Ekspansi Perkeretaapian dan Inisiatif Energi Nuklir Cina

Yogyakarta, 18 September 2020—Institute of International Studies (IIS) Fisipol UGM menyelenggarakan diskusi dengan topik mengenai Cina: Inisiatif di Bidang Energi dan Transportasi. Pada kesempatan kali ini, terdapat dua pembicara yaitu Alfin Febrian Basundoro, Wakil Ketua Departemen Penalaran UPII UGM dan Caesar Leonardo, Director of The Student Association of Belt and Road Initiative (SABRI) Chapter UGM, sedangkan untuk moderator diskusi dipandu oleh Handono Ega P, Staf Publikasi IIS Fisipol UGM. Acara yang diselenggarakan via platform Google Meet ini dimulai pada pukul 15.00 WIB dan terbagi ke dalam dua sesi yaitu pemaparan materi dan tanya jawab.

Membuka sesi pertama, moderator menyampaikan sedikit penjelasan untuk memandu arah diskusi. Selanjutnya, memasuki pemaparan materi, dibuka oleh Alfin yang secara khusus menyampaikan materi terkait New Eurasian Land Bridge: Ekspansi Sektor Perkerataapian Tiongkok. “NELB merupakan jalur kereta api baru yang menghubungkan antara Tiongkok, Asia Tengah, dengan sejumlah negara di Eropa. NELB sendiri merupakan pengembangan dari Eurasian Land Bridge yang melewati jalur kereta api Trans Siberia di Rusia sejak 1990 dengan rute melalui jalur selatan”. Dalam beberapa sumber, NELB ini dianggap sebagai “Jalur Sutera Modern” yang menghubungkan Asia dan Eropa melalui satu jalur perdagangan utama.

Keberadaan NELB memberikan beberapa keuntungan atau prospek bagi Tiongkok, yaitu terkait efektivitas transportasi, peningkatan perdagangan UE-Tiongkok, dan difersivikasi komoditas. Sedangkan secara lebih luas, keberadaan NELB ini juga memberikan prospek positif bagi kawasan Eurasia diantaranya terkait pembukaan zona perdagangan bebas, dan dapat meningkatkan koneksi di kawasan Asia Tengah. Meskipun demikian, untuk mengembangkan NELB ini terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi diantaranya ketersediaan infrastruktur, keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas, dan efektivitas birokrasi.

Menyambung pembicaraan sebelumnya, Caesar Leonardo menyampaikan materi terkait Chinese Nuclear Energy Initiatives. “keberadaan sumber energi nuklir di china ini tidak terlepas dari perkembangan industri di wilayah tersebut. perlu diketahui bahwa china membutuhkan 22 persen dari total energi global untuk menjalankan kegiatan industrinya” tutur Caesar membuka sesi pemaparan materinya. Dalam penjelasannya, Caesar juga menyampaikan bahwa jika dibandingkan dengan negara lain yang juga menggunakan energi nuklir untuk menjalankan kegiatan perekonomian, China tergolong sebagai pemain baru. Selama ini, kecenderungan sumber energi China sendiri lebih kepada penggunaan batu bara dan minyak. Oleh karena itu, dengan menggunakan nuklir ini terdapat keterbaruan sumber energi dengan prospek yang lebih sustainable. Dalam hal ini, jika dibandingkan dengan sumber energi lain, tingkat emisi nuklir tergolong lebih rendah, bahkan setara dengan tingkat emisi sumber energi tenaga angin. 

Setelah pemaparan dua pembicara, diskusi memasuki sesi kedua yaitu tanya jawab dengan peserta. Salah satu pertanyaan yang menarik disampaikan oleh Faiz rafiza ahmadani terkait posisi NELB jika dibandingkan jalur yang lebih luas. Menanggapi pertanyaan tersebut, Alfin mengungkapkan bahwa keberadaan NELB tidak berarti menjadi komplemen dari dua jalur lain. Dalam hal ini, NELB justru melengkapi kawasan lainnya karena beberapa kelebihan yang dimiliki diantaranya waktu tempuh dan kondusivitas. Diskusi ini berjalan cukup lancar dan diakhiri pada pukul 17.00 WIB. (/Mdn)