Perkuat Kerjasama Timur Indonesia- Selatan Filipina melalui Kerjasama sub-Regional BIMP-EAGA

ASEAN studies center (ASC) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik menyelenggarakan Seminar on Enhancement of Cooperation between Eastern Part of Indonesia and Southern Part of the Philippines pada Kamis,(23/8). Seminar yang bertajuk Penguatan Kerjasama Indonesia bagian timur dan Filipina bagian Selatan ini mengundang enam pembicara panel yang terbagi dalam dua sesi seminar. Bertempat di Ruang Seminar Timur Fisipol UGM, seminar ini diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai universitas di Yogyakarta, seperti Universitas Gadjah mada, UMY, AAU, dan masyarakat umum.

Dalam acara pembukaan seminar tersebut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Dr. Erwan Agus Purwanto, M. Si. menuturkan bahwa Filipina dan Indonesia berbagi banyak persamaan dalam bidang politik, sosial, budaya, juga termasuk pula persamaan permasalahanya. “Seminar mengenai Penguatan Kerjasama antara Bagian Timur Indonesia dan Filipina bagian Selatan diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan yang sama dan sekaligus menemukan rekomendasi yang sesuai bagi kedua negara khususnya di kawasan Bagian Timur Indonesia dan Bagian Selatan Filipina dalam skema kerjasama Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina – East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA),” ungkap Erwan.

Selanjutnya, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementrian Luar Negeri Indonesia, Dr.Siswo Pramono,L.LM dalam pidato pembukaanya mengatakan bahwa kerjasama antar sub-region di ASEAN menjadi fokus yang penting. “Kerjasama sub-region seperti BIMP-EAGA penting untuk meningkatkan stabilitas politik dan ekonomi antar wilayah. Salah satu aktulisasi dari kerjasama tersebut adalah adanya berbagai projek pembangunan. Kendari, salah satu kota di Indonesia yang masuk dalam kawasan kerjasama BIMP-EAGA masuk dalam pilot city untuk program The BIMP-EAGA Green Cities Initiatives”, ungkap Siswo.

Sesi pertama kegiatan seminar diawali oleh pidato kunci Sri Sultan Hamengkubowono X yang diawakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Daerah Istimewa Yogyakarta, Dr. Sulistyo SH.,CN.,M.Si. Beliau menuturkan bahwa hubungan internasional bukan hanya permasalahan yang bersifat high politics, berupa masalah keamanan dan eksklusif antar negara saja namun juga dibangun melalui hubungan antar masyarakatnya melalui kerjasama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya. “ Investasi kultural, sosial dan pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang efektif dan prospektif,” ungkap Sulistyo.

Setelah rangkaian pembukaan dan pidato kunci dilakukan, sesi panel pertama diadakan. Pembicara panel pertama adalah Dr.Diana Mendoza dari Ateno de Manila University, Dr.Burhan Niode dari Universitas Sam Ratulangi, dan Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementrian Luar Negeri Indonesia, Dr.Siswo Pramono,L.LM (/fdr).