Gelaran Budaya Indonesia Mempererat Hubungan Indonesia dengan Rusia

Yogyakarta, 5 Maret 2020—Duta Besar (Dubes) luar biasa dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, Mohamad Wahid Supriyadi, menjadi dosen tamu pada mata kuliah Ekonomi Politik Pariwisata dalam Hubungan Internasional (HI). Dubes Wahid menyampaikan pentingnya aspek pariwisata dalam mengenalkan sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menceritakan pengalamannya mempopulerkan kebudayaan Indonesia melalui Festival Indonesia di Moskow.

“Kekuatan terbesar Indonesia adalah budaya,” kata Dubes Wahid. Oleh karena itu, ia melakukan diplomasi budaya dengan menggelar Festival Indonesia Moskow. Dalam presentasinya yang berjudul “Festival Indonesia Moskow: Dampak bagi Hubungan RI – Rusia”, Wahid menunjukkan strategi memperkenalkan Indonesia melalui pendekatan budaya. Ia juga menampilkan video tentang kebudayaan Indonesia yang ditampilkan dalam festival Indonesia Moskow. Melalui video tersebut, Dubes Wahid menunjukkan rangkaian acara dalam festival seperti pertunjukkan tari, gamelan, peragaan busana, kuliner, pencak silat, pameran produk-produk Indonesia, dan sebagainya. Festival yang diselenggarakan sejak 2016 ini mendapatkan respon positif dari masyarakat Rusia. Gelaran terakhir festival ini, yakni pada tanggal 1 April 2019, berhasil menyedot perhatian tak kurang dari 117.669 pengunjung dalam waktu tiga hari.

Dubes Wahid mengatakan bahwa banyak orang muda di Rusia tidak mengenal Indonesia, namun mereka mengenal Bali. Hal ini menjadi alasan Dubes Wahid untuk memberi tema “Indonesia beyond Bali” setiap menyelenggarakan festival. Dubes Wahid sudah empat kali menyelenggarakan festival dan didukung oleh kaum muda Rusia yang bersedia menjadi sukarelawan. Menurutnya, industri pariwisata merupakan industri yang sangat besar. “Kalau wisata jalan, hotel jalan, kuliner jalan, souvenir jalan,” jelas Dubes Wahid.  Sektor pariwisata akan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Selain itu, Dubes Wahid menjelaskan bahwa industri pariwisata lebih mendukung lingkungan.

Menurut Dubes Wahid, kelemahan Indonesia salah satunya terletak pada infrastruktur yang kurang memadai. “Membangun infrastruktur itu tidaklah mudah, it takes time,” jelas Dubes Wahid. Menurutnya, infrastuktur tidak akan langsung bisa dinikmati semua orang. Dubes Wahid mengatakan bahwa orang-orang baru akan menikmati infrastruktur sepuluh atau lima belas tahun setelah dibangun. Ia mencontohkan, cara negara Cina yang meningkatkan sektor pariwisatanya dengan mempermudah perizinan serta membangun infrastruktur. Selain itu, negara Cina juga meningkatkan diaspora mereka. “Ternyata diaspora terbesar ada di Hongkong, Taiwan, dan Indonesia untuk wilayah Asia Tenggara,” kata pria yang pernah menjadi kepala diaspora Indonesia ini.

Festival Indonesia Moskow mengantarkan KBRI Moskow menerima sejumlah penghargaan. Dubes Wahid mendapat rekor Muri karena sukses menggelar Festival Indonesia empat kali berturut-turut. Selain itu, KBRI Moskow juga menerima penghargaan Cultural Breakthrough of the Year oleh the Russian-Asian Union of Industrialist and Entrepreneur (RAUIE) di Moskow. Melalui penyelenggaraan Festival Indonesia Moskow, Dubes Wahid berhasil memberikan dampak positif pada peningkatan hubungan Indonesia dengan Rusia. Di akhir presentasinya, Dubes Wahid menyampaikan pesan kepada mahasiswa untuk aktif mengembangkan diri. “Universitas hanya mengajarkan tentang academic thinking. In the end, it’s all about you,” pungkasnya.

Kelas Ekonomi Politik Pariwisata dalam HI kali ini tak hanya dihadiri oleh mahasiswa HI, namun juga  mahasiswa program studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Tak kurang dari tiga puluh mahasiswa mengikuti kelas ini dan empat mahasiswa antusias bertanya kepada Dubes Wahid. Kelas berakhir pada pukul 09.30 WIB dan ditutup dengan foto bersama antara dosen pengampu mata kuliah, Usman Salam, Dubes Wahid, dan mahasiswa peserta mata kuliah. (/Nif)