Megashift Jelaskan Sebab Migran Iklim di Wilayah Mekong Bawah Alami Kerentanan Ekstrem

Yogyakarta, 7 Februari 2025 – Migrasi iklim semakin menjadi masalah penting di wilayah Sungai Mekong, yang mencakup Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Laos, dengan 65 juta penduduk yang bergantung pada sungai untuk mata pencaharian mereka. Dalam tulisan yang berjudul “Unveiling the Invisible Reality of Climate Migrant Stories in the Lower Mekong Basin” oleh Dollin Ardan dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional, menjelaskan dampak dari perubahan iklim ekstrim, seperti kekeringan ekstrim dan banjir, menyebabkan penurunan produktivitas pertanian, ketahanan pangan yang menurun, dan gangguan pada migrasi ikan yang penting bagi mata pencaharian penduduk setempat.
Masyarakat terdampak tersebut semakin rentan sehingga mengharuskan untuk melakukan migrasi ke kota walau akan menghadapi tantangan yang lebih besar lainnya. Masalah semakin rumit dengan kurangnya perhatian terhadap kelompok-kelompok rentan tersebut. Banyak negara di ASEAN, termasuk yang berada di wilayah Mekong Bawah, masih gagal memberikan perlindungan yang memadai bagi migran iklim.
Negara-negara di wilayah Mekong perlu memperkuat kebijakan adaptasi iklim dan melindungi migran iklim untuk mencapai keberlanjutan dan keadilan sosial bagi semua. Isu yang diangkata dalam artikel ini sejalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), khususnya TPB 13 tentang Aksi Iklim dan TPB 10 tentang Mengurangi Ketimpangan. Selengkapnya pembahasan mengenai masalah dan tantangan yang dihadapi migran iklim di wilayah Mekong Bawah dapat dibaca dan diakses melalui tautan berikut: https://megashift.fisipol.ugm.ac.id/2024/02/12/unveiling-the-invisible-reality-of-climate-migrant-stories-in-the-lower-mekong-basin/