![](https://fisipol.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/18/2025/02/Screenshot_5-504x510.png)
Perubahan tersebut dimulai pada viralnya lagu Kala Sang Surya Tenggelam mendapatkan perhatian setelah dibawakan oleh Nadin Amizah dalam film Gadis Kretek, sehingga mendorong banyak orang untuk terlibat dalam percakapan sosial, mendengarkan lagu, menonton film, atau bahkan mengenakan pakaian tradisional seperti kebaya Janggan yang dikenakan oleh tokoh Jeng Yah dalam film tersebut. Fenomena ini menjadi contoh nyata bagaimana FOMO bisa dimanfaatkan untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan perlawanan terhadap norma patriarki, memberikan ruang bagi masyarakat untuk lebih menghargai peran perempuan dalam sejarah dan budaya Indonesia. Melalui media sosial, lagu, dan film ini menyebar dengan cepat, mendorong orang untuk mengapresiasi budaya dan berpartisipasi dalam gerakan sosial yang lebih inklusif.
Atikel ini juga sejalan dengan Tujuan Pembagunan Berkelanjutan, khususnya TPB poin ke-5 yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan penghapusan diskriminasi berbasis gender. Selengkapnya pembahasan pada pemanfaatan FOMO untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan melestarikan warisan budaya pada anak muda dapat dibaca dan diakses melalui tautan berikut: https://megashift.fisipol.ugm.ac.id/2024/01/09/memanfaatkan-fenomena-fear-of-missing-out-fomo-untuk-kesetaraan-gender-dan-pelestarian-warisan-budaya-melalui-lagu-kala-sang-surya-tenggelam/