Center for Digital Society (CfDS) menyelenggarakan kegiatan movie screening dengan mengangkat topik “Technology in Contemporary Japan Life” pada Kamis (14/3) di Auditorium Lantai 4 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol). Berkolaborasi dengan Festival Film Dokumenter dan NHK World-Japan, dua film yang menjadi topik diskusi adalah film Happier than Real dan It’s a Startup-life. Kegiatan tersebut banyak menarik minat mahasiswa bukan hanya dari kalangan Fisipol UGM saja namun juga fakultas lain di UGM, seperti FIB bahkan beberapa peserta dari universitas lain.Sebagai pemantik diskusi dalam kegiatan Movie Screening, dihadirkan dua pembicara, yaitu Dr.Dian Arymami,S.IP,M.Hum, dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM, dan Ukky Satya, Koordinator Festival Film Dokumenter.
Yogyakarta, 13 Maret 2019—Pengembangan hukum dan politik di ASEAN dinilai perlu dibarengi dengan pengembangan integrasi nilai dan identitas. “Pengembangan hukum, institusi dan politik di ASEAN harus berbarengan dengan pengembangan rasa ‘kekitaan’ masyarakat ASEAN,” ujar Sekretaris Direktorat Jendral Kerja Sama ASEAN Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Vedi Kurnia Buana dalam kapasitasnya sebagai pembicara kunci dalam International Conference on ASEAN Studies (ICONAS) 2019 dengan tema “Rethinking Law, Institution, and Politics in Advancing Partnership for Sustainable ASEAN Community.”Kedua hal tersebut menurutnya menjadi kunci untuk menjaga kesatuan, sentralitas dan keberlangsungan ASEAN sebagai sebuah organisasi regional. Sentralitas ASEAN menjadi penting ditengah perubahan konstelasi geopolitik dan geo-ekonomi kawasan Indo-Pasifik.“ASEAN berada di kawasan Indo-Pasifik yang sekarang menjadi medan pengaruh kekuatan besar dunia,” tuturmya.
Septiaji Eko Nugroho dari Mafindo menjadi narasumber pertama dalam sarasehan ini. Baginya, tantangan Indonesia saat ini adalah cara bagaimana menyerang berita bohong. “Kita bisa belajar dari Myanmar yang pernah mersakan efek hoaks yang menyebabkan terjadinya genosida di Rohingnya,” tuturnya.
Hoaks inilah yang merusak rasiolitas publik dan kualitas demokrasi serta menyerang legitimasi penyelenggaraan pemilu yang hasilnya adalah distorsi. Post-truth juga merupakan latar belakang yang menyebabkan distorsi.
Acara dibuka oleh Duta Besar RI untuk Australia, H. E. Y. Kristianto S. Legowo. Kristianto mengatakan, seminar tersebut sejalan dengan upaya bersama untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia yang selama ini sudah berjalan dengan baik.
Kristianto juga mengapresiasi UGM karena telah mengadakan seminar ini. Menurutnya, UGM merupakan kampus yang bersahabat.
“UGM saat ini menjadi universitas favorit untuk mahasiswa S1 Australia yang belajar di Indonesia,” kata Kristianto.
Dalam pemaparannya, Kristianto menyebutkan terdapat lima elemen untuk membina hubungan baik antara dua negara. Lima elemen tersebut adalah sikap saling menerima, saling percaya, saling memahamki, senantiasa mendukung dan membantu, dan harus mampu menjadi aset bagi satu sama lain dalam rangka memajukan kepentingan nasional.
Riski Purna Adi, seorang sahabat tuli dan sekaligus pengajar dalam kelas bahasa isyarat ini, mengatakan bahwa sebenarnya “tuli” bukan kata yang kasar. Kata “tuna rungu” dibuat oleh orang dengar dan penggunaan kata tersebut justru dianggap kasar dan menyinggung orang tuli. Sebelum melanjutkan ke pelajaran bahasa isyarat, Riski dibantu oleh Farida, menyampaikan beberapa hal mengenai identitas dan budaya tuli. Dalam materi ini, Riski juga menyinggung sudut pandang medis mengenai tuli yang sebenarnya salah.
