Menentukan Topik dan Ragam Cara Penelitian pada Kelas Penelitian IGPA

Yogyakarta, 14 Juli 2020—Institute of Governance and Public Affairs (IGPA), Magister Administrasi Publik (MAP), Fisipol UGM mengadakan kelas penelitian bertajuk “Bagaimana Melakukan Penelitian Online di Tengah Pandemi COVID-19”. Kelas penelitian ini diselenggarakan selama enam kali pertemuan. Pada pertemuan pertama (14/7), materi yang dibahas yaitu Menentukan Topik dan Ruang Kosong Penelitian. Materi dibawakan oleh Daniel Dhakidae, editor Jurnal Prisma, serta alumni Ilmu Administrasi Negara, Fisipol UGM.

Daniel membuka diskusi dengan pembahasan mengenai topik penelitian. Daniel mengemukakan bahwa topik penelitian bukanlah sesuatu yang datang dari langit dan juga bukan ilham. Bagi Daniel, topik merupakan hasil kerja keras dan perenungan yang lama. Ia juga menyebutkan bahwa topik perlu digali dengan membaca, berdiskusi, serta mendalami isu dan permasalahan yang hendak diteliti.  “Kalau sedang menulis skripsi, disertasi master atau doktoral jangan percaya ilham, topik itu lahir dari kerja keras,” ungkap Daniel.

Selain itu, Daniel menyarankan bahwa topik penelitian haruslah menarik untuk peneliti itu sendiri. Ini karena suatu penelitian membutuhkan waktu yang lama dan energi yang besar untuk menyelesaikan topik yang telah dipilih peneliti. “Jangan pernah memilih topik yang membosankan, topik itu harus menarik untuk Anda sendiri”, tutur peraih gelar Master di Cornell University ini.

Selanjutnya, dalam perkembangan teknologi, Daniel menyebutkan berbagai macam cara bisa dilakukan untuk melakukan penelitian selain face to face  atau tatap muka. Berbagai cara lain yaitu Telephon-Mediated Research (TMR), Mobile Phone Mediated Research dan Internet Mediated Research (IMR).

TMR merupakan jenis penelitian yang di diperantai oleh telepon. Daniel mengemukakan, salah satu masalah dalam jenis penelitian ini adalah penentuan sampling. Hal ini merujuk pada tidak semua orang memiliki telepon, sehingga sampling terikat dengan orang-orang yang memiliki telepon. Selain itu, kelemahan paling besar dalam penelitian menggunakan telepon adalah tidak adanya respon sensifitas. “Ketiadaan kontak langsung membuat penelitian kehilangan unsur emosional, seperti raut muka, kondisi tempat tinggal dan lain-lain,” tulisnya.

Mobile Phone Mediated Research merupakan jenis penelitian yang diperantai oleh telepon seluler. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bisa dilakukan dimana saja. Meski begitu, Daniel menuturkan bahwa kesulitan mobile phone justru datang dari mobilitasnya sendiri. Persoalan yang dimaksud Daniel mengacu pada special sampling, yaitau sampling berdasarkan kekhasan ruang.

Jenis penelitian yang terakhir disebutkan Daniel yaitu IMR riset yang berbasis internet. Daniel menuturkan penelitian ini menjadi sesuatu yang khas berurusan dengan telepon seluler. Penelitian ini ramai digunakan, terutama selama pandemi COVID-19.

Pada sesi pertanyaan, Ita Dwi dari UGM menanyakan tentang teknik mencari celah dalam penelitian sebelumnya. Daniel menjawab, bahwa jangan merasa terteror oleh penelitian yang sangat popular, karena akan selalu ada celah di setiap topik penelitian. Daniel melanjutkan, topik penelitian apapun yang diambil juga ditentukan oleh perspektif. “Perspektif itulah yang menentukan penelitian dari kacamata yang berbeda,” imbuh Daniel.

Daniel juga menceritakan mengenai disertasinya yang menulis mengenai pers di era Orde Baru. Ia tidak menyangkal bahwa sudah ada ratusan penelitian mengenai pers di Indonesia, tetapi sebagian besar memang melihat dari sudut pandang kebebasan pers. Maka dari itu, Daniel mencoba perspektif lain yaitu menggunakan pendekatan material base.  “Dengan mengubah perspektif maka persoalan bisa jadi lain dan disanalah topik menjadi hal yang lebih menarik,” akunya. (/anf)