Pentingnya  Ideation Dalam Membangun Startup

Yogyakarta, 7 September 2018 – Creative Hub (C-Hub) Fisipol UGM menyelenggarakan rangkaian acara Demo Day yakni rangkaian akhir dari pembinaan dan pelatihan inkubasi Batch 1 berupa presentasi hasil produk dan progres inkubasi yang diselanggarakan pada Jumat (7/9) bertempat di Ruang Auditorium Mandiri Gedung BB Lantai 4 Fisipol UGM. Rangkaian acara pada Demo Day terdiri dari Expo, Talkshow, Talent Pitching, dan Sharing Session. Di sesi Talent Pitching, C-Hub menghadirkan Yustawat Fawzi dari Merapi Tani Instrumen (Mertani), Wesley Harjono selaku President Director Of Plug and Play Indonesia, serta Riki Sonjaya selaku Operational Director Young On Top (YoT) sekaligus Founder Startup Medical Doctor Network sebagai pemateri dalem sesi tersebut.Acara dibuka oleh moderator Abdullah Faqih selaku Co-Founder Voice of Changes yang  memulai diskusi mengenai bagaimana proses ideation tercipta.  Riki dari YoT, menceritakan pengalamannya berbisnis mulai dari investasi di rumah makan sampai servis toilet yang hingga saat ini merintis startup berbasis kesehatan yakni Medical Doctor Network yang merupakan software rekam medik jantung. Proses ideation yang Riki temui berasal dari keadaan belum terintegrasinnya riwayat penyakit pasien yang sulit ketika harus berobat di rumah sakit, maka muncul lah ide membuat software yang mengintegrasikan riwayat penyakit agar administrasi dapat dipermudah. Dalam merintis bisnisnya, ia dibantu oleh investasi dari Ikatan Dokter Indonesia. Hingga saat ini, softwarenya telah meluas ke bidang kandungan.

Yustawat dari Mertani, menjelaskan mengenai proses ideation yang dapat bersumber dari darimana saja. “Orang yang tidak punya ide tapi punya kemauan pasti ada jalan masing-masing,” ujar Yustawat. Yustawat sendiri melakukan proses ideation berdasarkan filosofi jawa yakni prinsip ngerti, roso, ngelakoni. Dasar filosofis itulah yang menjadi patokannya untuk bekerja.

Selain itu, Aryo selaku founder Halo Hiburan, juga menceritakan pengalaman ideation. Aryo yang pernah memenangkan lomba business plan mempunyai penyesalan ketika ide yang ia punya tidak  langsung dieksekusi, hasilnya banyak ide yang serupa muncul dari orang lain. Awalnya ia berencana untuk berhenti dalam membangun startup, Namun akhirnya ia nekat setelah berkonsultasi dengan para rekannya untuk melanjutikan ide yang sudah ada.

Proses ideation sendiri merupakan momentum berharga bagi para perintis bisnis, yang nantinya dibantu oleh para akselerator.  “Banyak inkubator yang berfokus pada startup yang sudah ada produk karena ketika masih mengandalkan ide akan lebih sulit. Nantinya inkubator menyediakan fasilitas seperti mentoring”, ujar Wesley dari Plug and Play.

Selain itu, Riki dari YoT  berpendapat bahwa tiga hal terpenting dalam membangun startup adalah jaringan yang luas, tim yang profesional, serta spesialisasi bidang di tiap tim. Begitu juga dengan Wesley dari Plug and Play yang berpendapat bahwa  penciptaan ide.yang paling penting adalah eksekusi dan terjun langsung ke lapangan serta evaluasi di setiap progress. “Harus ada trial and improve startup yang berbeda dari awal,” ujar Weasley. Ghilman Nafadza Hakim, founder dari Bantu juga menceritakan tentang startupnya yang berfokus pada mitra kerjasama, bahkan Bantu telah bekerjasama dengan SKKK UGM.

Dalam mengatur tim, Riki dari YoT mengatakan bahwa mental para founder harus dipersiapkan sejak awal. Ketika sudah memutuskan untuk menjadi entrepreneur, mental  yang disiapkan harus berbeda. Pun hierarki antar tim juga merupakan sesuuatu yang patut diperhatikan. “Tidak ada yang jelek selama semua berkontribusi, semua posisi di teamwork dibutuhkan. Perusahaan yang besar pun enggak ada yang bisa besar tanpa tim,” ujar Riki dari YoT. Wesley dari Plug and Play juga menuturkan bahwa founder merupakan tombak kesuksesan suatu tim, maka dalam memilih startup untuk masuk ke inkubasi, beliau memilih untuk melihat karakter dari founder dahulu baru melihat hasil produk.

Di penutup sesi, Wesley memberi penyemangat kepada para perintis  startup. “Founder harus berani ambil resiko, belajarlah dari kegagalan. Saya pribadi paling enggak suka melihat founder yang gagal langsung beralih jadi karyawan, karena ketika sudah memutuskan untuk menjadi enterprerneur, harus nekat,” ujar Wesley. Begitu juga Riki, “Ketika gagal, berarti kerja keras masih kurang, please naikkin level kerja keras karena kerja keras enggak akan mengkhianati hasil,” tutup Riki. (/Afn)