Sosiologi sendiri awalnya menyerahkan proses pembelajaran daring ke tim pengajar, sementara prodi tidak memberikan kontrol sama sekali karena belum memiliki kesiapan dan pengalaman dalam mengelola pembelajaran daring. Namun, begitu memasuki semester berikutnya, dengan perencanaan yang lebih matang, program studi S1 Sosiologi memfasilitasi banyak hal: mulai dari SOP, hearing, dan evaluasi lanjutan. Hal yang serupa juga disampaikan oleh perwakilan departemen lainnya. Namun, yang membedakan antara satu prodi dengan prodi lainnya adalah karakter pendekatannya.
Masing-masing bab atau esai dalam monograf ini diwakilkan oleh satu kontributor, secara berurutan: Ahmad Rizky M. Umar, Fauzia Gustarina Cempaka Timur, Filasafia Marsya Ma’rifat, Novriest Umbu Walangara Nau, Saidatul Nadia Abd Aziz, Andhini Citra Pertiwi, dan Tunggul Wicaksono. Pada awal acara, tiap kontributor yang hadir diberikan kesempatan oleh sang moderator—yang juga adalah perwakilan kontributor untuk esai ketujuh, Tunggul Wicaksono—untuk menceritakan secara singkat tetapi tetap mendalam mengenai esai yang mereka tulis, baik dari latar belakang penulisan esai tersebut, hingga metode dan temuan yang dihasilkan.
Yogyakarta, 15 Januari 2021—Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM kembali menyelengggaralan digitalk ke 45 dengan menghadirkan pembicara dari Bukit Vista. Pada diskusi kali ini, CfDS mengangkat tema mengenai upaya meningkatkan bakat dengan inovasi teknologi manajemen. Diskusi ini cukup menarik karena pembicara dari Bukit Vista Sendiri adalah CEO, Jing Cho Yang dan HRD Bukit Vista yaitu Kharisma G. Arafani. Diskusi ini dimoderatori oleh Paska Darmawan dan diselenggarakan secara daring melalui channel youtube CfDS UGM. Untuk mengikuti acara ini, peserta harus registrasi terlebih dahulu melalui link pendaftaran yang telah dibagikan beberapa hari sebelumnya.
Pengalaman-pengalaman yang dibagikan oleh para peraih medali di PIMNAS pun menambah komprehensif wawasan yang didapat peserta acara. Apalagi, pengalaman-pengalaman ini merupakan hal-hal yang benar-benar dialami oleh para peraih medali, sehingga sangat sesuai dengan kondisi nyata di lapangan—situasi yang dihadapi oleh para calon peserta PKM. Contohnya terkait dengan penentuan ide, Intan membagikan kisahnya mengenai proses pemilihan ide PKM-PSH yang ia gagas, seperti mempertimbangkan ketertarikan personal dan menambahkan unsur-unsur kreativitas atau berbeda dari biasanya dalam melihat isu yang ia angkat.
“Belajar langsung dari mitra industri tentu sangat melengkapi ilmu-ilmu yang telah saya dapatkan di bangku perkuliahan. Keduanya sangat mungkin beriringan tanpa harus mengabaikan satu sama lain,” ucap salah satu peserta kelas Kewirausahaan Sosial yang berkesempatan menyampaikan pesan dan kesannya melalui video yang ia buat dalam acara Malam Penghargaan dan Upacara Penutup ini.
Selaku dosen pengampu sekaligus dewan penasihat kelas Kewirausahaan Sosial UGM, Bayu Dardias mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi seluruh mitra dan pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kelas. Bayu juga menyebutkan satu persatu dosen pengampu dari tiap-tiap mitra dalam ucapan terima kasihnya. Tidak hanya Bayu, perwakilan dari mitra penyelenggara kelas Kewirausahaan Sosial—Telkom Indonesia, turut menyampaikan pesan dan kesannya. Inisiator dari kelas Kewirausahaan Sosial—Pratikno, Menteri Sekretaris Negara, pun ikut memberikan ucapan terima kasih serta menggambarkan sedikit tujuan dari penyelenggaraan kelas Kewirausahaan Sosial.
