Hi Alumni! Vol. 2 Road to Scholarships: Life After University

Yogyakarta, 15 Juli 2020—Keluarga Manajemen Kebijakan Publik atau Gamapi Fisipol UGM kembali mengadakan Hi Alumni!, program sharing session yang menghadirkan para alumni DMKP, pada Rabu malam (15/7). Acara Hi Alumni! Vol. 2 Road to Scholarships: Life After University yang digelar via Instagram Live ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Citra Sekartaji, alumni MKP 2011 yang merupakan peraih Awardee Beasiswa LPDP di University of Birmingham dan Dimas Wahyudi, alumni MKP 2015 yang bekerja di CDC Fisipol UGM. Acara sharing session ini dibagi menjadi dua sesi, yaitu mengenai Beasiswa LPDP dan cara membuat CV yang ideal. Echa, host Hi Alumni! Vol. 2, memulai sesi pertama pada pukul 19.00 WIB dan sesi kedua pada pukul 20.00 WIB.

Citra Sekartaji, peraih Beasiswa LPDP tahun 2016, saat ini bekerja sebagai asisten peneliti di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM serta membantu di bagian kerja sama di Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan di bawah Sekolah Pascasarjana UGM. Dalam sesi pertama ini, Sekar membagikan pengalamannya saat meraih beasiswa kuliah S2 di University of Birmingham dari LPDP atau Lembaga Pengelola Dana Pendidikan yang berada di bawah Kementerian Keuangan. Karena di bawah Kementerian Keuangan, maka setelah selesai masa studi diharapkan kembali ke Indonesia dan dapat berkontribusi untuk negara.

Beasiswa LPDP sendiri terdiri dari berbagai macam jenis, seperti beasiswa reguler, khusus anak pesantren, atlet, disertasi, dokter, dan lainnya. Sekar menerangkan bahwa kebijakan LPDP sekarang dan dulu (2016) sedikit berbeda, mulai dari proses pendaftaran sampai proses seleksi, namun secara garis besar masih sama. Jika dulu hanya bisa memilih satu universitas secara bebas, sekarang kita bisa memilih tiga universitas yang sudah ada di daftar. Saat itu, proses seleksinya juga belum berbasis komputer seperti sekarang ini.

Menurut pengalaman Sekar, perbedaan kuliah di University of Birmingham dan UGM sangat terlihat dari segi akademik. Disana dituntut untuk membaca literatur sebagai bekal sebelum masuk kelas, tidak seperti kebanyakan universitas di Indonesia dimana kita masih merasa bebas mau membaca atau tidak. “Yang jelas beda banget dari segi akademik, disana dituntut berpikir kritis, harus rajin-rajin baca jurnal, baca literatur, sebelum masuk kelas sudah baca bahannya dulu,” tutur Sekar. Terkait alasan Sekar mendaftar beasiswa LPDP, sebenarnya tidak ada alasan khusus, melainkan hanya coba-coba. “Emang pengin niat kuliah S2, udah coba-coba basiswa yang lain, kebetulan yang keterima LPDP,” ucap Sekar.

Pada akhir sesi pertama, Sekar menjelaskan perlunya menyusun planning setelah lulus mulai saat ini. Selama kuliah, kita harus banyak mencari pengalaman berorganisasi, mengikuti seminar, maupun magang di instansi. Pengalaman tersebut sangat diperlukan untuk bersaing ketika nanti kita akan apply pekerjaan atau melanjutkan studi melalui seleksi beasiswa. “Pokoknya selama kuliah ini mungkin udah mulai di-planning ya, kaya besok tu habis kuliah mau ngapain aja, jadi nanti kita dah tau apa-apa yang harus disiapin, jangan sampai nanti habis kuliah nganggur kan ga enak banget ya,” ungkap Sekar.

Semakin ketatnya persaingan di dunia kerja mengakibatkan lulusan sarjana pun banyak yang menganggur. Bahkan, tidak sedikit juga dari mereka yang bahkan tidak lolos di tahap seleksi administratif, salah satunya terkait CV (curriculum vitae). Pada sesi kedua ini, Dimas Wahyudi mencoba menjelaskan bagaimana menyusun CV yang baik. Menurutnya, CV sebenarnya hanya part kecil dari proses recruitment, bahkan paling awal untuk melengkapi bahan admisistratif, tetapi dari CV justru kita membuka pintu gerbang dimana kita memasuki tahap-tahap selanjutnya. “Perkara bakal diterima atau nggak, itu urusan belakang, namun jangan sampai kita kalah duluan dari peserta-peserta lain karena kesalahan CV dari segi bentuk atau substansi,” tuturnya.

Dalam pembuatan CV tentunya harus berprioritas menjawab apa yang bisa kita lakukan untuk organisasi atau perusahaan yang kita apply dalam pendaftaran. Dimas menjelaskan bahwa kita harus memperhatikan hal-hal yang harus dicantumkan dalam menyusun CV yang ideal. Pertama, identitas diri yang memuat nama lengkap, nomor telepon, dan alamat email. Kedua, ringkasan diri yang berisi satu paragraf unik yang merangkum tentang diri, pencapaian, dan pengalaman. Ketiga, pengalaman profesional yang menerangkan pengalaman kita di sebuah organisasi maupun institusi sebelumnya yang memuat jabatan, job description, dan pencapaiannya.

Pengalaman profesional disusun dari yang paling baru. Keempat, riwayat pendidikan terakhir, dapat juga dicantumkan IPK. Kelima, skill dan sertifikasi yang berhubungan dengan posisi yang ditawarkan. Keenam, portofolio berupa kumpulan karya, dapat dicantumkan linknya atau dibuat terpisah sebagai lampiran. Selain hal-hal yang sudah disebutkan, dapat juga memasukkan konten tambahan seperti aspirasi atau hobi, foto, referensi, dan akun media sosial. (/Wfr)