Konferensi pers Riset Popularitas Menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK

Yogyakarta, 1 Juli 2019—Center for Digital Society FISIPOL UGM baru saja menyelesaikan sebuah riset mengenai media sosial.  Media sosial yang diteliti oleh Treviliana Eka Putri, M. Fauzi Ananta, Masgustian, dan Wava Carissa P. meliputi Instagram dan Twitter. Penelitian mengkaji popularitas 34 menteri tersebut menggaris bawahi beberapa hal seperti banyaknya pencarian nama menteri, popularitas berdasarkan followers, dan juga banyaknya retweet dalam konteks pengamatan akun twitter. Perlu dimengerti bahwa penelitian ini mengkaji akun pribadi milik para menteri, bukan akun resmi kementerian mereka masing-masing.

Dari banyaknya akun Instagram dan Twitter yang diteliti, tidak semua menteri memiliki akun pribadi di kedua platform media sosial tersebut. Sebanyak 22 menteri memiliki akun Instagram sementara Twitter sedikit lebih populer digunakan dengan 26 menteri memiliki akun Twitter pribadi di dunia maya. Subjek yang juga diberi garis bawah dalam riset ini meliputi representasi wanita dalam kabinet dan mengenai umur para menteri yang diteliti. Umur memiliki sebuah signifikasi di riset ini, mengingat Jokowi sempat berpendapat bagaimana orang-orang dalam rentang umur 20-25 memiliki kemungkinan untuk dilantik menjadi menteri di dalam jajaran kabinet kedepannya.

Penelitian dilakukan dengan mengukur engagement tertinggi dengan menghitung jumlah retweet dan like yang didapat tiap akun menteri. Dari metode tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah followers dapat dikatakan cenderung berbanding lurus dengan tingkat engagement. Dari data yang dikumpulkan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meraih posisi pertama sebagai menteri terpopuler di Twitter, disusul oleh Lukman Hakim S. selaku Menteri Agama, Wiranto selaku Menkopolhukam, Imam Nahrawi selaku Menpora, dan Hanif Dhakiri selaku Menteri Ketenagakerjaan. Urutan tersebut dibentuk dari mengurutkan akun para menteri berdasarkan jumlah followers. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memiliki karakteristik tersendiri dengan 48.9% tweet menggunakan bahasa Inggris. Para peneliti menyimpulkan bahwa hal ini menunjukkan bahwa Menlu Retno Marsudi sudah baik dalam mengakomodasi followers yang bisa jadi dari luar Indonesia.

Setelah itu, para peneliti memaparkan data yang mereka dapatkan dari media sosial Instagram. Dari pengumpulan data tersebut, terdapat kesulitan dalam mengumpulkan beberapa informasi seperti tanggal pembuatan akun para menteri dikarenakan limitasi bawaan dari aplikasi Instagram itu sendiri. Di Instagram, lagi-lagi Susi Pudjiastuti mendapat urutan pertama sebagai menteri paling populer, disusul oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sebelumnya tidak masuk urutan karena tidak memiliki akun Twitter, Imam Nahrawi, Retno Marsudi, dan Hanif Dhakiri. Hal menarik yang ditemukan tim peneliti adalah Hanif Dhakiri sebagai menteri ketenagakerjaan cukup sering membuat konten politik. Tren pencarian daring yang didasarkan dari Google Trends menunjukkan bagaimana kata kunci yang digunakan para menteri pada tanggal tertentu untuk menanggapi suatu isu.

Selain membagi pembahasan dalam dua media sosial Twitter dan Instagram, para peneliti kembali pada pembahasan komposisi jenis kelamin dan umur para menteri. Dalam segi representasi perempuan, Kabinet Kerja Jokowi-JK cukup representatif dengan menteri perempuan sejumlah delapan dari total 34 menteri dalam kabinet. Hal tersebut menjadikan perempuan 24% atau hampir seperempat dari total jumlah menteri yang ada. Selain segi jenis kelamin, secara umur, Puan Maharani dan Imam Nahrawi menempati umur paling muda dengan keduanya berumur 45 tahun. Wiranto yang berumur 72 tahun dan Luhut Binsar Pandjaitan yang berumur 71 tahun menempati posisi sebagai dua menteri tertua dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK. Dalam hal umur, ditemukan bahwa rerata umur menteri Kabinet Kerja adalah 58,9 tahun.

Dalam sesi tanya jawab, para peneliti menjelaskan bahwa riset ini dilakukan untuk membandingkan kemungkinan terpilihnya mereka kembali berdasarkan engagement dan asosiasi nama dan kata kunci dalam pencarian di dunia maya. Saat dimintai keterangan, Treviliana Eka Putri menjelaskan bahwa citra positif dapat menjadi bagian penilaian pengangkatan mereka kembali sebagai menteri. Dalam hal pembahasan umur, Fauzi Ananta menjelaskan bagaimana mengangkat menteri muda dapat memudahkan sejalannya program kerja dengan revolusi digital, mengingat menteri muda lebih familiar dengan dunia digital karena konteks era. Dalam penjelasan lebih lanjut, menteri muda dikatakan bisa lebih inovatif dan memotong birokrasi.