DIGITALK #39 Keynote Session : Five Unsettling Questions for Digital Capitalism

Yogyakarta, 20 April 2020—CfDS UGM kembali menggelar Digitalk #39 Digital Discourses dengan mengangkat tema “Privacy in The Age of Data Capitalism”. Serangkaian kegiatan ini berlangsung mulai Senin, 20 April sampai dengan Kamis, 30 April 2020 melalui kanal YouTube CfDS UGM. CfDS yang juga bekerja sama dengan Goethe Institut Indonesien, ELSAM, dan ICT Watch menghadirkan pembicara dari berbagai negara seperti Jerman, Malaysia, Thailand, dan tentunya Indonesia sendiri. Serial digital discourses kali ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai efek dari transformasi digital di tengah masyarakat, politik, ekonomi, dan lingkungan. Sesi pertama untuk mengawali Digitalk #39 pada Senin (20/4) dimulai dengan keynote session, menyoal tentang five unsettling questions for digital capitalism yang dibawakan oleh Michael Seemann.

Seemann memulai materinya dengan memaparkan keadaan sekarang yaitu dunia yag dihadapkan dengan kapitalisme global dan berbagai krisis. Kapitalisme digital sendiri, yang akan banyak dibahas pada sesi keynote ini, muncul dalam berbagai bentuk seperti kapitalisme informasi, platform, data, dan kognitif.

Seemann kemudian menjelaskam definisi kapitalisme yang diidentifikasikan dalam lima poin, yaitu kepemilikan modal privat, kontradiksi antara pemilik modal dan pekerja, kontrol ekonomi oleh mekanisme pasar, dominasi properti berdasarkan nilainya, dan berpaku pada pertumbuhan. Seemann menjelaskan kelima poin tersebut seperti apa yang dipaparkan oleh Karl Marx. Dalam materinya, Seemann menjelaskan bagaimana kapitalisme masa kini berbeda dengan yang didefinisikan Marx. Seperti Uber, perusahaan taksi besar yang tidak perlu memiliki modal privat berupa taksi, dan Airbnb, perusahaan pengelolaan penginapan yang tidak memiliki real estate. “Modal privat di masa kini telah berubah ke bentuk software,” tuturnya. Seemann juga membahas perihal pekerja yang menyumbang banyak keuntungan bagi perusahaannya namun tidak diberi upah yang setimpal, juga banyaknya profesi yang digantikan oleh artificial intelligence.

Materi dilanjutkan terkait lima pertanyaan terkait kapitalisme digital yang berangkat dari materi perubahan bentuk modal privat tersebut. Kelima pertanyaan tersebut merupakan kontradiksi dari apa yang didefinisikan marx sebagai kapitalisme. Di antara kelimanya membahas tentang apakah kapitalisme digital masih dapat diidentifikasikan sebagai kapitalisme ketika tidak memiliki modal privat seperti definisi Marx, tenaga kerja berlebihan, tidak dikontrol mekanisme pasar, mengabaikan kepemilikan properti berdasarkan nilai, dan pertumbuhannya didukung oleh hilangnya intangible goods.

Dari materi yang berlangsung selama 42 menit tersebut, Seemann menyimpulkan bahwa kapitalisme digital memiliki perbedaan di beberapa aspek dengan definisi kapitalisme pada umumnya. Sebagai sesuatu yang baru, kapitalisme digital tetap mengimitasi kapitalisme, meskipun tidak sepenuhnya sama. Rekaman video sesi ini telah diunggah dan dapat disaksikan melalui kanal YouTube CfDS UGM. (/tr)