Grand Opening Ramadhan di Fisipol JMF: Merenungi Pandemi di Bulan Ramadhan

Yogyakarta, 27 April 2020— Senin (20/04/20) sore lalu, dilaksanakan Grand Opening RDF 1441H melalui live Instagram akun @jmfugm. Acara tersebut menandai dimulainya pelaksanaan RDF tahun ini. Dalam live Instagram tersebut, hadir Dzaky Yusuf Muhammad (Ketua RDF), Bhram Kusuma Setya Hadi (Ketua JMF), Hakimul Ikhwan (Pembina JMF UGM), dan Ustadz Anton Ismunanto.

Ramadhan 1441H menjadi momen Ramadhan yang tak biasa bagi umat Muslim di berbagai penjuru dunia. Pasalnya, pada Ramadhan kali ini, umat Muslim tak melaksanakan ibadah di masjid sebagaimana biasa akibat pandemi Corona. Dalam situasi seperti ini, Jamaah Muslim Fisipol (JMF) UGM tetap menyelenggarakan Ramadhan di Fisipol (RDF) seperti biasa. Berbeda dengan pelaksanaan di tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar kegiatan RDF 1441H dilaksanakan secara daring.

Berbagai macam kegiatan dilaksanakan mulai Senin (27/04/20) hingga Rabu (20/05/20) mendatang. Adapun secara berurutan, rangkaian kegiatan RDF terdiri dari Grand Opening (27 April), Kelas Menghafal Al Qur’an (30 April), Diskusi: Gerakan Muda dalam Pandemi (4 Mei), Berbagi Bahan Kebutuhan Pokok (8 Mei), Lomba Poster (deadline 9 Mei), Kelas Individual Development Plan (14 Mei), Pengumuman Pemenang Lomba Poster dan Kuis (16 Mei), Podcast (18 Mei), dan Closing (20 Mei).

Pada pelaksanaan RDF kali ini, JMF mengambil tema Al Kahf: Ambil Langkah Kaffah, Aksi Hidupkan Faedah. Melalui tema tersebut, JMF berharap sivitas Fisipol UGM tetap semangat menjalankan ibadah Ramadhan dan mengikuti rangkaian kegiatan RDF. Sebagai Pembina JMF UGM, Ikhwan memberi sambutan sekaligus membuka rangkaian kegiatan RDF secara simbolis. Adapun Anton hadir membawakan ceramah bertema “Menghidupkan Ghirah Ramadhan di Tengah Pandemi”.

Dalam Grand Opening lalu, Anton menggarisbawahi keberadaan pandemi Corona  di bulan Ramadhan 1441H ini. Menurut Anton, Ramadhan dan pandemi ialah hal yang seharusnya kita syukuri. “Harusnya kita bersyukur dengan adanya pandemi di bulan suci. Keduanya berasal dari Allah, dan semua yang berasal dari Allah (itu) baik,” kata Anton. Maka dari itu, ia berpesan bahwa umat Muslim hendaknya menyikapi pandemi Corona dengan iman dan tawakkal.

“Jangan sampai menyikapi (pandemi) tanpa ilmu dengan malah mencacinya,” katanya. Anton menyatakan bahwa terjadinya pandemi Corona melatih umat Muslim untuk memaksimalkan amal ibadah di bulan Ramadhan. Dengan keberadaan pandemi, Anton menyatakan, upaya untuk menahan diri menjadi lebih efektif.

“(Pandemi) Corona bukan hanya mencegah kita dari makan dan minum, namun juga dari potensi maksiat anggota badan,” kata Anton. Menurut Anton, potensi maksiat dalam diri seseorang akan semakin besar apabila mobilitasnya tinggi. Sementara dengan adanya pandemi, mobilitas semua orang terbatasi, dan itu bisa menekan syahwat. (/Snr)