Memahami Pentingnya Iteration dalam Product Market Fit

Yogyakarta, 17 September 2022Sebagai salah satu rangkaian pagelaran 7 TAHUN SOPREMA, Youth Studies Center (Yousure) FISIPOL UGM kembali menghadirkan BINCANG SOPREMA #2 bertajuk “Product and Development 101: Product Market Fit bagi Sociopreneur Muda” pada Sabtu (17/9). Dalam sesi kali ini, Yousure mengundang pembicara Azellia Alma Shafira atau Selly, selaku CEO of Banoo Inovasi Indonesia.

Dalam dunia bisnis, istilah Product Market Fit (PMF) digunakan untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan sesuai dengan market/target pasar yang dituju. Maka, diperlukan riset pasar terlebih dahulu dengan melibatkan calon konsumen dalam melakukan penyempurnaan produk agar sesuai dengan kebutuhan konsumen. 

Selly menjelaskan, dalam prosesnya, PMF tidak bisa dilakukan hanya sekali sehingga memerlukan iteration (pengulangan) karena seringkali di tengah jalan produk mengalami kegagalan atau kesalahan ide bisnis. Di sini lah akan terjadi pivot atau perubahan strategi/arah bisnis ketika produk yang ditawarkan sudah tidak memenuhi kebutuhan pasar. Meski banyak yang dikorbankan, untuk bisa survive dalam dunia bisnis maka harus melakukan pivot

“Memang ada sesuatu yang kita sayangkan karena kita udah riset sedemikian rupa kemudian harus ganti lagi strateginya, namun kita harus berpikir lebih dari sekadar short term. Mungkin sekarang kita menganggap itu sebuah failure, tapi kalau kita melihat lebih jauh lagi sebenarnya tidak ada yang namanya failure, it’s just part of the iteration,” 

Pada dasarnya, tantangan produk baru adalah susah dijual atau diperkenalkan karena, Selly menjelaskan, ‘the problem and the solution are unknown’. Banyak sekali akar permasalahan yang harus dikaji terlebih dahulu untuk menentukan solusinya. Namun begitu, kita harus bergerak cepat untuk mengetahui solusi dari permasalahan yang muncul.

“Intinya adalah karena kita tidak tahu, yang mengetahui adalah orang mengalami yaitu marketnya itu sendiri, orang yang benar-benar mengalami masalah itu, so it’s all up to the market, it’s all up to the users,” ungkap Selly.

Sementara itu, Selly menawarkan dua teori yang bisa digunakan untuk melakukan PMF. Pertama, theory of change yaitu dimulai dengan problem-solution fit. Identifikasi mana yang masalah dan mana yang hanya symptom atau gejala. Meski keduanya merupakan pain point, namun symptom bukan akar masalahnya, di sini kita fokus pada satu masalah yang akan menghadirkan banyak solusi. 

Kedua, teori design thinking yaitu bagaimana kita berpikir dengan model/desain berpikir tertentu. Misalnya, mengelompokkan tanggapan market/users tentang suatu produk dengan menggunakan model insights tree untuk menemukan masalah utamanya. Kemudian, kita bangun solusinya berdasarkan insights wawancara yang telah dilakukan. (/WP)