Merintis Gerakan Sosial Pembaruan Desa, Departemen PSdK UGM Undang Aktivis Desa dalam Kuliah Umum

Yogyakarta, 26 Mei 2025─Merespons isu-isu pembangunan desa, Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM membuka kuliah umum Mata Kuliah Gerakan Sosial dan Pembangunan Kuliah bertajuk “Anak Muda dan Gerakan Pembaruan Desa. Kuliah umum ini menghadirkan Akbarian Rifki Syafaat, pemuda penggerak organisasi Desanomia Kampus Tani yang berfokus pada pengarusutamaan desa sebagai aktor pembangunan yang hidup dan memiliki pengetahuannya masing-masing.

Rifki mengungkapkan bahwa kegiatannya di Desanomia Kampus Tani merupakan gerakan sosial eksploratif yang dimotori oleh pemuda. Gerakan ini berasal dari keresahan bersama baik pemuda maupun generasi tua mengenai posisi desa yang cenderung dinilai sebagai ruang dengan dinilai tidak strategis dan dapat menghasilkan kesejahteraan. Pandangan ini memunculkan pemikiran untuk pergi menjauh dari desa. “Kecenderungannya saat ini masyarakat desa itu disuruh untuk pergi dari desa karena kalau masih tetap tinggal di desa kamu tidak akan dapat apa-apa,” ungkapnya.

Namun, Rifki meyakini bahwa desa bukanlah aktor pasif atau ruang hidup yang tidak mampu memberikan kesejahteraan. Ia mengungkapkan bahwa desa pada dasarnya memiliki sumber daya yang melimpah mulai dari tanah, air, dan sumber daya manusia itu sendiri. Optimalisasi sumber daya yang sudah ada ini jika dikelola dengan baik akan menjawab permasalahan global seperti ketahanan pangan, krisis iklim, ketimpangan, dan lain sebagainya. “Yang menjadi pekerjaan sekarang adalah mengoptimalkan sumber daya ini dan meningkatkan valuasinya,” tuturnya. 

Melalui berbagai pengalamannya dalam gerakan sosial, Rifki meyakini bahwa gerakan sosial hakikatnya memiliki ciri-ciri umum. Ciri umum tersebut mulai dari basisnya yang kolektif, bertujuan untuk perubahan, bersifat non-institusional, memiliki proses yang dinamis, mengandalkan solidaritas, dan kesadaran bersama.

Menurutnya, saat ini diperlukan adanya gerakan sosial yang relate yang artinya gerakan sosial tersebut berasal dari hal yang dirasakan bersama. Ia melihat bahwa menciptakan gerakan sosial yang relate itu perlu diawali dengan menyadari masalah untuk menemukan alasan bergerak. Alasan itulah yang kemudian akan menghasilkan ide dan membentuk narasi akan perubahan.

Lebih lanjut, Rifki menyampaikan kesadaran, ide, dan narasi ini kemudian menjadi pondasi penting untuk menjalin relasi dan membentuk kelompok yang mau bergerak untuk perubahan. Hal penting yang menurutnya menjadi kunci terbentuknya suatu kelompok gerakan adalah resonansi dan emosi yang terjalin. Ia meyakini bahwa setiap manusia mengeluarkan frekuensi dan ketika frekuensi ini bertemu maka akan menciptakan resonansi. “Kita semua itu memiliki frekuensi dan dengan bertemulah kita bisa menyamakan frekuensi dan membahas apapun bersama, artinya dengan adanya pertemuan dan dialog kita bisa membentuk pemahaman dan kepercayaan yang sama,” ungkapnya.