Yogyakarta, 21 Oktober 2024─Fisipol UGM bersama Inklusi dan beragam komunitas lokal menggelar kegiatan Pasar Sepaham pada hari Senin (21/10). Kegiatan ini digelar di Selasar Barat & Taman Sansiro Fisipol mulai pukul 10.00 – 17.00 WIB. Pasar Sepaham menawarkan bermacam bentuk kegiatan mulai dari talkshow, pameran, lokakarya, bazar, pentas seni, dan lain sebagainya.
Putu Alit, selaku Tim Kreatif Pasar Sepaham menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan besar untuk menyediakan ruang aman bagi individu dan komunitas dari beragam latar belakang untuk berinteraksi serta berbagi cerita mengenai isu inklusi. Tidak hanya itu, Putu menyebutkan bahwa Pasar Sepaham juga menjadi media bagi pengunjung untuk membangun solidaritas dan mendorong isu-isu mengenai inklusi. “Harapannya ketika pengunjung hadir bisa memfasilitasi proses-proses yang dapat meningkatkan kepedulian lintas generasi, lintas kelompok agar kelompok yang masih termarjinalkan secara sosial dan politik bisa diakui haknya sebagai manusia,” ungkapnya.
Pasar Sepaham kali ini membawa tema “Unjuk Rasa, Saling Jaga”. Putu menjelaskan bahwa Unjuk Rasa menjadi simbol untuk menunjukkan kepedulian, empati, dan aksi kolektif untuk hadir di isu yang menjadi keresahan bersama. Saling Jaga merujuk pada semangat untuk membersamai, mengambil aksi, dan melindungi kelompok-kelompok yang masih termarjinalkan ini untuk mengekspresikan dirinya.
Putu menyebut ada lebih dari 37 komunitas yang terlibat mulai dari seniman, penghayat kepercayaan, penyintas kekerasan, komunitas gender minoritas, komunitas yang bergerak di isu hak anak terlantar, difabel, dan lain sebagainya. Beberapa diantaranya, seperti Kiprah Perempuan, Aisyiyah, Paguyuban Sumarah, Kolektif Keluar Kelas, Sekolah Pagesangan, Pak Leo dan Kesiram, Radio Komunitas, Penghayat Tulis Tanpo Papan, SIGAB Indonesia, Harapan Fian, Cupable, Queer Language Club, dan komunitas atau individu lainnya.
Putri, perwakilan dari Aisyiyah yang bergerak di bidang perlindungan perempuan dan anak serta pemberdayaan difabel merasa kegiatan kolaborasi membawa dampak yang positif. Menurutnya, kegiatan ini mampu menjadi sarana untuk mengubah stigma masyarakat terhadap kelompok marjinal. “Difabel sebenarnya memiliki kemampuan untuk berkreasi dan dapat menjadi bagian dari perubahan di masyarakat asalkan diberikan akses yang tepat,” ujarnya.
Layla Fadhillah, salah satu mahasiswa yang menjadi pengunjung Pasar Sepaham menceritakan pengalamannya selama di Pasar Sepaham. Menurutnya kegiatan ini menyenangkan dan dapat menambah pengetahuan akan isu-isu inklusi. “Seru, nambah pengetahuan dan pengalaman baru karena bisa ketemu kelompok masyarakat dengan latar belakang berbeda-beda dan kegiatannya mencerminkan kehidupan yang inklusif,” ceritanya. (/w)