GSSC 2023 Bicarakan Soal Membangun Kepercayaan di Era Disrupsi

Yogyakarta, 29 November 2023─Dampak disrupsi teknologi dan perkembangan media digital, terlebih dengan situasi pasca pandemi Covid-19, telah menciptakan perubahan signifikan dalam ruang publik. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada ruang interaksi antarmanusia, tetapi juga mendisrupsi kepercayaan yang ada antara berbagai entitas dalam ruang publik. Menyikapi perubahan tersebut, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fisipol UGM kembali menyelenggarakan Graduate Symposium on Communication (GSSC) yang kedua pada pada Rabu hingga Kamis (29-30/11) di University Club Hotel UGM dengan tema “Building Sustainable Trust in Disruptive Communication Sphere”.

“Fisipol UGM sangat bersyukur dengan adanya konferensi ini. Kami berharap acara ini dapat membawa analisis dan perspektif baru, serta dapat mengembangkan agenda-agenda baru,” tukas Wawan Mas’udi, Dekan Fisipol UGM, ketika memberi sambutan dalam acara pembukaan. Sejalan dengan Wawan, Mufti Nur Latifah, ketua panitia GSSC 2023, mengatakan bahwa terdapat dua tujuan utama dari acara tersebut, “Tujuan pertama kami adalah untuk merekognisi upaya-upaya riset yang telah dilakukan berkaitan dengan isu kepercayaan dalam lingkup komunikasi yang semakin terdisrupsi. Kedua, untuk memantik diskusi dan ide-ide inovatif berkaitan dengan mendorong dan menjalin kepercayaan dalam masyarakat digital,” ungkap Mufti. 

Hadir dalam acara tersebut, yaitu Jack Qiu Linchuan dari Wee Kim Wee School of Communication and Information, Nanyang Technological University, sebagai keynote speaker. Jack memaparkan mengenai peran transformatif teknologi dalam komunikasi serta dampak yang dimilikinya terhadap kepercayaan melalui presentasinya yang berjudul ‘Building Trust Through Market-Driver Decolonial Computing? Reflections upon Transsion’

Menurut Jack, kolonialisme merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya kepercayaan di masyarakat. Dirinya percaya bahwa kolonialisme sendiri dapat dipahami sebagai suatu proses komunikasi yang memproduksi adanya ‘pandangan kolonial’ atau ‘colonial gaze’. Jack kemudian menjelaskan sebuah studi kasus mengenai perusahaan dari Cina yang berhasil memperoleh begitu banyak kepercayaan melalui apa yang disebutnya sebagai dekolonisasi Artificial Intelligence (AI). “Teknologi memberikan tantangan baru, tetapi juga peluang untuk membangun kepercayaan dalam era komunikasi yang penuh dengan dinamika,” ungkap Jack. 

Sesi utama kemudian dilanjutkan dengan plenary session dengan berbagai pembicara, yaitu Dian Arymami, Dosen Fisipol UGM; Janoe Arijanto, Ketua Asosiasi Periklanan Indonesia dan Senior Vice President Dentsu Indonesia; serta Indriaswati Dyah Saptaningrum, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika RI; dan dimoderatori oleh Syaifa Tania; Dosen Fisipol UGM. Dalam konferensi ini, terdapat pula sesi-sesi panel dengan topik yang lebih spesifik yang diadakan pada hari pertama dan kedua konferensi. Berbagai peserta dan audiens yang berasal dari bermacam-macam perguruan tinggi serta negara sekitar hadir dalam acara tersebut.