Fisipol Dukung Transisi Energi Bersama Pemerintah Inggris dan Kementerian ESDM

Yogyakarta, 21 Maret 2025—Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Gadjah Mada memberikan dukungan terhadap upaya transisi energi nasional menuju energi bersih. Melalui kerja sama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia dan Kedutaan Besar Pemerintah Inggris, inisiasi Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (MENTARI) digelar pada Jumat (21/3) di Fisipol UGM. 

Indonesia memperkuat komitmen terhadap Zero Emission dengan memperbarui Kebijakan Energi Nasional. Dinyatakan pada tahun 2023, sebesar 23% dari total pasokan energi primer berasal dari energi terbarukan. Kemudian pada tahun 2050, presentase tersebut ditargetkan mencapai 31%. Sayangnya, progress perkembangan energi terbarukan sebagai pasokan energi nasional masih berada di angka 12%. Urgensi ini menuntut berbagai pihak untuk berkolaborasi dan menelurkan inovasi guna mendorong penggunaan energi bersih yang stabil dan mampu memenuhi kebutuhan energi masyarakat.

Disampaikan Wakil Dekan Bidang Aset, Keuangan, dan SDM Fisipol UGM, Nurhadi, S.Sos., M.Si., Ph.D., perubahan iklim menjadi salah satu payung riset bagi fakultas yang mengawal berbagai agenda penting. “Kita merasakan ke mana-mana ruangan bersih, udara bersih, dari mana itu semua berasal? Sebagian besar listrik kita masih menggunakan batu bara. Clean energy ini menjadi sebuah tantangan terhadap eksploitasi sumber daya untuk bisa dikendalikan,” ujarnya. 

Ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil adalah akar dari permasalahan transisi energi. Selama bertahun-tahun lamanya, ketersediaan energi ditopang oleh kekayaan sumber daya alam, termasuk cadangan energi fosil. Indonesia bahkan menjadi salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia yang aktif menyuplai kebutuhan energi dunia. Termasuk di dalam negeri, energi batu bara dimanfaatkan secara maksimal dalam agenda pemerataan aksesibilitas listrik masyarakat.

Dampak eksploitatif sumber daya fosil telah banyak menimbulkan kekhawatiran. Seluruh proses mulai dari pengerukan lahan, tata kelola, hingga distribusi dinilai menimbulkan efek destruktif hingga saat ini. Menurut Nurhadi, perlu adanya upaya rehabilitasi sembari memaksimalkan pemanfaatan energi alternatif untuk menjamin keberlanjutan dalam ketersediaan energi. “Kehidupan ini tidak hanya kita nikmati untuk generasi sekarang, namun juga untuk generasi berikutnya.

Seiring dengan munculnya dampak emisi karbon yang mempercepat perubahan iklim, energi fosil tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kesadaran untuk berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon mulai tumbuh. Sejalan dengan itu, Inggris juga menghadapi tantangan dalam mendorong transisi energi bersih. Jet Gacusan, Kepala Deputi Low Carbon Energy, Kedutaan Besar Inggris menjelaskan, perlu adanya keselarasan antara memanfaatkan energi alternatif dengan memenuhi kebutuhan pertumbuhan ekonomi.

“Indonesia dan UK menghadapi tantangan serupa. Melalui kerja sama ini, kita ingin mengembangkan riset, ide, kolaborasi, dan eksperimen untuk mendorong agenda transisi energi kedua negara,” ujar Jet. Dibanding Indonesia, Inggris memiliki jumlah cadangan energi fosil yang lebih sedikit, setidaknya bertahan sekitar 4,5 tahun ke depan. Namun di sisi lain, potensi energi terbarukan Inggris sangat besar dan telah dikelola secara maksimal. Pada tahun 2019, inggris berhasil meningkatkan pasokan sumber energi non-karbon hingga 48% dari energi nasional.

Jet menambahkan, pendidikan tinggi menjadi tempat yang sangat menjanjikan dalam agenda transisi energi. Pemerintah Inggris ingin menjalin kolaborasi dengan sektor kampus guna menjaring ide-ide dan inovasi pada energi terbarukan. Dengan adanya kerja sama MENTARI, diharapkan muncul komitmen kuat dalam kolaborasi multisektor pemerintah, industri, dan kampus untuk menciptakan ketahanan energi di samping target pencapaian transisi energi.