
Melbourne, 9 Juli 2025 – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan University of Melbourne, Australia kembali menyelenggarakan 5th Australia-Indonesia in Conversation (AIC) 2025, yang pada tahun ini digelar di University of Melbourne, Australia setelah sebelumnya kegiatan diselenggarakan di FISIPOL UGM.
Mengangkat tema “Bridging Development, Representation, and Indigenous Knowledge: Learning from Australia and Indonesia”, forum ini menghadirkan akademisi serta perwakilan masyarakat adat untuk membahas isu-isu yang relevan. Australia-Indonesia in Conversation (AIC) menjadi ruang strategis bagi pertukaran gagasan lintas negara dalam menghadapi isu-isu global seperti keadilan sosial, keberlanjutan pembangunan, serta pengakuan atas pengetahuan lokal.
“Tema ini menegaskan kembali komitmen kita untuk tidak hanya membangun kolaborasi akademik dan berbasis pengetahuan, tetapi juga memastikan bahwa hasil riset kita dapat berdampak nyata terhadap pembuatan kebijakan yang baik dan keadilan bagi masyarakat,” ujar Dekan FISIPOL UGM, Dr. Wawan Mas’udi dalam sambutannya.
Acara dibuka secara resmi secara luring oleh para pimpinan institusi di antaranya Prof. Jennifer Balint (Deans, UoM Arts), Dr. Wawan Mas’udi (Dekan FISIPOL UGM), dan secara daring oleh perwakilan diplomatik, Dr. Siswo Pramono (Duta Besar RI untuk Australia), dan Rod Brazier (Duta Besar Australia untuk Indonesia).
AIC 2025 menghadirkan dua diskusi panel yang mengupas isu kunci dalam relasi masyarakat adat dengan pembangunan dan pengembangan pengetahuan. Panel 1, bertema “Persimpangan antara Pembangunan dan Representasi Masyarakat Adat”, menyoroti ketimpangan struktural yang masih dihadapi komunitas adat dalam pembangunan. Hadir sebagai keynote speakers yaitu James Blackwell (Australian National University) dan Dr. Bahruddin (FISIPOL UGM).
Sementara itu, Prof. Poppy S. Winanti (FISIPOL UGM) dan A/Prof. Edwin Jurriëns (University of Melbourne) hadir sebagai penanggap. Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Ken Setiawan (University of Melbourne) dan Dr. Randy Nandyatama (FISIPOL UGM).
Panel 2, bertajuk “Arah Penelitian Pengetahuan Adat antara Indonesia dan Australia”, menggali kontribusi pengetahuan lokal dalam menjawab tantangan lingkungan, sosial, dan budaya. Panel ini menghadirkan lima pembicara, yaitu:
- Dr. Justin Wejak (University of Melbourne)
- Nurabdiansyah (Universitas Negeri Makassar)
- Abdi Karya (seniman dan pengelola program budaya, Makassar)
- A/Prof. Kristen Smith (University of Melbourne)
- Dr. Fina Itriyati (FISIPOL UGM)
Sesi ini dipandu oleh moderator gabungan dari kedua institusi: Dr. Samuel Curkpatrick dan Prof. Aaron Corn (University of Melbourne), serta Dr. Milda Pinem (FISIPOL UGM).
Diskusi menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif dan lintas disiplin dalam penelitian pengetahuan adat, serta potensi kontribusinya dalam merumuskan kebijakan publik yang inklusif dan kontekstual.
Selama lebih dari satu dekade, FISIPOL UGM dan University of Melbourne telah menjalin hubungan strategis dalam berbagai bentuk kolaborasi akademik, riset bersama, dan pertukaran pengetahuan. AIC menjadi wujud nyata dari sinergi yang tidak hanya bersifat institusional, tetapi juga berdampak langsung bagi masyarakat luas.
“Saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh tim dari kedua institusi yang telah menunjukkan komitmen dan dedikasi luar biasa dalam memperkuat kerja sama ini. Upaya kalian adalah fondasi dari kemitraan yang terus terjaga ini,” ungkap Dr. Wawan Mas’udi.
Ia juga menambahkan bahwa di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan tantangan demokrasi global, kolaborasi akademik seperti AIC menjadi salah satu jalan untuk menciptakan masa depan yang lebih adil, setara, dan berkelanjutan.
Tentang AIC
Australia-Indonesia in Conversation (AIC) merupakan forum tahunan hasil kerja sama antara FISIPOL UGM dan Faculty of Arts University of Melbourne yang telah berlangsung sejak 2021. Forum ini membahas isu-isu strategis kedua negara dari perspektif akademik dan komunitas, dan bertujuan memperkuat jejaring kolaboratif lintas batas.
Informasi lebih lanjut mengenai Australia-Indonesia in Conversation sebelumnya: