Pusat Studi ASEAN Fisipol Rilis Monografi Seputar Isu Gender

Yogyakarta, 13 September 2022—The ASEAN Studies Center (ASC) FISIPOL UGM menggelar diskusi dalam rangka perilisan monografi berjudul Advancing Southeast Asia through Gender Mainstreaming pada hari Selasa (13/9). Edisi 2021 monografi ini berisi sepuluh artikel terpilih yang ditulis di bawah empat subtopik: (1) mapping progress on gender mainstreaming in ASEAN; (2) addressing gender inequality in the workforce; (3) gender identity, participation, and politics of inclusion; (4) unraveling gender-based violence during the COVID-19 pandemic; dan (5) strengthening gender advocacy through grassroots movements. Diskusi ini dimoderatori oleh Tunggul Wicaksono, Research Manager ASC UGM. Tunggul bersama dengan H.E. Yuyun Wahyuningrum dan Joel Mark Baysa-Barredo juga menjadi editor untuk monografi ini.

“Ini merupakan kontribusi yang sangat penting bagi diskusi mengenai regionalisme ASEAN, terutama tentang pengarusutamaan gender,” sebut Yuyun. Analisis di dalam monografi ini memuat perspektif yang kritis di dalam melihat isu gender. Sepuluh artikel terpilih mengangkat isu gender yang beragam, seperti advokasi transnasional, kekerasan gender, identitas gender, politik inklusi, hingga artikel mengenai komunitas ibu tunggal di Indonesia. Joel Barredo menambahkan bahwa keberadaan monografi ini memberikan kesempatan bagi para kontributor untuk menyuarakan pendapatnya terkait dengan berbagai problematika seputar gender di ASEAN.

Mya Hyun, salah kontributor monografi ini, menyoroti pada implementasi Declaration on the Elimination of Violence against Women yang diratifikasi oleh negara-negara ASEAN. Mya Hyun merekomendasikan adanya legally binding convention terkait dengan kekerasan terhadap perempuan di ASEAN. Perjanjian yang terikat secara legal menjadi sangat penting untuk eksis di ASEAN mengingat kawasan ini merupakan satu-satunya yang tidak memiliki perjanjian semacam ini.

Sementara itu, Durrotul Mas’udah, penulis artikel “Unite to Empower: Exploring the Empowerment Movement of Single Moms Indonesia Community” mengatakan bahwa fenomena ibu tunggal di Indonesia merupakan isu gender yang kompleks dan penuh tantangan. Tantangan yang hadir misalnya adalah dari absennya dukungan dalam bentuk kebijakan pemerintah. Menanggapi Durrotul, Yuyun mengapresiasi bagaimana artikel mengenai isu ini masih jarang dibahas oleh para akademisi.

Monografi ini dapat diakses melalui tautan ugm.id/ascmonograph2021 (/gmb).