Dea Safira Basori mengawali diskusi dengan membahas mengenai mengapa seorang perempuan menjadi rentan dan bagaimana perempuan seharusnya dapat berekspresi dengan bebas.
“Selama ini, narasi – narasi yang muncul mengenai perempuan, selalu dalam kacamata laki – laki,” kata Dea.
Menurutnya, wacana – wacana seperti itulah yang membuat perempuan menjadi rentan karena narasi yang muncul merupakan subjektifikasi laki – laki. Untuk itu, perempuan harus memiliki kemampuan untuk menarasikan pengalaman hidupnya dengan perspektif perempuan melalui media alternatif, seperti majalah, zine, podcast, youtube dan instagram. Hal ini bertujuan untuk membentuk narasi – narasi yang berperspektif perempuan.
Yogyakarta, 6 Maret 2019— Meneguhkan komitmen untuk memberikan pendidikan politik menyongsong Pemilihan Umum pada 17 April 2019, Fisipol UGM kembali menyelenggarakan Talkshow Bedah Program Capres/Cawapres untuk putaran ketiga. Acara ini merupakan kelanjutan dari dua talkshow sebelumnya, dengan mengusung tema besar “Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLNRI)” digelar pada Rabu, 6 Maret 2019.Berlokasi di Auditorium Mandiri Lt.4 Fisipol UGM, acara dimulai pada pukul 09.00 hingga pukul 12.00 WIB.
Yogyakarta, 4 Maret 2018 – “Dunia kuliah dan dunia kerja itu punya gap, ada suasana dan tuntutan yang berbeda. Magang bisa menjembatani masalah ini,” ujar Luqman Tifa Perwira, founder Astadaya Consulting yang menjadi pemateri pembekalan magang periode Maret 2019 oleh Career Development Center (CDC) Fisipol UGM pada Senin (4/3) di ruang BA 204.Dalam memasuki dunia kerja, biasanya kegagalan di tahap rekrutmen ada tiga, yakni belum mememiliki kompetensi, belum sadar telah memiliki kompetensi, dan belum mampu mempromosikan kompetensinya. Lantas apa yang harus dilakukan?
- Panel 1 : Women in Economy and Industry
- Panel 2 : Women in Trade and Labor
- Panel 3 : Women in Arts, Science, and Media.
- Panel 4 : Women in Islam
- Panel 5 : Women Empowerment and Activism
Selain presentasi penelitian dari 16 delegasi, konferensi ini juga mengundang beberapa pembicara, antara lain Parwati Surjaudjaja (President Director & CEO of OCBC NISP Bank), Sonita Lontoh (Global Technology Marketing Executive, Thought Leader and Angel Investor), Jennifer Kussoy (Federal Reserve Bank of Los Angeles), Nana Firman (Greenfaith), Agnes Muljadi (Ballerina, Actress & Photographer) dan sesi Q&A bersama Professor Robert Lemelson (Sutradara dan Produser film Bitter Honey (2014)) dan Chisako Yokoyama (Editor).
Setiap peserta membawa laptop masing-masing untuk kemudian dipandu oleh pemateri dalam menggunakan Microsoft Office untuk keperluan akademik seperti pembuatan proposal, skripsi, presentasi kuliah, dan sebagainya. Selama pelatihan, peserta diajari berbagai hal teknis. Mulai dari langkah-langkah bagaimana membuat daftar isi, membagi section halaman, membuat cover proposal atau skripsi, langkah-langkah agar daftar isi bisa rapi dan sesuai dengan kebutuhan, bagaimana merubah daftar isi ke angka romawi, dan bagaimana untuk tidak memuat nomor halaman di halaman depan.