Papua Strategic Policy Forum #4: Bagaimana Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan di Papua saat Pandemi?

Yogyakarta, 18 Juni 2020 — Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (GTP UGM) dan Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) FISIPOL UGM menyelenggarakan agenda rutin Papua Strategic Policy Forum pada Kamis (18/6). Pada seri ke-4 ini, tema yang diangkat adalah “Tantangan dan Strategi Penyelenggaraan Pelayanan Dasar Pendidikan & Kesehatan di Papua Pada Masa Pandemi COVID-19”. Susunan acara dalam forum ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi tentang kesehatan dan pendidikan. Pembicara pada sesi pertama adalah dr. Aaron Rumainum, M. Kes (Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Papua), Usman G. Wanimbo, S.E., M.Si. (Bupati Tolikara, Papua) dan Prof. dr. Ova Emilia M.Med.Ed., Sp.OG(K)., PhD. (Dekan FKKMK UGM). Sedangkan pada sesi kedua yaitu Christian Solihait, S.T., M.Si. (Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Papua), Wallace Dean Wiley (Founder Sekolah Papua Harapan), Dr. Agus Irianto Sumule (Dekan Faperta UNIPA), dan Arie Ruhyanto, S.IP., M.Sc., (PhD-Can) (Peneliti Gugus Tugas Papua UGM). Acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan dimoderatori oleh Isep Parid Yahya, S.I.P., M.Sc. selaku Peneliti Gugus Tugas Papua UGM.

Kasus pandemi COVID-19 di dunia terus meningkat. Hingga per 7 Juni 2020, tercatat lebih dari 6 juta kasus positif diseluruh dunia dan hampir menembus 31 ribu kasus di Indonesia. Sementara itu, kasus positif COVID-19 di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang berhasil terkonfirmasi masing-masing sebesar 1.064 dan 179. Selain sektor ekonomi, terdapat sektor utama lainnya, yakni kesehatan dan pendidikan yang aktivitasnya paling terdampak.

Dekan FKKMK UGM, Ova Emilia, mengatakan bahwa aspek perilaku menjadi sangat penting dalam menghadapi persebaran wabah COVID-19, terutama dari diri sendiri dan keluarga. Tidak perlu ketakutan bukan berarti kita terus tidak waspada, melainkan tetap harus tahu dan waspada dengan semestinya. Kesadaran diri, pengetahuan, dan informasi yang benar menjadi penting untuk bisa mengamati diri kita sendiri sehingga penyakit akibat wabah ini tidak menjadi fatal secara sekonyong-konyong. Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga penting. Pasalnya, pandemi ini dapat menimbulkan stres besar yang memengaruhi fisik dan kejiwaan. Stres dapat diakibatkan karena pengaruh media yang terlalu melebih-lebihkan dalam mengabarkan wabah ini. Salah satu tindakan yang dapat mengurangi stres adalah berhenti mendengar, melihat, atau membaca berita tentang COVID-19 termasuk dari media sosial. Prof. Ova juga berpesan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan tubuh. “Kita perlu jaga sehat, artinya juga tetap tidur cukup, makan sehat, dan aktivitas fisik, itu semua untuk meningkatkan daya tahan tubuh kita menghadapi covid karena itu adalah yang paling utama,” ungkapnya.

Dalam pemaparannya, dr. Aaron pun turut menjelaskan kebijakan pemerintah provisi Papua terkait penanganan pandemi COVID-19. Bahwasanya, kemampuan tes diagnosis COVID-19 maupun logistik masih belum mencukupi. Tantangan yang dihadapi Provinsi Papua saat ini adalah belum stabilnya kemampuan PCR di Kota Jayapura sebanyak 500 sampel sehari, belum adanya tempat penampungan sebanyak 1500 pasien positif COVID-19 di Kota Jayapura, belum mampunya RSUD Biak untuk mendiagnosis COVID-19 dengan menggunakan TCM, dan masih adanya tantangan masalah keamanan di Kabupaten Nduga dan Intan Jaya.

 

Hal-hal yang masih perlu ditingkatkan dalam upaya penanggulangan COVID-19 dalam bidang kesehatan, diantaranya: Puskesmas diwajibkan membuka pelayanan dan melakukan screening yang ketat, mengkaji kembali standar APD yang digunakan untuk setiap jenis pelayanan, meningkatkan isolasi mandiri untuk ODP di rumah, mengaktifkan peran PPI dalam pencegahan COVID-19 kepada petugas kesehatan, mewajibkan dilakukannya RDT terhadap penerbangan seputar Papua, dan sebagainya.

Pada bidang pendidikan, Christian Solihait memaparkan tantangan pendidikan Papua di tengah COVID-19. Masalah paling besar dalam kelangsungan proses pembelajaran adalah jaringan internet. Meskipun beliau sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan rekan-rekan Kementerian Kominfo, dan Metro TV memfasilitasi, tetapi masalah tersebut belum terselesaikan sampai hari ini. Bahkan, masih ada sekolah-sekolah di Papua yang sama sekali tidak melakukan aktivitas. “Kita dipaksakan belajar di rumah, kita dipaksakan beraktivitas di rumah, tetapi jaringannya sangat rusak,” ungkapnya.

Selain masalah jaringan internet, sarana dan prasarana pendukung juga menjadi pelik dalam dunia pendidikan saat pandemi di Papua. Meskipun sudah ratusan radio, tablet, TV, dan Handphone sebagai sarana belajar di rumah dibagikan, tetapi masih belum mencukupi. Strateginya, pemerintah Provinsi Papua akan memastikan seluruh guru sebanyak 18 ribu guru paling tidak mereka bisa tidak gaptek dengan teknologi, kemudian memastikan 600 ribu siswa Papua paling tidak mereka bisa menerima satu saja model pembelajaran baik lewat offline ataupun online.

“Intinya begini, di saat pandemi COVID-19, keselamatan dan kesehatan anak dan guru itu nomer satu, yang kedua, walaupun COVID-19 boleh memporak-porandakan seluruh strata kehidupan, tetapi anak-anak harus tetap belajar, itu intinya disitu,” ungkapnya.

Diskusi berakhir sekitar pukul 12.00 WIB. Siaran ulang acara dapat ditonton di channel Youtube Gugus Tugas Papua UGM. (/Wfr)