Melalui Sekolah Kurasi, Mahasiswa Fisipol UGM Dorong Skema Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya

Banda Naira, 11 September 2025─Sekelompok Mahasiswa Fisipol UGM bersama mahasiswa dari berbagai klaster keilmuan yang tergabung dalam inisiatif Living Laboratory mengadakan diskusi “sepulang belajar dari Banda Naira.” Diskusi ini dilakukan dalam rangka refleksi atas kegiatan pembelajaran dalam program Sekolah Kurasi yang dilakukan di Kecamatan Banda dan Kecamatan Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Program ini telah dilakukan sesuai dengan rancangan agenda yang disusun secara fleksibel dan masih mengemban visi jangka panjang menjadikan Banda Naira sebagai pusat informasi dan budaya yang dinamis, di mana warga dapat berdaya dalam mengkurasi identitas otentik yang mereka miliki melalui skema pembelajaran kontekstual. Dengan dukungan dari Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (UP3M), visi jangka panjang itu kini perlahan terwujud.

Pada era digital ini, Banda Naira yang kaya akan sejarah rempah dan jejak kolonial tengah bergulat dengan pencarian identitas – karakter dan jati diri sebagai sebuah entitas. Identitas yang dimiliki Banda Naira tidak bersifat statis, melainkan terus mengalami perkembangan melalui interaksi dengan heritage di mana setiap generasi mewarisi, menafsirkan, dan menambahkan lapisan baru dalam identitas tersebut. Branding sebagai surga tropis yang ideal, justru menutupi harta karun Banda Naira yang sebenarnya: sejarahnya yang kompleks, warisan rempah yang mengubah dunia, serta kisah-kisah perjuangan dan ketahanan masyarakat lokal. Hegemoni narasi kolonial, interpretasi sejarah yang beragam, dan rendahnya literasi menghambat partisipasi masyarakat dalam membentuk representasi diri kolektif. Sekolah Kurasi hadir sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan ini.

Sekolah Kurasi, sebagai sebuah sekolah alternatif, berupaya melakukan dekolonialisasi nilai-nilai sejarah dan pemberdayaan budaya lokal melalui skema Living Museum yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Inisiatif Sekolah Kurasi menjadi penting dalam menjawab kebutuhan krusial di Banda Naira, yaitu penyediaan ruang yang memadai bagi komunitas untuk saling terhubung, berekspresi secara kreatif, dan mengembangkan diri.

Pembentukan Sekolah Kurasi ini berakar dari kebutuhan mendesak dalam menciptakan ruang bagi komunitas untuk terlibat aktif dalam pelestarian dan pengembangan warisan budaya Banda Naira. Mengacu pada teori production of space Lefebvre (1991), ruang bersifat dinamis dan bukan sekadar entitas fisik, melainkan konstruksi sosial yang dibentuk oleh praktik, representasi, dan pengalaman.  Dalam konteks ini, Sekolah Kurasi berperan penting dalam integrasi kebudayaan Banda Naira kedalam Living Museum yang dinamis. Bahwasannya Living Museum bukan sekedar tempat artefak, melainkan ruang sosial dinamis yang terus diproduksi melalui interaksi, representasi, dan makna subjektif yang dimilikinya dengan membangun konstruksi sosial melalui praktik kuratorial yang memungkinkan masyarakat menginternalisasi dan merepresentasikan heritage mereka. Dengan membekali peserta dengan keterampilan kuratorial, warisan budaya tidak hanya dilestarikan, tetapi juga diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Sekolah Kurasi adalah investasi strategis dalam pendidikan, identitas, dan keberlanjutan Banda Naira sebagai ruang budaya yang relevan. Sekolah Kurasi menjadi bagian dari social crafting dalam Living Laboratory, lebih lanjut berperan dalam merekonstruksi pemahaman kolektif masyarakat terhadap sejarah, identitas budaya, dan ruang sosial melalui praktik budaya yang dinamis.

Kontributor: Nuke Talia Shaquilla Savier