raissa pun memberikan tips dan trik dalam membuat CV. “Kunci dari membuat CV yang baik adalah customize your CV, saat aku ingin apply ke acara delegasi internasional, maka yang aku cantumkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan akademik, untuk CV yang ditujukan untuk mendaftar ke acara yang memiliki keterkaitan dengan akademik atau delegasi, aku hanya menggunakan Microsoft Word,” ujar Raissa. Selain itu, isi dari CV diusahakan hanya mencantum pengalaman yang terjadi selama lima tahun kebelakang dan tidak lebih dari dua halaman.

Raissa juga menyarankan untuk membuat akun LinkedIn yang merupakan CV yang berbentuk daring. “Banyak sekali recruiter yang mengecek LinkedIn saat melakukan recruitment, karena di LinkedIn kita bisa recap pengalaman sebanyak-banyaknya, tidak seperti CV yang idealnya hanya dua halaman,” ujar Raissa.

Menurut Raissa, pentingnya CV pun juga harus dibarengi dengan personal branding yang baik. “Kamu adalah cerminan dari kelebihan dirimu. Jadi harus sesuai ya bagaimana kamu membawa diri. Di era digital ini, banyak orang lebih sering ‘melihatmu’ dari sosial media, so post wisely yah! Jika kamu masuk ke tahap wawancara,  kamu akan ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan CV dan tentunya orang yang mewawancarai sudah paham betul jika seseorang berbohong dalam mencantumkan hal yang ada di CV, so be honest!,” ujar Raissa.

Diakhir diskusi, Raissa juga mengingatkan bahwa proses membentuk personal brand adalah proses seumur hidup. Kamu mungkin merasa sudah menemukan personal brand kamu sekarang, tapi mungkin tiga tahun kedepan antusiasme dan kemampuan kamu dalam hal tersebut sudah pudar, dan kamu tertarik untuk menekuni hal yang lain. It’s okay, your personal brand doesn’t have to stick with you throughout  your whole life, yang penting jangan asal milih dan harus kamu tekuni,” tutup Raissa mengakhiri diskusi yang dikuti 200 orang tersebut.(/Afn)