Mahasiswa FISIPOL UGM Gali Problema Dua Desa Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Yogyakarta, 28 Agustus 2025─Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui program KKN-PPM UGM Periode II Tahun 2025 melaksanakan kegiatan pengabdian di dua desa perbatasan Indonesia-Timor Leste mulai dari bulan Juni hingga Agustus 2025.

Dibimbing oleh dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, Dr. Nurhadi Susanto, S.H., M.Hum., dua mahasiswa yaitu Naupaldi Saputra (MKP) dan Pinky Astri Astuti (Sosiologi) melaksanakan program “Pemetaan Sosial Partisipatif untuk Penguatan Identitas dan Potensi Kawasan Perbatasan Indonesia-Timor Leste di Desa Silawan dan Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur“. Kegiatan ini mendapat dukungan pendanaan dari FISIPOL UGM melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat untuk Kelompok Mahasiswa yang dikelola oleh Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (UP3M). 

Pengabdian ini bertujuan memberikan gambaran pemetaan sosial partisipatif untuk mengidentifikasi kondisi, permasalahan, dan potensi yang ada di dua desa yang juga digunakan sebagai basis data pembuatan policy brief dan penyusunan profil desa. Berada di wilayah perbatasan dengan keadaan geografis yang berbeda yakni, Desa Silawan merupakan daerah pesisir sedangkan Desa Tulakadi adalah kawasan pegunungan memiliki keunikannya tersendiri dalam membentuk karakter sosial budaya. Secara garis besar, wilayah Kabupaten Belu terdiri atas empat etnis berbeda, yaitu Bunak (Merae), Dawan, Kemak, dan Tetun. Adapun, wilayah Desa Silawan dan Tulakadi sebagian besar dihuni oleh orang-orang Tetun.

Mayoritas masyarakat di dua desa tersebut memiliki mata pencaharian sebagai petani dengan tingkat pendidikan yang didominasi oleh lulusan SD. Kemiskinan masih menjadi persoalan utama yang mempengaruhi aspek-aspek kehidupan lainnya di masyarakat meskipun terdapat potensi lalu lintas antarnegara yang tinggi, mengingat Pos Lintas Batas Negara Mota’ain juga berada di Desa Silawan. Desa ini memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih lengkap dibandingkan Desa Tulakadi. Kendati demikian, Desa Tulakadi yang hanya memiliki satu PAUD dan satu SD ini memiliki akses menuju pusat Kota Atambua yang lebih dekat dibandingkan Desa Silawan. 

Pemetaan sosial tersebut bertujuan menggali lebih dalam terkait isu Kemiskinan, Pendidikan, Perempuan dan Anak, UMKM dan Koperasi, Budaya dan Adat, serta Pekerja Migran Indonesia (PMI). Kegiatan ini melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kabupaten Belu, Dinas Sosial Belu, Dinas Pendidikan Belu, Dinas Nakertrans, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Belu, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Tak hanya itu agar mendapatkan informasi yang lebih mendalam, perangkat desa, tokoh adat, dan masyarakat lokal turut dilibatkan secara aktif dalam proses pemetaan sosial. 

Program ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang mendukung SDGs 4: Pendidikan Berkualitas, SDGs 5: Kesetaraan Gender, SDGs 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta SDGs 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan. Hasil pengabdian ini juga diharapkan dapat menjadi instrumen pengembangan sumber daya manusia dan kualitas daerah perbatasan dan daerah 3T dalam menghadapi berbagai tantangan di kemudian hari.

Kontributor: Pinky Astri Astuti
Sunting: Humas Fisipol UGM