Serial Diskusi FISIPOL UGM #5 : Menyelamatkan Kelompok Marjinal dari Hantaman COVID-19

Yogyakarta, 14 April 2020—Serangkaian diskusi yang diselenggarakan oleh FISIPOL UGM telah berlangsung selama dua minggu terakhir. Pada Selasa (14/4) serial diskusi ke-5 berlangsung dengan mengusung tema “Menyelamatkan Kelompok Marjinal dari Hantaman COVID-19”. Diskusi ini menghadirkan Dr. Suzanna Eddyono, Dr. Hendrie Adjie Kusworo, dan Dr. Hempri Suyatna dari departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan sebagai pemantik, serta Randy Nandyatama sebagai moderator. Berlangsung secara daring lewat webex dan kanal YouTube FISIPOL UGM, diskusi kali ini dihadiri kurang lebih 60 peserta dan berlangsung pukul 10.00-11.30.

Sesi diskusi pertama dibawakan oleh Dr. Suzanna Eddyono atas arahan moderator. Beliau menyampaikan materi tentang bagaimana COVID-19 memiliki efek terhadap kelompok-kelompok yang termarjinalkan, seperti kelompok miskin, pekerja sektor informal, perempuan korban KDRT, hingga pasien COVID-19 dan pekerja medis yang mengalami stigma. Menurutnya, kebijakan-kebijakan yang ada kini masih belum memperhitungkan kelompok marjinal, seperti anjuran mencuci tangan yang tidak bisa dipraktikkan oleh 30% keluarga Indonesia tanpa akses air bersih. “Dampak dari COVID-19 yang dialami tiap kelompok tidaklah sama, karena kelompok marjinal mendapat efek yang lebih berat,” tuturnya.

Diskusi kemudian dilanjutkan oleh Dr. Hendrie Adjie Kusworo yang memaparkan tentang interaksi dan dampak COVID-19 bagi kelompok marjinal yang juga disebut kelompok rentan. Kelompok garda depan seperti petugas medis, pekerja laboratorium, TNI, Polri, dan ASN menjadi kelompok rentan yang patut diperhatikan. “Kelompok ini seharusnya mendapatkan prioritas perlindungan yang baik,” jelasnya. Beliau juga menjelaskan tentang sektor pariwisata yang melemah karena pandemi ini.

Pemantik diskusi terakhir adalah Dr. Hempri Suyatna yang berfokus pada ekonomi rakyat. COVID-19 bayak berdampak pada produktivitas pelaku usaha dan daya beli masyarakat yang menurun, banyak usaha gulung tikar, dan meningkatnya kemiskinan, pengangguran, dan kriminalitas. Beliau mengibaratkan pandemi ini seperti permainan bola, dan kini kita masih berada di babak awal. Pemerintah sudah menyelenggarakan berbagai program seperti kartu pra-kerja, program PKH, dan subsidi biaya listrik. Namun, hal tersebut masih sebatas solusi jangka pendek. “Perlu diadakan program yang berdampak jangka panjang dan validasi data,” tuturnya.

Diskusi ditutup dengan sesi tanya jawab, yang mana peserta dapat mengajukan pertanyaan lewat kolom komentar webex dan YouTube. Moderator mengumpulkan pertanyaan dan mengatur jalannya sesi tanya jawab hingga diskusi selesai. (/tr)