Diplomatic Outreach dan Seminar Kerja Sama Indonesia dengan Kawasan Timur Tengah: Peluang dan Tantangan  

Selasa (28/8), Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu Indonesia bekerja sama dengan Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM dalam melaksanakan kegiatan Diplomatic Outreach dan Seminar. Acara ini dilaksanakan di Auditorium Mandiri Gedung BB Lantai 4 dan dimulai pada pukul 09.00 WIB. Acara ini terselenggara sebagai salah satu bentuk kerja sama antara Kemenlu Indonesia dan Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM yang selama ini telah menjalin relasi yang cukup dekat.

Sembari menunggu peserta memenuhi kursi, pihak penyelenggara memainkan beberapa video yang membahas mengenai kerja sama Indonesia dengan negara-negara di Kawasan Timur Tengah serta profil umum negara-negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Acara ini dihadiri oleh beberapa tamu penting dari Fisipol UGM, yaitu antara lain Dr. Poppy Sulistyaning Winanti selaku Wakil Dekan Bidang Kerjasama, Alumni, dan Penelitian, Nurhadi, S. Sos., M. Si. Ph. D selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Sumber Daya Manusia, Dr. Nur Rachmat Yuliantoro selaki Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional, dan Muh. Rum, IMAS selaku Sekretaris Departemen Ilmu Hubungan Internasional. Sebanyak lebih dari 100 peserta datang dari berbagai instansi dalam acara ini.

Pukul 09.20 WIB, acara dibuka oleh Sonya Theresa selaku MC dan dilanjutkan dengan membacakan susunan acara yang ada. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Dr. Poppy Sulistyaning Winanti selaku perwakilan dari Fisipol UGM. Sambutan tersebut sekaligus menjadi tanda dibukanya acara ini secara resmi dan kemudian dilanjutkan dengan sesi pertukaran token antara pihak Duta Besar Maroko, Kemenlu, dan UGM.

Setelah sesi pembukaan selesai, acara kemudian masuk ke sesi seminar yang dibuka oleh Dr. Dafri Agussalim, MA selaku moderator. Tidak sendirian, Dr. Dafri juga didampingi oleh Dr. Siti Muti’ah Setiawati, MA selaku pembahas. Dr. Dafri membuka sesi seminar dengan memperkenalkan empat pembicara yang berkesempatan hadir. Pembicara pertama adalah H.E. Mr. Ahmed Amr Ahmed Moawad selaku Duta Besar Republik Arab Mesir untuk Indonesia. Pembicara yang kedua adalah H.E. Mr. Ouadia Benabdellah selaku Duta Besar Kerajaan Maroko untuk Indonesia. Sedangkan dari pihak Kemenlu Indonesia, datang pula Bapak Sunarko selaku Direktur Timur Tengah, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dan juga Ibu Rossy Verona selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.

Ibu Rossy kemudian menjadi pembicara yang pertama kali menyampaikan presentasinya. Pada waktu yang diberikan, Ibu Rossy secara umum menjelaskan mengenai bidang kerja, program, serta capaian dari kerja sama Indonesia denga negara-negara di Kawasan Timur Tengah. Ibu Rossy mengatakan bahwa isu-isu di Kawasan Timur Tengah memiliki dinamika yang rumit dan konstelasi yang tinggi. Ibu Rossy juga memaparkan bahwa saat ini Indonesia sedang merancang beberapa program terkait hubungan kerja sama dengan Timur Tengah dan ada beberapa yang sudah dilakukan. “Harapannya akan banyak anak bangsa duduk di PBB, itu target kita ke depan,” ujar beliau.

Sesi pemaparan materi kemudian dilanjutkan oleh Bapak Sunarko. “Semua warga Indonesia melihat Timur Tengah dalam pendekatan Arab Saudi,” ujar beliau saat membuka sesi presentasinya. Dalam kesempatan tersebut, Bapak Sunarko memaparkan pentingnya kerja sama Indonesia dengan Timur Tengah dan pemeliharaan relasi antar keduanya. Penguatan relasi yang dilakukan bertujuan untuk mendorong Indonesia supaya lebih berkontribusi dalam isu-isu terkait Timur Tengah di masa yang akan datang. Di akhir sesinya, Bapak Sunarko menjelaskan mengenai tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam melakukan kerja sama dengan Timur Tengah.

Setelah Bapak Sunarko, tiba saatnya untuk Yang Mulia Ouadia Benabdellah untuk menyampaikan pidatonya terkait relasi Indonesia dengan Kerajaan Maroko. Pemaparan beliau difokuskan pada relasi kedua negara yang merupakan relasi ekonomi. Beliau mendorong kedua negara untuk lebih membuka pasar dan meningkatkan perekonomian masing-masing negara dari relasi tersebut. “Target kita adalah untuk menciptakan lingkungan dimana para pengusaha dapat membagikan program mereka dan bercerita mengenai kesulitan yang mereka hadapi,” ujar beliau. Yang Mulia Ouadia juga mengatakan bahwa kerja sama ekonomi dapat direalisasikan di berbagai sektor seperti pendidikan dan pariwisata.

Sesi seminar kemudian dilanjutkan oleh Yang Mulia Ahmed Amr Ahmed Moawad yang membuka pidatonya dengan berkata, “Kita (Arab Saudi) adalah pusat dari Timur Tengah.” Hampir sama dengan apa yang dikatakan Yang Mulia Ouadia, Yang Mulia Ahmed juga menyampaikan pentingnya perdagangan dalam hubungan kerja sama ekonomi Indonesia dan Arab Saudi. Di akhir pidatonya, beliau mengatakan bahwa permasalahan utama terletak pada anggapan kita bahwa selama ini kita merasa apa yang kita lakukan sudah benar, namun ternyata hal tersebut salah.

Sebelum memasuki sesi pertanyaan, waktu diberikan kepada Dr. Siti Muti’ah sebagai pembahas. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan adanya dilemma bagi Indonesia terkait konflik yang terjadi di Timur Tengah. Beliau mengatakan bahwa Indonesia sama-sama menjalin relasi yang baik dengan negara-negara yang berkonflik. Hal tersebut menyebabkan dilema terkait keberpihakan Indonesia terhadap negara-negara tersebut.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan penyampaian respon balik oleh pembicara. Setelah sesi tanya jawab selesai, acara kembali dipandu oleh Sonya. Di penghujung acara, pertukaran token antar masing-masing pihak kembali dilakukan. Sekitar pukul 12.30, acara resmi ditutup dan diakhir dengan pembagian souvenir, makan siang, dan sertifikat bagi para peserta. (/Jkln)