Serial Diskusi #2 PkM FISIPOL UGM : Pemberdayaan Usaha Rumah Tangga perempuan dalam Menghadapi Pandemi Melalui Upaya Digitalisasi

Yogyakarta, 27 Juli 2020—Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) FISIPOL UGM berkolaborasi dengan Institute of International Studies (IIS) UGM dan Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) UGM mengadakan serial diskusi kedua. Setelah sebelumnya membahas mengenai sosial ekonomi Masyarakat Pesantren, pada kesempatan ini diskusi mengusung tema Pemberdayaan Usaha Rumah Tangga Perempuan dalam Menghadapi Pandemi Melalui Upaya Digitalisasi. Dengan dilaksanakan melalui platform Webex, serial diskusi siang itu menghadirkan tiga narasumber yang berasal dari Tim PkM Covid-19. Ketiganya yaitu Arindha Nityasari dan Muhammad Indrawan yang merupakan peneliti di IIS UGM, serta Dita Karisma Prasetyo dari PSPD UGM.

Hadir pula dalam kesempatan ini Ketua Tim PkM, yaitu Siti Daulah yang juga merupakan Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM. PkM tersebut bertema Penguatan Usaha Rumah Tangga Perempuan dalam Menghadapi Dampak Covid-19 melalui pembentukan Online Market Place berbasis Media Sosial. Daulah meyatakan bahwa kegiatan PkM ini merupakan bentuk respon terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat di masa Pandemi Covid-19. “Kami berupaya mencari mitra sebagai target sekaligus modal yang bisa dilanjutkan untuk kegiatan berikutnya,” tutur Daulah. Mitra tersebut jatuh kepada Kelompok Koperasi Mitra Insani.

Melihat persoalan lebih jauh, Daulah menyampaikan temuannya terkait dua kondisi yang terjadi di masyarakat. Di satu sisi, ia melihat kaum perempuan sebagai kelompok masyarakat yang terdampak secara signifikan dari adanya pandemi ini. Namun, di sisi lain mereka juga dianggap memiliki ketahanan yang sangat kuat untuk mengatasi persoalan di tengah pandemi. “Kelompok Ibu-ibu yang berada dalam lapisan paling bawah inilah yang kami jadikan sebagai mitra,” jelas Daulah.

Menjelaskan mengenai kondisi lapangan yang Tim PkM temukan, Arindha Nityasari atau sering di sapa Arin, menyampaikan beberapa hal terkait program yang telah mereka laksanakan. Pertama, kebijakan physical distancing telah merugikan berbagai kelompok rentan. Kedua, pelaku usaha perempuan menjadi salah satu kelompok rentan yang jarang dibicarakan. Ketiga, untuk meberikan solusi atas persoalan tersebut, Tim PkM menawarkan inovasi dan kreasi sebagai solusi keberlanjutan Usaha Rumah Tangga Perempuan. “Pemerintah sudah mengelontorkan banyak dana untuk memberikan bantuan, tapi itu hanya sebagai survival kit,” lanjut Arin. Sehingga, menurutnya yang perlu diperhatikan dalam memberikan bantuan yaitu bagaimana agar masyarakat atau kelompok rentan tetap bisa bertahan hidup tanpa bergantung pada pemerintah. Keempat, yaitu upaya digitalisasi yang dilatar belakangi adanya kondisi disconnected antara penjual dan konsumen. Maka dari itu, pentingnya digitalisasi untuk me reach out konsumen dalam bentuk promosi dan memberikan produk kepada mereka.

Melalui survei yang Tim PkM lakukan, Arin menyampaikan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh anggota Koperasi Mitra Insasi. Persoalan tersebut meliputi ketidaktahuan cara melakukan promosi via daring, memori hp yang sering penuh, ketidaktahuan cara mengirim produk ke luar kampung, dan juga jenis produk makanan yang tidak awet. Untuk menjawab persoalan tersebut, Tim PkM FISIPOL UGM mengadakan Kuliah Whatsapp (Kulwap) yang berlangsung selama tiga kali. Pemilihan media WA ini dijelaskan Arin karena pada dasarnya masyakakat sudah familiar dengan WA, hanya saja belum dapat mengoptimalkan fungsi WA sebagai media promosi.

