FISIPOL dan FK-KMK UGM, “Gerakan Desa Tangguh COVID-19: Menjangkau Partisipasi Masyarakat Secara Digital”

Yogyakarta, 22 April 2020—Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) bekerja sama dengan Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan seminar daring Rabu lalu. Seminar bertajuk “Gerakan Desa Tangguh COVID-19: Bagaimana Menjangkau Partisipasi Masyarakat Secara Digital?” ini menghadirkan Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si., Dekan FISIPOL UGM, dan dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH, Ph.D., Dokter Promosi Kesehatan FK-KMK UGM sebagai narasumber, dan Direktur Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Rizkiyana Sukandhi Putra, M.Kes, sebagai pembahas. Seminar yang dilaksanakan melalui dua platform yaitu Zoom dan siaran langsung kanal FK UGM ini dimoderatori Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes., Dosen Promosi Kesehatan FK-KMK UGM.

Seminar diawali dengan penayangan video testimoni dari tokoh masyarakat terkait kondisi setempat setelah adanya COVID-19. Video testimoni ini disampaikan oleh Yartana, Kepala Dukuh Padukuhan Pundong II, Kelurahan Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Pak Yartana menyampaikan bahwa saat ini kondisi warga Padukuhan Pundong II tergolong aman dan terkendali.

Meskipun begitu, tidak dipungkiri bahwa pada awal ramainya persebaran COVID-19 di Indonesia, warga setempat sempat panik dan was-was. Para tokoh masyarakat setempat melakukan tindakan-tindakan untuk meminimalisasi kemungkinan persebaran COVID-19 di sana, mulai dari melaksanakan “wajib lapor” bagi para tamu dari luar, kerja sama dengan dinas terkait untuk penyampaian informasi dan pemberian bantuan, penundaan kegiatan masyarakat, dan lain-lain.

“Penanggulangan COVID-19 juga membutuhkan kerja sama masyarakat,” kata Prof. Erwan. Peran masing-masing masyarakat dalam membantu penanggulangan COVID-19 berbeda-beda, sebab dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti dimensi dampak pandemi, posisi masyarakat, dan lokasi tinggal masyarakat. Masyarakat yang pada dasarnya berada di multi posisi—sebagai warga negara, anggota komunitas, dan anggota keluarga, serta terdampak di berbagai sektor, akhirnya harus memiliki peran ganda dalam penanggulangan COVID-19 ini. COVID-19 yang pada awalnya merupakan masalah di sektor kesehatan, dengan cepat ikut memengaruhi sektor ekonomi dan sosial-politik.

Prof. Erwan menyampaikan, di tengah kebijakan stay at home saat ini, maka penggunaan platform digital untuk memfasilitasi peran-peran masyarakat di berbagai sektor pun sangat memungkinkan; dapat dilakukan dari media yang paling sederhana seperti SMS, grup WhatsApp, media-media sosial lainnya, hingga yang paling kompleks seperti pengembangan aplikasi.

Berbeda dari sudut pandang yang disampaikan Prof. Erwan, dr. Fatma memaparkan penanggulangan COVID-19 dari sudut pandang ilmu perilaku dan promosi kesehatan. Ada tiga jenis aksi yang dilakukan dalam merespons keberadaan pandemi ini, yang mana masing-masing jenis memiliki fungsi dan orientasi yang berbeda. Jenis aksi kuratif ditujukan pada para masyarakat yang terindikasi dan terjangkit COVID-19, termasuk ODP dan PDP. Aksi ini berorientasi pada individual treatment, sedangkan untuk masyarakat yang memiliki risiko tinggi untuk terjangkit—seperti masyarakat yang gemar berkerumun, tingkat kebersihan diri dan sanitasi rendah, serta rentan dari segi kesehatan—maka jenis aksi yang diperlukan adalah aksi preventif.

Aksi ini bersifat disease oriented dan instruktif, sehingga tindakan yang dilakukan berupa peraturan, peringatan kesehatan, dan pemberian fasilitas dengan contoh nyata seperti kebijakan physical distancing serta imbauan mencuci tangan dan menggunakan masker. Aksi promotif digunakan untuk penanggulangan dalam lingkup yang lebih luas lagi. Aksi ini memiliki orientasi pada kesehatan dan bertujuan membuat masyarakat mampu mengendalikan status kesehatan mereka sendiri dengan cara-cara seperti advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan.

Peran promosi kesehatan dilakukan melalui digital movement dan community empowerment. Contoh nyatanya adalah Tim Satuan Tugas COVID-19 UGM yang melakukan edukasi dan aksi sosial dengan bantuan relawan, dalam hal ini mahasiswa. Program ini dilakukan secara berjenjang dengan memanfaatkan kedekatan relawan yang telah terbangun dengan masyarakat, sehingga proses tidak memakan waktu lama. dr. Fatma juga menekankan pentingnya sifat pro-aktif dari tokoh masyarakat dalam berbagai upaya penanggulangan COVID-19 ini.

Menanggapi pemaparan dari Prof. Erwan dan dr. Fatma, dr. Rizkiyana memberikan gambaran nyata tentang kondisi lapangan di level nasional. Penanggulangan COVID-19 perlu terus disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan lingkungan yang berbeda, serta memerlukan partisipasi masyarakat secara total. Ada periode-periode yang harus dipertimbangkan sehingga peran masyarakat juga memerlukan penyesuaian, seperti terkait dengan datangnya bulan Ramadan, Hari Raya Lebaran, dan masuknya musim kemarau.

Dampak setelah pandemi berakhir pun tidak bisa diabaikan, karena berisiko menimbulkan krisis yang mengancam. Pembuatan community planning yang didasarkan pada pesan-pesan dari masyarakat yang mencakup seluruh aspek di tingkat nasional pun diperlukan oleh pemerintah pusat untuk pengambilan keputusan, sehingga harapannya seluruh masyarakat dapat mematuhi kebijakan yang diambil.

Seminar ditutup dengan sesi tanya jawab yang disampaikan dalam dua termin. Sebelumnya, moderator sudah mengimbau peserta untuk menuliskan pertanyaan dituliskan di kolom chat platform seminar. Beberapa pertanyaan yang membahas hal yang sama dirangkum menjadi satu, sehingga muncul lah dua pertanyaan di termin pertama, yaitu terkait dengan stigma dan isolasi.

Sedangkan pada termin kedua, pertanyaan berkaitan dengan strategi menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses digital dan strategi agar masyarakat mau mengubah perilaku demi memutus mata rantai COVID-19—secara operasional sekaligus dalam konteks pemanfaatan media sosial. Seluruh narasumber dan pembahas menjawab kedua pertanyaan secara berurutan, dan di akhir sesi masing-masing memberikan pernyataan penutup terkait materi seminar. Materi seminar dapat diakses di laman Departemen Perkesling dan HPU UGM. (/hfz)