file lengkap dapat diunduh lewat pranala berikut: Jadwal_Seleksi_IUP_Gel_1_TA_2021_20201210
Yogyakarta, 12 Desember 2020—Fisipol Creative Hub bekerja sama dengan BRI Work dalam menyelenggarakan program #SMALLTALK pada Sabtu sore (12/12). Topik yang diangkat pada kesempatan kali ini adalah “Kenapa Startup Bisa Gagal?”. Menghadirkan pembicara Pramudya R.Gemilang, sebagai Managing Director Nabata Technology dan Head of Content LP3I, serta Co-founder @rashifindonesia. Acara berlangsung melalui Instagram Live pada pukul 16.00-17.00 WIB.
Perbincangan diawali Gilang dengan menceritakan pengalamannya di dunia start up. Ini adalah tahun kelima dirinya menjadi entrepreneur. Ia mengaku pada awalnya fokus di bidang kepenulisan, fotografi, kemudian berkembang ke arah digital marketing agency. Sejak tahun 2015 bergelut, menurutnya di era digital sekarang ini sedang marak digital marketing agency dimana-mana. Selama pandemi pun, Gilang mengaku tetap bisa survive akibat adanya teknologi.
Yogyakarta, 12 Desember 2020—Melalui kanal Youtube resminya, Youth Studies Center FISIPOL UGM melakukan peluncuran buku “Menenun Asa Sejatidesa” secara virtual. Acara ini merupakan puncak dari rangkaian proyek kerja sama antara YouSure FISIPOL UGM dengan Bappeda Sleman dan Kelompok Tenun Sejatidesa. Diselenggarakan pukul 15.00 WIB, peluncuran buku ini turut menayangkan film dokumenter kolaborasi bertajuk “Merajut Narasi Tenun Lokal di Dusun Sejatidesa”.
Proyek ini, baik buku dan film dokumenter, berupaya memotret salah satu kekayaan budaya Yogyakarta, yaitu tenun. Dalam buku hasil karya tujuh penulis ini—Oki Rahadianto Sutopo, Eka Zuni Lusi Astuti, Anindityo Dwiprakoso, Rina Satriani, R.A Magdalena Putri K, Arya Malik Nurrizky, dan Fatima Gita Elhasni, diceritakan sejarah tenun, proses pembuatan tenun dari awal higga menjadi produk-produk turunannya, hingga kondisi dan relevansi tenun dengan perkembangan zaman. Dalam membahas relevansi tenun sebagai produk budaya lokal dengan perkembangan zaman, proyek ini berusaha mengulik partisipasi kaum muda dalam menghidupkan tenun dengan inovasi-inovasi yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Di sini, kaum muda tidak hanya menghidupi tenun dengan menjadi konsumen tetapi sebagai produsen juga. Buku ini terdiri atas lima bagian besar: prolog, bagian 1, 2, 3, dan epilog.
Yogyakarta, 11 Desember 2020—ASEAN Studies Center FISIPOL UGM bekerja sama dengan IOM Indonesia, terkhusus IOM Semarang, mengadakan penayangan dan diskusi film “Rawuh; Ora Melu Gawe” karya Agung Kurniawan. Film ini merupakan hasil kolaborasi Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember bersama Empatbelas Project yang secara implisit menggambarkan isu pekerja migran Indonesia.
Dibawakan dengan bahasa Jawa penuh, film ini bercerita mengenai seorang makelar sapi materialistik bernama Jumarno yang hobi memamerkan kesuksesan anak sulungnya—Zainu, yang akan pulang pada momen lebaran setelah dua tahun lebih menjadi TKI di Malaysia—pada warga. Jumarno dan istri mengadakan syukuran besar-besaran di rumahnya dengan penuh kesombongan, padahal mereka sedang terkena masalah keuangan. Namun, ternyata Zainu justru pulang dengan membawa berita yang mengejutkan seluruh pihak. Penayangan film tentu disertai dengan peraturan yang dipaparkan oleh moderator, Ayu, sebelum film dimulai bahwa tidak boleh ada kegiatan mengambil rekaman dalam bentuk apa pun karena merupakan bagian dari pembajakan.