Pada pertemuan pertama Kulwap, Tim PkM membahas mengenai fitur dasar WA dan pengelolaan memori hp agar tidak cepat penuh. Pertemuan kedua membahas mengenai teknik mengambil foto produk yang baik, strategi promosi seperti prime time, dan juga dasar-dasar copywriting. Sedangkan pertemuan terakhir membahas mengenai teknik pengemasan produk yang menarik dan awet serta menentukan lingkup target pasar. “Untuk menjawab persoalan bahan makanan yang tidak awet, kami juga menggaet salah satu dosen Teknologi Pangan UGM untuk menentukan kemasan yang cocok,” imbuh Arin.

Setelah rangkaian Kulwap tersebut dijalankan, Indrawan menyampaikan terkait dampak jangka pendek dan proyeksi jangka panjang dari kegiatan tersebut. Dampak positif jangka pendek yang ia temukan meliputi munculnya kepercayaan diri para pelaku usaha untuk memasarkan produk di platform-platform online. Selain itu, terjadi peningkatan pada kualitas teknik fotografi, dan juga pemberian caption sebagai sarana pemasaran. “Peningkatan kualitas pengemasan produk juga dirasa dapat menambah nilai jual produk,” imbuhnya.

Sedangkan, proyeksi jangka panjang yang diharapkan yaitu dapat memperluas jaringan pemasaran ke luar kampung dan juga membentuk online market place yang dikelola secara bersama. Indrawan berharap, hal ini dapat ditiru atau dilaksanakan oleh rekan-rekan lainnya agar dapat membantu para pelaku usaha kecil menengah yang sedang bertahan baik di masa pandemi maupun tidak. Untuk mencapai hal tersebut, Indrawan dan teman-teman juga merencanakan peningkatan kapasitas pasca pandemi. “Follow up diharapkan bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan tatap muka yang lebih efektif,” lanjutnya. Selain itu, bantuan perluasan jaringan juga akan dilakukan dengan cara menghubungkan pelaku usaha rumah tangga dengan jaringan usaha yang lebih besar seperti toko oleh-oleh, pasar swalayan, travel agent, marketplace online, dll.

Model kelembagaan dalam pemberdayaan kelompok usaha tersebut dijelaskan oleh Prasetyo sebagai wujud tata kelola digital Usaha Rumah Tangga Perempuan. Model yang ditawarkan yaitu model kelembagaan yang bersifat integratif. “Artinya mewadahi aktor-aktor yang terlibat ke dalam suatu struktur pembangunan utama yang bersifat komprehensif dengan menonjolkan peran institusi utama,” jelas Prasetyo. Menurut penuturannya, model ini merupakan adaptasi dari konsep organisasi manajemen destinasi. Model tersebut diambil denngan mempertimbangkan kualitas dari sumber daya manusia yang tidak semua aktor memiliki skill yang merata terutama dalam teknologi digital. Selain itu, juga kemungkinan untuk adanya dampak distribusi ekonomi secara komunal. Dijelaskan lebih lanjut oleh Prasetyo bahwa keuntungan yang diterima tidak akan dinikmati individu tertentu, melainkan akan disalurkann untuk kepentinga bersama.

Melalui berbagai upaya tersebut, Daulah menyakatan bahwa program yang ada telah memberikan hasil yang positif dan dirasakan langsung manfaatnya oleh para mitra. Daulah juga mengungkapkan bahwa banyak mitra yang memberi kabar kepadanya tentang kemajuan dan ucapan terimakasih atas pengetahuan untuk mengatasi kesulitan selama ini. “Harapan mereka tidak hanya karena situasi covid ini, tapi juga pada situasi-situasi lain,” pungkasnya. (/Ann)