#Dirumahajatalks: Menilik Perkembangan Teknologi dan Pendidikan di Indonesia

Yogyakarta, 8 Mei 2020—Block71 Yogyakarta dan Waktukita.com menggandeng Creative Hub Fisipol UGM dalam penyelenggaraan #Dirumahajatalks for Charity bagian kedua pada Jumat (8/5). #Dirumahajatalks for Charity merupakan agenda untuk mendukung program Bersama Kita Melawan COVID-19 dengan open donation pada s.id/kitalawancorona. Dana yang terkumpul 100% akan didonasikan untuk tenaga medis dan masyarakat yang terdampak Corona. Topik yang diangkat kali ini adalah How Technology is Shaping The Future of Education, rangkaian dari kelas #ngabuburitditemenin yang berlangsung pada 7-12 Mei 2020. Pada kelas kedua ini materi diisi oleh Ahmad Faiz Sahupala, co-founder dan CEO dari Eduka System dan dimoderatori oleh Titus, Talent Pitching Creative Hub Fisipol Ugm Batch 3.

Eduka System merupakan online test platform yg berfokus pada pelatihan soal untuk meningkatkan kompetensi siswa-siswa di Indonesia. Produk saat ini adalah Eduka PTN, Eduka CPNS, Eduka STAN, dan Eduka Quiz. Eduka System berawal dari empat orang mahasiswa yang sering mengikuti lomba, kemudian merealisasikan idenya pada konsen pendidikan dan teknologi yang saat itu masih terjadi gap. “Dari awal ada mimpi besar untuk mengubah level pendidikan. Pertama kali ada salah satu government policy regulasi tes universitas, jarang memakai komputer, mulai 2018 hanya sekitar 2%, 2019 sampai sekarang full 100% pakai komputer. Emang disini ada perkembangan teknologi pendidikan, di masa depan pun banyak sistem pendidikan yang menggunakan teknologi,” ungkap Faiz.

Melihat permasalahan pendidikan di Indonesia, Faiz menerangkan bahwa potensi akademik siswa di Indonesia sangat besar, tetapi masih banyak yang tidak mengoptimalkan potensi tersebut. Faiz memandang masih banyak yang hanya fokus on memorizing theory tapi tidak pay attention dengan aplikasinya, hanya menghapalkan teori tanpa tahu aplikasinya apa. “Jadi bisa dibilang kalau masalah teori, siswa kita bisa bersaing, tapi akan sulit ketika menemukan complex problem karena ya tadi, belum terbiasa tahu dari apa kegunaan teori tersebut,” ujarnya.

Pernyataan tersebut didukung oleh data dari nilai PISA, yaitu studi international untuk menguji kemampuan literasi membaca, matematika, sains, dan juga yang dilakukan banyak negara untuk melihat kompetensi siswa dalam problem solving. Ironisnya, berdasarkan data tersebut, Indonesia menempati ranking 70 dari 77 negara. Kompetensi literasi belum merata di Indonesia, fokus belajar siswa kurang efektif. Hal ini dinilai dapat berimplikasi pada tidak efektifnya perkembangan teknologi karena ketidakmerataan pendidikan di Indonesia.

Dengan kondisi pandemi seperti sekarang, maka aktivitas di bidang pendidikan dilaksanakan secara daring. Kondisi ini menuntut star up-star up teknologi penddikan untuk memiliki strategi untuk mengambil peluang secara optimal. Menurut Faiz, product concept yang digunakan harus se-clear mungkin karena ada users baru. Dengan konsep produk dan pelayanan yang bagus, users tidak akan pergi meskipun pandemi selesai. “Kita harus fokus benerin produk dan fitur-fitur yang sesuai kebutuhan users agar mereka nyaman dan gak pergi lagi setelah ini (pandemi),” jelas Faiz.

Bagi generasi muda yang memiliki ide besar pada star-up di bidang perkembangan teknologi dan pendidikan, yang perlu dipersiapkan adalah mental. Bakal banyak sekali adaptasi yang harus dilakukan pada pendidikan, terutama tantangan regulasi. Kita harus adaptif terhadap perubahan regulasi pendidikan yang sering terjadi di Indonesia. Selain itu, kita juga perlu menurunkan ego untuk belajar hal baru apalagi pada masa perkembangan teknologi yang sangat cepat perubahannya. “Yang penting mau belajar aja,” ucap Faiz.

Setelah diskusi interaktif dengan pembicara, moderator membuka sesi tanya-jawab bagi audiens agar lebih interaktif. Disini audiens sangat antusias untuk mengetahui lebih jauh mengenai Eduka System maupun perkembangan teknologi dan pendidikan. Diskusi berakhir pada pukul 17.00 WIB. (/Wfr)